webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

Zero Moment

"Kami pulang!" seru Inbi saat memasuki dapur restoran. Disusul oleh Jeon Jungkook di belakangnya. Seperti biasa, mereka berdua baru saja pergi berbelanja di swalayan terdekat.

Jimin yang baru saja keluar dari ruang penyimpanan dengan satu krat Soju, langsung celingak-celinguk di belakang si gadis Choi. Namun yang ia temukan hanyalah Jungkook yang menenteng dua kresek besar berisi belanjaan restoran. "Di mana Soojung?" tanyanya.

Inbi merasa heran mendapat pertanyaan itu. "Kau tidak tahu?" ia malah balik bertanya. "Dia bilang tidak enak badan," jawabnya setelah Jimin menggelengkan kepala.

"Benarkah?" seru Jimin dengan mata terbelalak.

Si gadis bermata sipit mengangguk dengan pasti. "Sejak pulang dari rumahmu tadi pagi, dia terus meringkuk di balik selimut," ceritanya.

Jimin terdiam. Sepertinya semalam Soojung baik-baik saja, bahkan makan dengan lahap. Dia juga meninggalkan notes yang mengatakan bahwa dia telah memasakkan sesuatu untuknya dan Jungkook. Namun siapa yang tahu jika kekasihnya itu mungkin saja masih merasa syok atas apa yang menimpanya di rumah Junmyung kemarin?

"Jimin! Sojunya!!" teriakan Taehyung dari counter depan seketika membuyarkan lamunan Jimin.

"Aku akan menjenguknya nanti," ucap Jimin pada Inbi.

"Suruh dia makan, Jimin-ah. Dia belum makan sama sekali," kata Inbi dengan cemas.

Jimin pun mengangguk paham. Kemudian segera pergi ke counter depan sebelum Taehyung meneriakinya lagi. Meski begitu, pikirannya melayang pada gadisnya hingga membuatnya sangat tidak fokus.

Saat pelanggan yang datang tidak begitu banyak, Jimin diam-diam menyelinap pergi dari restoran. Pria itu sungguh tidak tahan lagi. Ia benar-benar mengkhawatirkan kondisi kekasihnya.

Tepat saat Jimin muncul di gang samping restoran, sebuah mobil hitam menghalangi langkahnya. Tentu saja ia merasa kesal. Namun niatnya untuk bertemu Soojung lebih besar daripada emosinya saat ini. Berusaha tidak peduli, Jimin berjalan memutari mobil tidak tahu sopan itu.

Beberapa saat setelah Jimin mendengar debum pintu mobil, ia merasakan tarikan di bahunya. Belum sempat ia berbalik sepenuhnya, wajahnya sudah mendapat pukulan yang membuat tubuhnya tersungkur. Dengan sangat marah, si pemuda vampir mengusap sudut bibirnya sambil menatap tajam orang yang memukulnya.

Bagaimana tidak? Orang asing itu tiba-tiba memukul Jimin! Dan juga, membuat pertemuannya dengan Soojung tertunda! Namun dia bukanlah orang asing biasa. Karena dia adalah Lee Junmyung, si pria sinting.

Lelaki teman sekelas Inbi itu membalas tatapan Jimin dengan tak kalah tajam. "Di mana istriku?!" desisnya.

Jimin refleks tertawa keras. "Istrimu?" tanyanya sambil mendengus. "Apa kau tuli? Jelas-jelas semalam Soojung mengatakan bahwa dia tidak mau menjadi istrimu!" bentak Jimin sambil menyangga tubuhnya dengan sebelah lengan.

Merasa semakin marah, Junmyung menarik kerah kemeja Jimin hingga pria vampir itu terduduk. "Aku tidak peduli dengan apa yang dia mau," geramnya. "Yang pasti, kami sudah sah!" imbuhnya.

Jimin kembali tertawa terbahak-bahak tepat di depan muka Junmyung. Membuat wajah lelaki bersurai cokelat pasir itu merah padam menahan amarah. "Bagaimana bisa disebut sah jika saat itu Soojung tidak dalam kondisi sadar?" tanya Jimin dengan nada meremehkan.

"Kau tidak tahu apa-apa!!" teriak Junmyung sambil meninju perut Jimin. Dia memilih perut sebagai sasaran, karena mengira luka tusuk yang diberikannya kemarin malam pastilah belum sembuh. Namun ia salah besar! "Dasar pencuri!!" teriaknya lagi.

Park Jimin langsung terbungkuk. Tinju yang diberikan Junmyung di perutnya membuatnya khawatir. Bukan mengkhawatirkan lukanya kemarin, melainkan khawatir akan memuntahkan makanan yang dimasakkan Soojung.

Namun mendengar lawannya yang mengatainya sebagai pencuri, malah membuat Jimin kembali tertawa. "Pencuri? Bukankah kau sendiri yang lebih pantas disebut pencuri?" tanyanya. "Kaulah yang mencuri Soojung dariku!" sambungnya sambil mendongak dengan cengiran iblis di wajahnya.

