webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

Mine

Soojung merasakan tubuh prianya yang semakin lemas dalam pelukannya. "Jimin?" panggilnya dengan khawatir.

Tidak ada jawaban. Malah Soojung merasa menjadi tumpuan bagi tubuh lemas Jimin. Seketika, gadis bersurai cokelat madu itu panik. "Jimin!!" serunya.

Masih tidak ada jawaban.

"Oppa!!" panggil Soojung lebih keras.

Sama sekali tidak ada respon.

Jimin pingsan. Itulah kesimpulan yang dapat diambil oleh otak Soojung. Mungkin energinya terkuras habis karena digunakan untuk berteleportasi barusan.

Dengan panik, si gadis memapah tubuh Jimin ke ranjang bertiang. Untungnya semua kelambu biru tuanya diikat ke tiang, membuatnya tidak perlu repot dengan benda tersebut. Dengan sangat hati-hati, Soojung pun membaringkan kekasihnya di matras lembut.

Melihat kemeja Jimin yang sudah basah dan lengket oleh darah, mata bulat Soojung terbelalak ngeri. Dengan cekatan, ia segera membuka kancing kemeja Jimin. Seolah tidak merasa jijik sama sekali.

Sementara itu, otaknya sibuk berpikir, haruskah ia membawa Jimin ke rumah sakit? Namun apakah obat manusia bisa bekerja pada seorang vampir? Jimin tidak pernah memberitahunya.

Si gadis model kembali terbelalak saat telah menyibak kemeja Jimin. Luka lelakinya terlihat menganga mengerikan. Ia segera pergi mencari baskom, air, dan handuk.

Saat kembali, Soojung mengerutkan dahi bingung. Kemudian mengerjap dan menggosok kedua matanya. Ia benar-benar tidak percaya pada pandangannya. Karena dia yakin, luka Jimin lebih lebar sebelumnya.

Gadis itu baru saja bangkit, berniat untuk menghidupkan lampu saat ia menyadari bahwa matanya akan terasa sakit jika terkena cahaya lampu. Kemudian Soojung ingat bahwa ada banyak sekali lilin di sudut-sudut kamar Jimin. Ia pun menyalakan beberapa lilin di atas nakas sambil terus berdoa, semoga matanya tidak akan terasa sakit jika terkena cahaya lilin.

Ketika akhirnya cahaya lilin menerangi kamar, barulah Soojung percaya pada pandangannya bahwa luka Jimin memang mengecil. Tentu saja hal ini mungkin terjadi, mengingat kekasihnya adalah seorang vampir. Regenerasi sel tubuhnya pasti lebih cepat dari manusia biasa. Memutuskan untuk tidak bertanya-tanya lagi, Soojung mulai membersihkan luka Jimin. Untung saja matanya tidak terasa sakit oleh cahaya lilin.

"Soojung," terdengar panggilan lirih dari Jimin.

Soojung langsung berjengit kaget dan mendongak menatap Jimin. "Maaf, pasti kau terbangun karena aku menekan lukamu terlalu keras," katanya dengan nada menyesal.

Namun Jimin menolak kata maaf itu dengan gelengan samar. "Terima kasih," balasnya sambil tersenyum lemah.

Karena terlalu fokus membersihkan luka Jimin, Soojung hanya mengangguk. Bahkan ia hanya sanggup tersenyum tipis sebelum kembali melanjutkan kegiatannya. "Haruskah kita pergi ke rumah sakit?" tanyanya dengan khawatir.

Si pemuda Park kembali menggeleng, "Tidak perlu. Sebentar lagi lukanya akan menutup."

Namun Soojung sepertinya tidak percaya, "Apa kau yakin, Oppa?" Meskipun Jimin bisa menyembuhkan dirinya sendiri, siapa yang tahu jika ada organnya yang terluka parah di dalam sana? Bagaimana jika memang ada dan membutuhkan penanganan khusus?

