webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

Vitamin

Melihat keteguhan hati Soojung yang bukan untuknya, Jimin semakin marah. "Kenapa?" raungnya. "Kenapa kau ingin menolongnya? Apa kau sudah mulai mencintainya, Soojung?" tanyanya yang kemudian mendengus. "Kalau begitu dia semakin pantas untuk mati!!" sambungnya.

Plak!

Secepat kilat, tamparan Soojung mendarat di pipi Jimin. Membuat pemuda Park itu terkejut setengah mati. Dengan tatapan tak percaya, ia menatap kekasihnya.

"Memangnya siapa yang memberimu hak untuk menentukan kematian seseorang? Kau tidak berhak, Jimin! Tidak sama sekali!!" sembur Soojung dengan amarah yang meledak-ledak.

"Dan aku tidak pernah sedikit pun memiliki perasaan pada Junmyung! Jangan menganggap belas kasihku padanya sebagai rasa cinta! Karena aku hanya kasihan! Aku tidak bisa melihat seseorang mati di depan mataku lagi, hanya karena aku yang tidak bisa menolongnya!" lanjut si gadis separuh vampir.

Namun ternyata, ledakan amarahnya tidak berhenti sampai di situ. Soojung kembali berteriak, "Jadi, jika kau tidak mau menolongnya, biar aku yang membawanya sendiri ke rumah sakit!!" Ia pun berbalik dan langsung terkejut melihat Junmyung yang sudah terbaring di aspal dengan Jungkook yang berjongkok di sampingnya. "Jungkook? Sejak kapan kau di sini?" tanyanya sambil ikut berlutut.

"Satu menit yang lalu," jawab Jungkook yang masih fokus pada leher Junmyung. "Aku sudah menghentikan pendarahannya. Dan bekas gigitan Jimin Hyung juga sudah menutup," lapornya sambil menatap Jimin dan Soojung bergantian.

"Bisakah kau menolongku untuk membawanya ke rumah sakit, Kookie?" tanya Soojung dengan tatapan memohon.

"Baiklah," Jungkook menyanggupi. Kemudian pria bergigi kelinci itu mulai merogoh saku-saku lelaki Lee untuk mencari kunci mobil.

"Pergilah bersama Inbi!" perintah Jimin pada Jungkook. Soojung dan Jungkook langsung menatapnya. Isyarat agar dia menjelaskan maksudnya.

"Aku ingin kau menghapus ingatan Junmyung tentang kami," jelas Jimin yang membuat Jungkook mengangguk paham, sedangkan Soojung terbelalak kaget.

Gadis model itu segera menatap Jungkook dengan takjub. Dia tidak menyangka bahwa Jungkook bisa melakukan hal seperti itu. Soojung mengira bahwa keistimewaan bangsa vampir hanyalah dapat berteleportasi saja.

Namun ternyata ada kekuatan semacam ini juga! Bisa berteleportasi saja sudah keren, apalagi bisa menghilangkan ingatan! Itu berkali-kali lipat lebih keren!

"Terutama ingatannya tentang Soojung. Maka dari itu Soojung, kau tidak boleh ikut pergi ke sana!" imbuh si pria bersurai hitam.

Ucapan Jimin itu membuat Soojung memutar kepala untuk menatapnya lagi. Ia sudah membuka mulutnya untuk protes, tapi urung karena pria tersebut kembali menjelaskan, "Ini akan gagal jika Junmyung melihatmu setelah Jungkook menghapus ingatannya. Setidaknya dia tidak boleh melihatmu selama sehari penuh."

Jungkook pun mengangguk, menyetujui penjelasan hyungnya. "Aku masih pemula, Noona. Kemampuanku tidak sehebat itu. Jadi, aku membutuhkan waktu paling cepat lima jam agar pengaruhnya bekerja maksimal," jelas si pemuda Jeon.

Soojung pun mengangguk paham, "Aku mengerti." Seolah kemarahannya pada Jimin tadi telah lenyap terbawa angin malam.

Sebenarnya bukan hanya itu alasan Jimin melarang Soojung untuk ikut. Dia tidak tahan membayangkan Soojung yang terus memberikan perhatiannya pada si laki-laki sinting. Park Jimin benar-benar cemburu.

Setelah Junmyung direbahkan di kursi belakang mobilnya, kendaraan tersebut pun berangkat. Jungkook dan Inbi terpaksa harus mengantarkan pria bermarga Lee itu ke rumah sakit terdekat. Tentu saja mereka berdua tidak meminta izin sama sekali pada Taehyung. Karena Jimin maupun Jungkook tidak tahu harus menjelaskan dengan cara seperti apa jika sampai dia bertanya-tanya.

"Soojung," panggil Jimin sambil menoleh. "Aku sungguh minta maaf telah meneriakimu," ucapnya dengan nada menyesal yang kentara. "Aku hanya.... tidak habis pikir. Bagaimana bisa kau menolong orang yang telah melakukan hal buruk kepadamu? Kupikir kau membenci Junmyung," lanjutnya.