Amarah Junmyung pun meledak. "Berhenti menertawaiku!" hardiknya sambil mendorong Jimin hingga pria itu jatuh telentang. Membuat sang vampir meringis kesakitan karena punggungnya menghantam aspal.

Si pria gila segera menduduki tubuh Jimin dan melayangkan pukulan-pukulan ke wajah tampan Jimin. "Aku membencimu Park Jimin! Kenapa harus kau yang Soojung cintai? Apa bagusnya dirimu? Wajahmu?" serunya dengan marah.

Junmyung mendengus, kemudian melanjutkan, "Aku bahkan lebih tampan darimu!" Dia terus saja memukuli wajah Jimin seperti orang kesetanan. "Jika benar Soojung hanya menyukai wajahmu untuk menjaga imejnya sebagai model, maka aku akan menghancurkan wajah menyebalkanmu ini!!" lanjutnya.

Tidak memberikan kesempatan bagi Jimin untuk membalas, si pemuda Lee kembali berseru, "Sekarang katakan, di mana kau sembunyikan Soojung? Kau telah membawa kabur istriku!!"

Jimin yang sedari tadi hanya diam tidak membalas, kini mulai geram. Bukan karena wajah tampannya yang sedang dihancurkan. Ia tidak mengkhawatirkan hal tersebut karena ia bisa menyembuhkan dirinya sendiri.

Melainkan karena ucapan Junmyung tentang Soojung. Ia tidak terima kekasihnya dikatai seperti itu. Lagi pula, apakah Soojung sekejam itu untuk menjadikannya alat penambah popularitas? Tidak. Jimin yakin, Soojung bukanlah wanita semacam itu.

Jimin pun berteleportasi ke belakang Junmyung. Lee muda itu langsung terduduk di jalanan dan memukuli aspal. Kemudian Jimin segera menjambak rambut cokelat pasir lawannya hingga si pemilik mendongak.

Junmyung terbelalak saat tahu bahwa Jimin sudah berpindah tempat. "Bagaimana bisa kau-"

"Diam!" bentak Jimin dengan wajah mengerikan penuh amarah. "Berdiri!" perintahnya dengan suara rendah. Awalnya Junmyung hanya diam. Namun saat Jimin semakin menarik rambutnya, pria itu pun menurut sambil berteriak kesakitan.

Saat Junmyung telah bangkit, Jimin segera mengunci kedua tangannya di balik punggung pria itu sendiri. Kemudian ia mendorong lawannya itu hingga menabrak mobil. Seolah tuli, ia sama sekali tidak memedulikan teriak kesakitan Junmyung.

"Kau benar-benar membuatku marah!" desis Jimin sambil membenturkan kepala Junmyung ke mobilnya sendiri. Si pria sinting pun mengerang saat hidungnya mengucurkan darah segar. Sepertinya tangan Jimin ingin sekali balas menghancurkan wajah pemuda Lee.

"Kau menikahi pacarku. Kemudian memperlakukannya dengan semena-mena hingga membuatnya menangis. Setelah itu kau menusuk perutku dan menghancurkan wajah tampanku!" ucap Jimin dengan suara rendah sambil mengeratkan kunciannya.

"Aaaarrrggghhhh!!!! Lepaskan!!" teriak Junmyung kesakitan.

"Aku tidak akan mengampunimu!" desis Jimin dengan suara rendah, sarat ancaman. Tiba-tiba matanya berubah merah, disertai taringnya yang memanjang hingga menyembul dari balik bibirnya. Tanpa aba-aba, pemuda vampir itu menancapkan taringnya pada perpotongan leher Junmyung.

Si manusia berjengit kaget. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya dengan panik. Jimin pun segera membekap mulut Junmyung agar mangsanya itu berhenti mengoceh.

Jimin tersenyum saat merasakan emosi ketakutan Junmyung lewat darahnya. Si pria vampir terus meminum darah si manusia. Menikmati cairan kental hangat yang mengalir di tenggorokannya.

Jimin jadi berpikir, kapan terakhir kali ia meminum darah manusia? Rasanya sudah lama sekali. Namun sekarang, ia bisa kembali merasakan kelezatannya. Apalagi jika dibandingkan dengan darah babi dan pil darah yang setiap hari ia konsumsi.

Pemuda manusia yang menjadi korban nafsu makan Jimin itu perlahan lemas karena darahnya yang terus terhisap. Namun Jimin sama sekali tidak peduli. Dia masih merasa lapar dan benar-benar tidak berniat untuk mengampuni Junmyung.

"Jimin?" panggil seseorang dari ujung gang. "Jimin, hentikan!!" teriakan selanjutnya seketika menggagalkan pesta makan Jimin.

