webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

The Savior

Saat Jungkook sedang mengantar pesanan pada pelanggan, tiba-tiba smartphonenya bergetar hebat. "Halo?" katanya setelah mendekatkan benda tersebut ke telinganya. Mendengar teriakan orang di sambungan telepon, pemuda bergigi kelinci itu segera berlari ke ruang penyimpanan. Taehyung yang berdiri di balik counter pun dibuat heran oleh tingkahnya.

Si lelaki bersurai cokelat madu segera mengunci ruang penyimpanan dari dalam. "Ada a-" belum selesai Jungkook bertanya, dia sudah di banting ke pintu. Meski tahu siapa pelakunya, tetap saja mata doenya melebar terkejut. Dia hanya tidak menyangka akan diperlakukan seperti ini lagi.

Mata si pelaku kekerasan berpendar merah dalam ruangan temaram. Tanpa aba-aba, dia menancapkan taringnya pada perpotongan leher Jungkook. Mengundang geraman lirih dari bibir sang vampir Greitiklis.

"Hyung!" hardik Jungkook di sela rasa sakitnya. "Bukankah aku sudah memberimu jatah darah hari ini?" tanyanya sambil melirik si penelepon yang tak lain adalah Jimin. Namun tentu saja hyungnya tidak bisa menjawab karena mulutnya masih sibuk menghisap darah.

Mereka tetap berada dalam posisi itu selama beberapa menit. Saat dirasa cukup, Jimin segera mencabut taringnya. Tidak repot-repot menutup bekas gigitannya, karena ia tahu Jungkook akan segera sembuh dengan sendirinya. Lelaki yang lebih tua malah langsung menjauhi Jungkook sambil mengusap bibirnya dengan punggung tangan. "Aku memberikan darahku pada Soojung," katanya dengan napas tersenggal.

"Dia kehilangan banyak darah dan membutuhkan transfusi, sedangkan semua keluarganya berada di Rusia. Terlalu lama untuk menunggu mereka terbang ke Korea, padahal Soojung membutuhkan darah secepat mungkin. Lagi pula, dia bahkan tidak menyimpan kontak ayahnya sama sekali," lanjut Jimin dengan ceritanya.

Jungkook terbelalak mendengarnya. "Separah itu?" tanyanya sambil mengusap bekas gigitan Jimin. Seorang vampir sepertinya memang memiliki regenerasi tubuh. Namun tetap saja ia bisa merasakan perihnya.

"Ya, pencuri itu menusuk perut Soojung," jawab Jimin dengan muram. "Untung saja tidak ada organ dalamnya yang robek," lanjutnya sambil mengusap wajah frustasi. "Dan beruntungnya, Inbi hanya mendapat luka ringan di lengan dan lehernya," imbuhnya beberapa saat kemudian.

"Syukurlah," kata Jungkook sambil menghela napas lega.

Si pria bersurai hitam kelam terduduk di lantai. Wajahnya sangat kusut, tapi tetap tidak menghilangkan ketampanannya. "Harusnya aku ikut dengannya," gumam Jimin yang masih bisa didengar oleh Jungkook.

"Apa?!" teriak pria Jeon dengan kaget, merasa telah salah dengar. "Kau melantur, Hyung!"

"Jika aku menemaninya jalan-jalan, Soojung pasti tidak akan mengalami hal ini," lanjut Jimin dengan kepala tertunduk. Sepertinya ia tidak peduli dengan hardikan dongsaengnya.

Jungkook merasa jengkel mendengar ocehan tidak jelas tersebut. Ia pun segera berjongkok di depan Jimin, lantas menjitak dahinya dengan cukup keras. Bagaimana bisa hyungnya ini berpikir seperti itu?

"Aw!" pekik lelaki Park yang kesakitan. Kepalanya segera mendongak untuk menatap tajam adik kurang ajarnya. "Apa masalahmu, Kookie?!" teriaknya dengan kesal.

"Kau mengoceh seperti telah kehilangan akalmu, Hyung! Bagaimana mungkin kau ingin menemani Soojung Noona jalan-jalan di siang hari?! Kau ingin bunuh diri?!" yang lebih muda balas berteriak. "Jika kau melakukannya, dan mati terbakar matahari, kau tidak akan bisa melindungi Soojung Noona lagi selamanya!" sambungnya, dengan penekanan pada kata 'selamanya'.