Namun Soojung masih saja menatap ke ujung gang. Padahal mobil Junmyung sudah tidak terlihat lagi, mungkin karena ia tidak ingin menatap lelakinya. "Aku juga tidak mengerti, Jimin. Bagaimana bisa kau ingin membunuhnya?" balasnya dengan suara yang semakin meninggi. "Sesalah apa pun perbuatannya, kau tidak berhak untuk menghakiminya! Apalagi membunuhnya!!" serunya.

Melihat tangan gadisnya yang tiba-tiba terkepal karena amarah, Jimin refleks menggapai tangan Soojung. "Soojung, kenapa kau-" namun kalimat dan tangannya langsung terhenti saat gadis yang ia cintai malah berjengit dan menjauh darinya.

Ekspresi Soojung terlihat jijik menatap tangan Jimin yang terulur padanya. Seolah tangan prianya itu adalah sarang penyakit yang bisa membuatnya tertular. "Jangan sentuh aku!" gumamnya yang masih bisa didengar oleh telinga tajam Jimin.

Deg!

Jimin merasa, hatinya kini disiram dengan air yang sangat dingin hingga sanggup mengubahnya menjadi hati kristal beku. Kemudian hatinya seperti dihempaskan pada aspal jalanan. Hancur!

"Suatu saat nanti, kau pasti akan membunuhku juga," bisik Soojung lebih kepada dirinya sendiri.

Namun tentu saja Jimin masih bisa mendengarnya. Berniat menjelaskan, ia segera melangkah mendekati kekasihnya. "Soojung, aku tidak mungkin-" perkataannya kembali terhenti, begitu pula langkahnya.

Karena Soojung malah buru-buru melangkah mundur menghindarinya. "Jangan mendekat!" larangnya. "Ternyata aku salah menilaimu, Park Jimin. Kupikir kau masih memiliki hati, tapi ternyata tidak. Kau hanyalah seorang monster penghisap darah," ujarnya dengan tatapan tajam.

Deg!

Hati sang vampir yang telah dihempaskan pada aspal, sekarang rasanya sedang diinjak oleh milyaran kaki orang. Sangat amat hancur! Bahkan ia sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Saat Soojung mulai berlari pergi, Jimin masih terlalu syok untuk mencegahnya. Kata-kata gadis itu masih terngiang jelas di telinganya. Berulang-ulang, seperti sebuah kaset yang rusak.

Inilah yang Jimin takutkan dulu. Bahwa Soojung akan ketakutan padanya, kemudian pergi meninggalkannya. Dan lihatlah sekarang! Hal yang sangat ia takutkan dulu, kini benar-benar terjadi.

🌹 Black Rose 🌹

Jimin terbangun ketika ia mendengar suara pintu kamar diketuk. Dengan mata setengah tertutup, ia menyingkap selimutnya. Kemudian ia melirik jam alarm di atas nakas sambil duduk tegak. Pukul lima sore.

Ternyata Jimin tertidur cukup lama. Sejak pertengkarannya dengan Soojung malam sebelumnya, ia segera pulang. Kemudian yang dia lakukan hanyalah meringkuk di balik selimut sambil terus memikirkan gadisnya. Bahkan ia berusaha mencari kesalahannya pada Soojung selama ini. Namun ia tetap saja tidak menemukan jawaban apa pun hingga jatuh tertidur.

Suara ketukan pintu kembali terdengar. Alis Jimin otomatis bertaut. Jungkook tidak mungkin mengetuk pintu kamarnya. Dongsaengnya itu pasti akan langsung masuk ke kamarnya tanpa mengatakan permisi sekali pun. "Masuk!" ucap Jimin sedikit keras.

Mata Jimin terasa ingin lepas saat melihat kepala Soojung yang melongok di sela pintu kamarnya. Dia tidak menyangka bahwa tamu yang mengunjunginya adalah gadisnya sendiri. Karena sangat tidak mungkin Soojung mau dengan rela menghampirinya, mengingat pertengkaran hebat mereka semalam. Ia tahu persis, gengsi kekasihnya tidak akan mengizinkannya untuk melakukan hal itu.

Saat pandangan keduanya bertemu, si gadis cantik segera menampilkan senyum terbaiknya. "Apa aku mengganggumu, Oppa?" tanyanya takut-takut.

"Eh? Tidak. Ma-masuklah!" jawab Jimin tergagap. Hei, dia terlalu senang! Jika Soojung telah melemparkan senyumnya, artinya gadis tersebut tidak marah lagi. Jimin tahu itu!

Si pemuda pun segera turun dari ranjangnya. Namun Soojung dengan sigap langsung menahannya. "Berbaringlah dulu, Oppa. Lukamu masih belum sembuh," sarannya.

"Benarkah?" tanya Jimin sambil meraba wajahnya. Dengan dibantu oleh Soojung, ia akhirnya menurut untuk kembali berbaring dengan punggung bersandar di kepala ranjang.