Dengan taring yang masih tertancap di leher Junmyung, Jimin melirik ke ujung gang. Ekspresinya yang semula jengkel karena terganggu, berubah dalam sekejap saja. Karena gadisnya sedang berlari ke arahnya sambil terus berteriak agar ia berhenti.

Menurut, Jimin pun mencabut taringnya. Bukan karena perintah Soojung, melainkan karena sesuatu yang berbeda pada diri kekasihnya. Ia seperti merasakan amarah besar yang tertuju tepat kepadanya.

"Apa yang kau lakukan?" jerit Soojung saat telah sampai di dekat kedua pria yang berkelahi karena dirinya. Mata bulatnya terbelalak melihat bekas gigitan Jimin di perpotongan leher Junmyung. Dua lubang kecil itu mengeluarkan darah segar tanpa henti.

Namun Jimin tidak menjawab. Pria itu perlahan menjauhi tubuh mangsanya, kemudian menghadap Soojung. Iris matanya masih berwarna merah, dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Melihat tubuh Junmyung yang bersandar lemas pada mobilnya sendiri, Soojung tahu bahwa 'suaminya' telah kehilangan banyak darah hingga membuatnya pingsan. "Kau bisa membunuhnya!" jeritnya lagi.

Itu bukan pertanyaan. Bukan pula pernyataan. Melainkan sebuah tuduhan menyakitkan. Faktanya, Jimin memang bisa membunuh Junmyung. Dengan atau tanpa kekuatannya.

Pria vampir itu mengusap bibirnya dimana masih tersisa darah Junmyung di sana. "Dia belum mati!" jawabnya yang tidak sengaja menaikkan nada bicara.

Soojung menyadarinya. Hatinya sakit tentu, tapi ia berusaha tidak peduli. Mengalihkan perhatian, ia mendekati si lelaki manusia. "Kalau begitu ayo cepat bawa dia ke rumah sakit!" hardiknya sambil menekan bekas gigitan Jimin dengan sapu tangannya.

Jimin mengerjap, merasa telah salah dengar. "Apa?" tanyanya dengan dahi berkerut.

"Kita harus menolongnya, Park Jimin!" desis Soojung dengan penekanan di setiap katanya, terutama pada nama kekasihnya. Gadis tersebut pun menoleh dengan tatapan tajam. "Dia memang BELUM mati! Tetapi dia AKAN mati jika tidak segera mendapatkan perawatan medis!" pekiknya jengkel.

Mendengar pekikan Soojung barusan, amarah Jimin bergolak. "Untuk apa kita menolongnya? Kau lupa apa yang telah dia perbuat pada kita?" teriaknya sambil menunjuk-nunjuk tubuh Junmyung.

"Dia telah mengambil dirimu dariku! Dia telah menikahimu secara paksa! Dia telah-" ingatan tentang kejadian di rumah Junmyung berkelebat dalam benak Jimin. "Aaaarrrrrggghhh!!" teriak Jimin sambil mengacak surainya frustasi. "Menyentuh tubuhmu!" imbuhnya. "Jadi katakan padaku, bagian mana dari dirinya yang pantas untuk diselamatkan?" tantang sang vampir Stroumer.

Mata bulat Soojung memicing. Ia pun berbalik menghadap lelakinya "Apakah perbuatan buruk harus dibalas dengan keburukan juga? Terlepas dari perbuatan bejatnya kepadaku, aku tetap tidak akan membiarkannya mati," jawab Soojung setenang mungkin. Meskipun sebenarnya, amarah tersirat jelas di setiap kata yang diucapkannya.

Melihat keteguhan hati Soojung yang bukan untuknya, Jimin semakin marah. "Kenapa?" raungnya. "Kenapa kau ingin menolongnya? Apa kau sudah mulai mencintainya, Soojung?" tanyanya yang kemudian mendengus. "Kalau begitu dia semakin pantas untuk mati!!" sambungnya.

Plak!

Secepat kilat, tamparan Soojung mendarat di pipi Jimin. Membuat pemuda Park itu terkejut setengah mati. Dengan tatapan tak percaya, ia menatap kekasihnya.

Tiba-tiba Jimin seperti merasakan de javu. Ia seolah berjalan memutar hingga kembali ke titik di mana ia mulai. Tamparan Soojung, amarahnya, ekspresi datarnya, tatapan tajamnya. Situasinya sama dengan ketika mereka pertama kali bertemu.

Pertemuan pertama dan juga pertengkaran pertama yang disebabkan oleh sebuah surat ancaman tanpa pengirim. Hingga kemudian membuat mereka menjalin hubungan cinta selama setengah tahun ini. Namun kali ini, dengan situasi yang sama, meskipun dengan penyebab yang berbeda, mereka kembali bertengkar.

Apakah hubungan mereka akan berakhir kali ini?

To be continued...

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Astraliancreators' thoughts