Bibir Jimin terkatup rapat. Ia terdiam, merasa bodoh dengan pemikiran konyolnya tadi. Tatapannya semakin lama semakin turun hingga ia kembali memandangi lantai yang membosankan. "Maaf," ujarnya.

Mendengar satu kata lirih itu, Jungkook langsung tersenyum. Ia mulai sering mendengar kata tersebut dari Jimin akhir-akhir ini. "Tidak, Hyung. Kau hanya sedang kalut hingga yang ada di pikiranmu hanyalah keselamatan Soojung Noona saja," nada lembut mewarnai suaranya.

Jimin mengangguk, "Aku terlalu merasa bersalah, Kookie. Aku benar-benar telah gagal melindunginya."

"Hyung, mungkin Soojung Noona hanya sedang sial. Lagi pula, si pencuri yang menusuk perutnya adalah seorang pria. Bukannya wanita bertubuh pendek yang adalah si pengirim surat ancaman," Jungkook mencoba meluruskan pemikiran partnernya.

"Bagaimana jika si pencuri adalah orang suruhan 'istri' sialanku?" tanya Jimin sambil mengangkat pandangan. Pancaran matanya terlihat sangat sedih.

"Mungkin saja. Kau hanya perlu bekerja sama dengan polisi untuk mencarinya," saran Jungkook.

Jimin menghela napas panjang. Kemudian ia melirik jam tangannya, "Aku harus kembali."

Jungkook mengangguk sambil tersenyum. "Jangan mengatakan bahwa kau tidak bisa melindunginya jika nyatanya hanya kaulah yang bisa menyelamatkannya, Hyung!" katanya sambil menepuk bahu Jimin. Entah Jimin memahaminya atau tidak, karena ia telah menghilang dari sana.

Meski begitu, Jungkook bersyukur dalam hati sambil tersenyum sendiri. Setidaknya Jimin tidak berburu manusia dalam situasi seperti ini. Juga tidak mengambil jatah darah babi di rumah mereka. Vampir yang lebih tua 200 tahun darinya itu malah mencarinya, dan menghisap darahnya. Hal ini jauh lebih baik dari pada mencari mangsa dan mengambil resiko tertangkap para vampire hunter.

🌹 Black Rose 🌹

Saat membuka pintu kamar inap Soojung, Jimin sangat terkejut melihat punggung seorang lelaki yang duduk di samping ranjang kekasihnya. Dahinya berkerut tidak suka karena sepertinya orang ini sedang memandangi wajah tidur gadis miliknya. Karena diburu rasa penasaran dan cemburu, lelaki vampir itu pun berjalan mendekat. Ternyata ia mengenal pria asing tersebut. "Lee Junmyung?" sapanya dengan heran.

Teman Inbi itu menoleh dan langsung bangkit. "Jimin-ssi," balasnya dengan senyum terpaksa. Ia kesal, tentu saja. Karena pemuda di seberangnya tersebut telah mengganggu waktunya mengagumi Soojung.

"Inbi dirawat di kamar sebelah," Jimin memberi tahu. Ia pikir, Junmyung telah salah kamar atau apa. Namun logikanya jelas mengatakan bahwa teman kuliah Inbi ini memang sengaja menjenguk Soojung.

"Aku sudah menjenguknya," jawab Junmyung dengan senyum yang sama. Ingin sekali ia mengusir Jimin agar pergi dari ruangan. Sayang sekali ia tidak memiliki hak untuk melakukan hal itu.

Lalu apa yang kau lakukan di sini?! batin Jimin dengan jengkel. Meskipun begitu, ia hanya mengangguk saja. Tidak mau membuat keributan yang nantinya akan mengganggu tidur kekasihnya.

Si pemuda Lee kembali memandangi gadis incarannya. Ekspresi iba terlukis di wajah tampannya. "Bagaimana bisa dia seperti ini?" tanyanya.

Jimin langsung menatap Junmyung dengan bingung. Apa maksudnya? Apa dia belum tahu penyebab Soojung sampai seperti ini?