Sambil tersenyum menenangkan, Jimin mengangguk. "Aku hanya butuh vitamin dan darah," ucapnya sambil melirik ke arah nakas.

Mata bulat Soojung mengikuti arah lirikan Jimin. Saat melihat bunga mawar hitam di atas nakas, ia mengerti bahwa vitamin yang dimaksud Jimin adalah bunga kematian tersebut. Ia pun segera mengambilkannya.

Kemudian Soojung membantu Jimin untuk duduk bersandar pada kepala ranjang. Setelah itu, ia duduk di sisi ranjang. "Bagaimana caramu memakannya, Oppa?" tanyanya sambil menyodorkan setangkai bunga mawar hitam yang dipegangnya.

Si lelaki vampir mencabut salah satu kelopak bunga mawar hitam. Memasukkannya ke dalam mulut, mengunyahnya, lalu menelannya. Terus seperti itu hingga kelopak bunga tersebut habis.

"Lagi?" tanya Soojung yang sedari tadi memperhatikan tanpa berkomentar. Namun prianya hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. "Kalau begitu aku akan mengambilkanmu air," sambungnya sambil bangkit.

"Tidak, darah saja," potong Jimin yang sukses membuat Soojung mematung.

Gadis bermarga Baek itu merasa sangat bodoh. Tentu saja Jimin meminum darah. Bukan air! Lalu di mana ia bisa mendapatkan darah? Bagaimana jika darahnya saja?

"Jangan berpikir untuk menawarkan darahmu lagi, Sayang!" kata Jimin. Tatapannya berubah tajam dengan nada memperingatkan. Dia seolah bisa membaca pikiran Soojung.

Peringatan Jimin itu membuat si gadis bersurai cokelat madu tersentak dari lamunannya. "Maaf," ucapnya dengan canggung. Kemudian ekspresinya berubah khawatir saat Jimin tiba-tiba turun dari ranjang. Dengan panik ia berseru, "Oppa, jangan! Lukamu-"

Cup!

Kalimat Soojung terpotong karena ciuman singkat yang diberikan Jimin. Pemuda ini langsung cengar-cengir melihat wajah gadisnya yang terlihat terkejut sekaligus malu. "Tidak apa-apa. Lukanya sudah menutup," katanya.

Tidak percaya, Soojung segera menunduk melihat perut Jimin. Dan benar saja. Luka prianya telah menutup sempurna. Gadis itu pun terkagum-kagum dalam hati menyadari kecepatan penyembuhan diri seorang vampir.

Tiba-tiba pipi Soojung merona melihat tubuh atas Jimin. Kenapa ia baru menyadarinya sekarang bahwa kekasihnya ini memiliki tubuh yang sangat bagus? Gadis itu pun cepat-cepat membuang muka. "Sepertinya memang sudah sembuh," komentarnya yang tiba-tiba gugup.

Entah Park Jimin memang tidak menyadari kegugupan Soojung, atau hanya berpura-pura tidak sadar. Karena ia malah mengangguk dengan senyuman yang masih mengembang di wajahnya. "Sebentar," ujarnya yang kemudian pergi dari hadapan Soojung.

Si pemuda berjalan menuju lemari dengan kemeja berlumur darah yang menggantung aneh di kedua pundaknya. Setelah memilih-milih pakaian sebentar, Jimin akhirnya mengganti kemejanya dengan sweater cokelat.

Kemudian Jimin mengambil sebuah sweater putih dari tumpukan pakaiannya. Ia pun menghampiri Soojung yang masih berdiri di tempatnya semula. Langsung saja ia memakaikan sweater tersebut pada Soojung.

Saat itulah si gadis bermata bulat baru sadar bahwa ia masih memakai gaun pengantin yang telah compang-camping. Jimin pasti merasa tidak nyaman melihatnya dalam keadaan seperti itu. Pipi Soojung pun kembali memanas karena malu.

