webnovel

Bab 3

Caroline datang dengan baju selutut yang berwarna biru, sedikit kelap kelip.

"Apakah harus sepagi ini." Caroline sedikit tak percaya.

"Maaf aku hanya menjalankan perintah." Malik bicara seadanya.

Tepat jam 9 pagi Caroline sudah duduk manis di dalam ruangan kantor Rama.

Tak lama pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria yang bertubuh tegap dan bahu lebar, dengan wajah penipu malaikatnya. Tak beda jauh dengan asistenya Malik, tegap dan tinggi.

Paras yang sempurna, daya tarik yang luar biasa. Mata biru dengan tatapan elang yang tajam. Menjadikanya sosok yang di kagumi wanita tak kenal rumor.

"Tatapan matamu seperti sedang mengejek kami." Rama curiga. " Apa benar begitu. HM."

"Maaf aku tengah melihat lukisan indah yang berada di belakang sana." Caroline tersenyum paksa. Betapa malunya kalau harus mengakui terpana sesaat.

"Jika otak bodoh mu itu berani memikirkan ku, akan aku rebus dengan tubuhmu." kalimat mengancam yang melekat di tubuh Rama membuat orang yang mendengar nya akan ketakutan.

"Sepertinya dia di lahirkan oleh seorang shikopat." Caroline mencoba tersenyum walalu hatinya mencaci maki

Cih laki laki satu ini seperti cenayang.

"Maafkan saya tuan, tadi saya bermaksud menyambut kedatangan anda."Acaman tadi membuat Endi harus bicara selembut mungkin.

"Ini kantor milik ku, untuk apa kau menyambut ku.? ucapan Rama membuat gadis itu merasa tersudutkan.

Ya Tuhan aku ingin menggali tanah lalu menyembunyikan tubuhku dari manusia gila ini. Lagi lagi Caroline hanya bisa tersenyum dengan manis.

Malik yang awalnya mematung berdiri tegak, ingin segera menyudahi perdebatan keduanya yang langsung menyerahkan persyaratan nikah.

"Mohon di baca dan simak baik baik." bicara tanpa ekspresi dan meletakan kertas tepat di depan Caroline .

membacanya secara keseluruhan membuatnya harus mengingat apa saja yang harus di lakukanya.

... peraturan selama pernikahan...

...*Mematuhi semua ucapan pihak pertama....

...*Hukuman dari pihak pertama berlaku jika pihak kedua melanggarnya....

...*Tak ada kompensasi setelah bercerai....

" Jangan menganalisanya seperti siput." ucap Rama meledek. "baca dan simak. HM." Ucapan nya barusan, seperti nada mengejek. Dan itu memang bawaannya.

"Apa dia gila, peraturan macam apa ini." Kembali tersnyum dengan deretan gigi yang rapi.

"Apa kau lupa dengan kalimat sabar." gumam dengan kesal

"Kau butuh waktu berapa lama untuk menyimaknya." menatap tajam. " Lagian kalau bos sepertiku sabar, maka perusahaan ini tidak akan sebesar sekarang. Dan kau tak akan menjadi istriku." sorot mata tajam yang berhasil membuat Caroline menyadarinya.

"Maaf nona, sebaiknya tanda tangan saja dulu. Mau mengulur waktu pun rasanya percuma orang seperti tuan Garra tak akan menerima alasan apapun." Malik bicara dengan sopan.

Suara ketukan pintu membuat Caroline mengalihkan pandanganya. melihat siapa di sana. rasa tan percaya membuatnya seperti berhalusinasi.

Di tempat ini? Di kantor?

Sekarang? Oh tidak! Tanpa gaun pengantin? Astaga. Sekarang hanya menggunakan pakaian kerja.

Tak ada altar pernikahan yang seperti dia dambakan. Resepsi juga tak ada. Haha apakah takdir sangat kejam seperti ini.

Menikah dengan laki laki yang akan mencintaimu, atau pasangan yang saling mencintai. Heh lolucon macam apa itu. Caroline menikah dengan pebisnis kaya sialan yang pelit harta itu dengan sangat sederhana dan tanpa persiapan apapun. Ya tuhan seperti menikahkan anak singa saja bukan.

Hati siapa tak terkoyak. Coba kasih tahu gadis mana yang tidak sakit hati dengan pernikahan seperti ini.

Semesta rasanya mengutuk kebahagian Carolinne, walaupun ia menikah dengan orang terkaya ternyata pernikahan nya hanya lah gambaran akan suramnya kehidupan selanjutnya.

Kesedihan yang ia rasakan, di hari pernikahan nya membuat ia harus menelan pil pahit lalu masuk kedalam jurang yang gelap

Saksi hanya ada Malik dan Endi. Tak ada cincin pernikahan hanya sebuah mahar yang diucapkan oleh bibir laki laki brengsek itu.

Menangis juga percuma, Semua laki laki di hadapanya adalah orang yang tak mengerti dengan air mata.

Sampai acara pernikahan singkaat itu selesai, Caroline hanya diam dengan tersenyum.

"Malik akan membawamu pulang." Rama bicara dengan nada dingin. .

"Malik." memangil dengan wajah dingin "Bawa dia ke brescout." perintah Rama.

"Nona." panggil Malik dengan sopan. " Silahkan ikut saya." Ajak dengan santun.

Caroline tersenyum, tanpa bicara dirinya melangkah mengikuti Malik.