"Sebenarnya apa yang kau lakukan, hingga membiarkannya terluka separah ini?" sindir lelaki bersurai cokelat pasir itu sambil menatap Jimin dengan sinis. Jimin sudah membuka mulutnya untuk membela diri, tapi Junmyung melanjutkan, "Jika kau tidak bisa menjaganya, lebih baik aku saja yang menjaga Soojung."

Lelaki vampir itu terbelalak kaget. Sepertinya feeling yang memperingatinya sejak tadi benar. "Kau-"

"Ya!" sahut Junmyung. "Aku memang menyukai kekasihmu," imbuhnya.

Jimin semakin terkejut mendengar pernyataan Junmyung yang terkesan santai. Tentu saja ia tidak terima! Karena Soojung hanya miliknya. Dan ia tidak akan pernah membiarkan siapa pun merebut gadis tersebut darinya.

Junmyung mengunci tatapannya pada Jimin. "Aku akan membuat Soojung melupakanmu dan hanya akan melihat ke arahku," ucapnya lagi.

Sang vampir pun balas menatap Junmyung dengan tajam. "Coba saja!" tantangnya. "Aku memang tidak bisa melindunginya. Namun darahkulah yang bisa menyelamatkannya dan membuatnya terus hidup hingga detik ini," lanjutnya sambil menyeringai mengerikan. Jimin teringat perkataan Jungkook beberapa waktu lalu. Saat itu ia memang tidak paham. Namun sekarang ia mengerti apa yang dimaksud oleh dongsaengnya tersebut.

Dan Jimin belum selesai sampai di situ, "Jika memang suatu saat nanti dia memilih untuk bersama denganmu, aku akan membuatnya terus ingat bahwa darahku mengalir di dalam setiap inchi tubuhnya." Perlahan seringaian Jimin berubah menjadi senyuman sadis. Karena dilihat dari segi mana pun, dialah pemenang hati Soojung.

Oh tentu saja Jimin tidak akan pernah membiarkan seorang Lee Junmyung menyentuh Soojung barang sedikit saja. Karena Soojung adalah belahan hatinya. Karena Sang Pencipta telah menciptakan gadis tersebut untuk dipasangkan dengannya. Karena hanya Park Jimin yang harus memiliki Baek Soojung.

Lelaki Park ini tidak mau hal sama yang telah menghancurkan keluarganya terjadi pula padanya. Sama seperti ibunya, ia akan melenyapkan siapa pun yang menghalangi kebahagiaannya dengan orang yang dicintainya. Siapa pun, tanpa terkecuali.

Rahang Junmyung mengeras. Dia geram karena tidak memiliki balasan untuk Jimin. Detik itu, dia sadar bahwa lawannya ini benar-benar tidak bisa diremehkan. Ia harus berusaha lebih keras jika ingin menang melawannya.

Dering telepon dari dalam saku Junmyung menghancurkan aura permusuhan yang menggantung di dalam ruangan. Si pemilik segera mengambil benda yang terus berbunyi itu. Setelah mengangguk dengan angkuh kepada Jimin, ia pun beranjak pergi.

Vampir bermarga Park bahkan tidak sudi untuk membalas anggukan pamit tersebut. Namun perasaan lega langsung meringankan hatinya. Karena sebenarnya, ia sudah gatal ingin memanggang Junmyung dengan listriknya.

🌹 Black Rose 🌹

"Emm.." gumam Soojung dengan kelereng mata yang berlarian. Ia menatap ke semua sudut kamarnya, asal tidak bertatapan dengan Jimin. "Terima kasih telah memberikan darahmu, Jimin-ah," ujarnya yang akhirnya mau menatap mata lelakinya.

Lelaki vampir itu tersenyum lembut. "Kebetulan saja golongan darah kita sama, Soojung-ah," bohongnya dengan lancar. Memangnya vampir memiliki golongan darah seperti manusia? Tentu saja tidak! Jimin hanya ingin menyelamatkan hidup Soojung. Karena bagaimanapun juga, gadis ini adalah belahan hatinya.