"Masih ada bekas lebam di wajahmu, Oppa," jawab Soojung sambil menyeret sebuah kursi ke dekat ranjang. "Kau pasti belum memakan vitaminmu," tebaknya saat duduk di kursi. "Jadi aku telah membawakannya untukmu!" dengan ceria, ia tersenyum sambil menunjukkan sebuket mawar hitam.

Otomatis kedua sudut bibir Jimin terangkat. Ia tersenyum senang atas perhatian kekasihnya. Memang benar bahwa dia belum memakan bunga mawar hitam sejak semalam. "Terima kasih, Sayang," katanya.

Soojung pun balas tersenyum sambil memberikan setangkai mawar hitam dari buket yang dibawanya. Setelah Jimin menerimanya, tiba-tiba ia menunduk dengan gugup, terlihat dari tangannya yang ia remas-remas. "Aku.... sungguh minta maaf atas apa yang telah terjadi semalam, Oppa," katanya menyesal.

"Tidak, Soojung. Itu salahku. Harusnya aku mendengarmu," sahut Jimin, tidak enak hati.

Masih dengan tatapan sedih pada bunga di pangkuannya, Soojung menggeleng. "Perkataanku pasti telah menyakitimu, Oppa. Aku benar-benar minta maaf!" serunya.

"Lupakan, Soojung! Tidak apa-apa," jawab pemuda vampir sambil tersenyum. Padahal ia masih bisa merasakan betapa sakit hatinya saat Soojung mengatainya sebagai monster.

Soojung mendongak. Dan saat melihat senyum tulus prianya, ia yakin bahwa Jimin telah memaafkannya. "Terima kasih!" katanya sebelum mencondongkan tubuh untuk mengecup bibir Jimin.

Saat Soojung kembali ke kursinya, Jimin harus menggigit bibir bawahnya. Ia berusaha menahan senyum lebarnya karena terlalu senang. Soojung yang mengetahui hal itu, langsung tertawa kecil.

"Tersenyumlah sebelum kau tidak bisa tersenyum lagi, Oppa!" sarannya.

Bukannya tersenyum, si pemuda bersurai hitam kelam malah menyeringai bodoh. Dengan ekspresi yang sama, ia mengangkat vitaminnya sambil menatap si pemberi. "Boleh kumakan sekarang?" tanyanya.

"Makanlah!" sahut Soojung sambil mengangguk. Mata bulatnya memperhatikan Jimin yang mencabut dua kelopak bunga mawar hitam, lantas memakannya. "Kau tahu Oppa, aku bertemu dengan Taehyung saat melewati restoran tadi," Soojung mulai bercerita.

Karena Jimin sedang mengunyah, ia hanya bisa mengangguk saja untuk menanggapi. Si gadis separuh vampir pun melanjutkan, "Dia melihat mawar hitam yang kubawa dan bertanya, siapa yang meninggal."

"Awalnya aku bingung harus menjawab apa. Karena aku ingat bahwa kau melarangku untuk memberitahunya tentang identitasmu dan Jungkook. Jadi, aku menjawab bahwa tidak ada yang meninggal. Namun sebentar lagi pasti ada," sambungnya dengan ekspresi polos.

Jimin sebenarnya merasa aneh dengan kalimat Soojung yang terakhir. Namun tepat saat itu, ia tersedak. Dia terlihat sangat kesakitan hingga memegangi lehernya.

Melihatnya, Soojung langsung terlonjak panik. "Oppa, apa kau baik-baik saja?" kecemasan tersirat dalam suaranya. Kemudian gadis itu segera bangkit. "Aku akan mengambilkanmu darah!" katanya sambil mulai beranjak pergi.

Namun Jimin malah mencegahnya dengan cara memegang pergelangan tangan Soojung. "K-kenapa," ia berusaha berbicara dengan susah payah. "Kau- uhuk! Mera- uhuk uhuk! cuniku?" sambungnya di sela batuk hebat.

Gadis bermarga Baek itu kembali duduk. Dia melepas cengkeraman Jimin dengan halus. Kemudian ia malah tersenyum. Namun senyum itu tidak mencapai matanya.

Karena matanya hanya memancarkan campuran kesedihan, kekecewaan, dan amarah. Bukan ketulusan. "Setiap orang bisa mengkhianati siapa pun," katanya misterius.

Namun Park Jimin tidak bodoh untuk menangkap maksudnya. Dia terbelalak dan kembali terbatuk hebat. Kemudian terdengar suara tercekik darinya. Perlahan, cahaya kehidupan pergi meninggalkannya.

Soojung yang masih menampilkan senyum palsunya, langsung mendengus. "Sebelum kau membunuhku dengan taringmu, aku telah membunuhmu dengan tanganku terlebih dahulu," katanya. Tangannya bergerak untuk mengusap pergelangan tangan bagian dalamnya yang tertutup beberapa plester luka.

To be continued...

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Astraliancreators' thoughts