"Mandilah! Kamar mandinya ada di sebelah sana," kata Jimin sambil menunjuk sebuah pintu kaca di sebelah kiri ruangan.

Soojung langsung mengangguk, kemudian cepat-cepat beranjak ke kamar mandi. Meskipun sebenarnya ia sudah tahu di mana letak kamar mandi Jimin saat mencari baskom, air, dan handuk. Hanya saja, ia ingin menyembunyikan rona di pipinya. Sepertinya gengsinya kembali naik tinggi setelah sempat merosot turun tadi.

🌹 Black Rose 🌹

Soojung keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit kepalanya, serta memakai sweater putih milik Jimin yang kelewat besar untuk tubuh mungilnya. Gadis itu bahkan harus menggulung lengan sweater tersebut agar tangannya tidak tertelan. Dan untungnya panjang sweater itu bahkan mencapai lututnya.

Jimin melihat Soojung melalui ekor matanya. "Sudah selesai?" tanyanya yang sedang menyalakan lilin di dekat sofa. Si gadis mengangguk sambil berjalan mendekat.

"Kalau begitu makanlah!" lanjut Jimin sambil mendudukkan Soojung di sofa biru tuanya. "Aku baru saja membelinya di restoran," sambungnya sambil mengedikkan dagu pada semangkuk sup tulang sapi panas di atas meja.

"Kau baru saja dari restoran?" tanya Soojung yang langsung diangguki oleh lawan bicaranya. "Apakah Inbi ada di sana?" tanyanya lagi.

Jimin kembali mengangguk. "Makanlah! Aku akan mandi," kemudian Jimin menghilang begitu saja.

Tepat ketika Soojung menghabiskan supnya, Jimin keluar dari kamar mandi. Ingin menjahili kekasihnya, pria vampir itu berteleportasi ke belakang sofa. "Sepertinya kau sangat lapar," katanya, tepat di belakang telinga Soojung.

Soojung yang sedang membersihkan bibirnya dengan tisu, langsung terlonjak kaget. "Yaaaa! Kau mengagetkanku!" pekiknya dengan kesal.

Namun Jimin malah tertawa, seperti tidak merasa bersalah sama sekali. Kemudian ia melepas lilitan handuk di kepala Soojung, membuat rambut panjang gadis itu tergerai. Setelahnya, Jimin menggunakan handuk tersebut untuk menggosok rambutnya sendiri yang masih meneteskan air.

"Kau tidak makan?" tanya Soojung saat prianya menjatuhkan diri di sampingnya.

"Aku sudah meminum darah saat kau sedang mandi," jawab Jimin.

Soojung pun mengangguk paham. "Di mana dapurnya, Oppa?" tanya Soojung setelah menghabiskan air mineralnya.

Tidak segera menjawab, Jimin malah menarik Soojung mendekat. Lalu ia melingkarkan tangannya pada pinggang gadis itu dan menyandarkan kepalanya di bahu kekasihnya. "Biarkan saja di situ," jawabnya akhirnya.

Melihat tingkah Jimin yang menempelinya seolah tak ingin dia pergi, Soojung pun mengurungkan niatnya. Refleks tangannya mengusap rambut Jimin yang masih sedikit basah. "Apa kau masih merasa tidak enak badan, Oppa?" tanyanya. Jimin menjawabnya dengan gumaman tidak jelas, membuat Soojung mengira bahwa pria itu memang masih belum sembuh.

"Baumu seperti mawar, Soojung-ah. Membuatku ingin memakanmu," komentar Jimin sambil mengendusi bau semerbak pacarnya.

Soojung pun tertawa renyah. Bagaimana tidak jika sabun dan shampoo milik Jimin yang ia gunakan tadi memang beraroma mawar. "Boleh," jawabnya berniat menggoda.

Sayangnya Jimin menganggap jawaban Soojung itu dengan serius. "Kalau begitu tutup matamu!" perintahnya yang langsung dilakukan oleh si gadis tanpa bertanya-tanya.