Pandangan Soojung perlahan turun. "Sejujurnya, aku tidak tahu bagaimana membalas kebaikanmu," akunya dengan perasaan tidak enak. Bagaimana tidak jika pria di sampingnya ini telah memberikan berliter-liter darah untuknya?

"Bagaimana jika kau membalasnya dengan cinta yang sangat banyak sampai kita mati nanti?" goda Jimin sambil mengeluarkan smirknya.

Si gadis bersurai cokelat memutar bola matanya. "Aku akan tetap melakukannya tanpa kau minta!" cicitnya malu-malu.

Jimin tertawa renyah. Kemudian tangannya mengusak surai Soojung dengan gemas. "Apa kau sudah makan dan meminum obatmu?" tanyanya.

Soojung yang masih berusaha menghilangkan rona di pipinya, hanya bisa menganggukkan kepala. "Inbi memasakkanku Samgyetang yang sangat lezat," jawabnya yang langsung mendapat anggukan puas dari Jimin.

Ya, Soojung terkena demam setelah kejadian penusukan perutnya. Dokter bilang, ini memang sering terjadi setelah seseorang menerima transfusi darah. Karena tubuh si penerima darah perlu menyesuaikan diri dengan darah baru yang masuk ke dalam pembuluh darahnya.

"Kau tahu," Soojung memulai cerita dengan semangat. "Di hari itu, ada seorang nenek peramal yang mengatakan bahwa sepanjang hidupku, aku akan terus berurusan dengan vampir."

Si lelaki Park terkejut dengan pembicaraan tentang bangsanya yang diangkat tiba-tiba. Namun ia berusaha untuk menutupi antusiasmenya. "Oh ya? Kau mempercayainya?" tanyanya.

"Entahlah, tapi jika mereka memang benar-benar ada, aku ingin bertemu dengan mereka," jawab Soojung disertai cengiran.

Jimin pun semakin merasa tertarik dengan opini gadisnya. "Apa yang akan kau lakukan jika bertemu dengan mereka?" pancingnya, ingin tahu.

Soojung terlihat berpikir sejenak. "Aku ingin bertanya apakah mereka memang abadi? Apakah mereka benar-benar meminum darah manusia? Apakah mereka benar-benar akan melepuh jika terkena sinar matahari? Intinya, aku ingin mewawancarai mereka," jawabnya dengan polos.

Sang vampir mengangguk sambil menggumam tidak jelas. "Lalu bagaimana jika mereka benar-benar meminum darah manusia dan meminta darahmu?" Jimin benar-benar mengatur suaranya agar tidak terdengar bergetar. Karena entah kenapa, jantungnya berdebar-debar sekarang.

"Karena kudengar mereka sangat rupawan, maka aku akan dengan senang hati memberikan darahku," jawab Soojung diakhiri ringisan. Benar-benar tidak menyadari bahwa perkataannya telah membuat Jimin tercekat.

Dalam sepersekian detik, sisi vampir Jimin muncul. Manik kembarnya berubah merah, dan taringnya mulai memanjang. Perkataan Soojung barusan seperti lampu hijau bagi Jimin untuk mencicipi darahnya. Namun Jimin dengan segera mengendalikan dirinya. Karena masih ada hal yang harus ia lakukan sebelum berubah menjadi manusia.

Setidaknya, dengan begini Jimin tidak akan takut untuk mengungkapkan jati dirinya. Karena ia tahu, kekasihnya tidak takut dengan bangsa vampir. Bahkan dengan konyolnya, malah ingin mewawancarainya.

Sebenarnya Jimin akan mengungkapkan jati dirinya tepat di hari ketika Soojung mengalami pencopetan. Namun Sang Pencipta sepertinya tidak mengijinkan. Terbukti dengan celakanya Soojung hari itu.

Haruskah Jimin bersyukur? Karena jika ia mengungkapkan wujud aslinya pada hari itu, mungkin Soojung akan memberikan tanggapan yang berbeda. Mungkin gadis model tersebut akan langsung ketakutan padanya.

Sayangnya, Jimin tidak tahu, bahwa karena pesan yang ia kirimkan pada Soojung-lah yang membuat kekasihnya mengalami pencopetan dan mendapat luka tusuk.

To be continued...

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Astraliancreators' thoughts