Beberapa saat kemudian, perut Soojung seperti tergelitik. Lalu ia merasakan lengan Jimin di pinggangnya yang menarik tubuhnya ke belakang. Jika Soojung mengira bahwa ia akan terhempas ke sandaran sofa, maka ia salah!

Karena nyatanya, ia malah terhempas ke matras ranjang yang sangat lembut. Otomatis gadis itu membuka mata kaget. Jimin baru saja membawanya berteleportasi ke ranjang bertiangnya!

"Aku belum memperbolehkanmu membuka mata," protes Jimin dengan nada merajuk.

"Kau membuatku terkejut!" jawab Soojung sambil menepuk lengan Jimin di pinggangnya.

Kemudian keduanya saling mengubah posisi agar saling berhadapan. Setelah itu, tangan Jimin bergerak mengusap kepala Soojung dengan lembut. "Maaf, aku tidak memiliki lampu. Namun kuharap, semua lilin ini cukup," katanya dengan sungguh-sungguh.

Si gadis model langsung menggeleng tegas. "Ini lebih baik, Oppa. Karena mataku akan terasa sakit jika terkena cahaya lampu ataupun matahari, entah kenapa," jawabnya.

Park Jimin terbelalak kaget, lantas bertanya, "Apa kau juga terus merasa lapar dan haus?"

Kali ini Soojunglah yang terkejut. "Bagaimana kau tahu?"

Mengabaikan pertanyaan Soojung sebelumnya, Jimin malah kembali bertanya, "Sejak kapan kau merasa seperti itu?"

"Sejak pulang dari restoran kemarin. Kau tahu apa yang terjadi padaku?" tanya Soojung dengan cemas.

Lelaki bersurai hitam kelam itu menghela napas panjang. Sepertinya inilah saat yang tepat untuk memberitahu Soojung. "Itu pertanda bahwa kau adalah manusia setengah vampir sekarang," jawabnya.

Soojung tenganga dengan mata bulat yang berkedip tak percaya, "Bagaimana bisa?"

"Apa kau lupa bahwa darahku mengalir di dalam tubuhmu, Sayang?" tanya Jimin disertai senyum miring. Soojung mengerjap, mulai paham dengan apa yang terjadi pada tubuhnya. "Sekujur tubuhmu akan terasa sakit jika kau tidak segera berubah menjadi vampir sebelum bulan purnama," lanjutnya.

Baek muda itu langsung bergidik ngeri membayangkannya. Tentu saja ia tidak mau merasakan sakit di sekujur tubuhnya. "Lalu bagaimana caraku berubah menjadi vampir?" tanyanya dengan cemas.

"Dengan melakukan ritual. Kau harus memakan bunga mawar pink, kemudian meminum darahku," jawabnya, bersyukur telah menanyakan hal ini pada Yoongi kemarin. "Kita bisa melakukannya sekarang," sambungnya sambil bangkit dengan antusias.

Namun Soojung memegang lengan pria itu untuk mencegahnya. "Kau baru saja kehilangan banyak darah, Oppa. Aku bisa menunggu sampai besok," katanya dengan senyum lembut. "Lagi pula, bulan purnama masih seminggu lagi," imbuhnya.

Lelaki bermata tajam itu balas tersenyum sambil mengangguk paham. Setelah merebahkan dirinya kembali, ia memeluk Soojung dengan erat. "Terima kasih. Aku senang kau mau berubah menjadi vampir," ucapnya tulus.

Masih dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya, Soojung mengangguk. Menurutnya, tidak masalah menjadi makhluk nocturnal yang dulu ia anggap hanya ada dalam dongeng. "Artinya, aku bisa menemani hidupmu hingga ratusan tahun kemudian," ujarnya.

Jimin pun mencium puncak kepala gadis yang berada dalam dekapannya. "Kita akan bersama. Selamanya," ucapnya bagai janji.

To be continued...

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Astraliancreators' thoughts