webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

Forecast

Soojung dan Inbi keluar dari sebuah cafe dengan minuman hangat di tangan masing-masing. Ya, mereka sedang berjalan-jalan di akhir pekan. Sebenarnya mereka berdua juga mengajak Jimin, Taehyung, dan juga Jungkook. Sayangnya ketiga lelaki kelewat tampan itu mengatakan bahwa mereka memiliki kesibukan lain.

Taehyung mungkin berkata jujur. Namun Jimin dan Jungkook sudah pasti berbohong, karena mereka sedang tidur sekarang. Meski matahari di awal musim dingin tidak seterik musim panas, tetap saja itu mampu membakar seorang vampir hingga mati.

"Lee Junmyung memang gila!" kata Inbi dengan marah saat Soojung menyelesaikan ceritanya tentang apa yang terjadi kemarin. "Aku sungguh minta maaf, Soojung-ah. Dia pasti membuatmu sangat tidak nyaman," lanjutnya dengan menyesal.

"Itu bukan salahmu, Inbi," jawab Soojung sambil tersenyum tulus.

Inbi jadi merasa tidak enak hati dengan sahabatnya. Andai ia tidak menerima tawaran Junmyung kemarin lusa, pasti Soojung tidak akan mengalami hal kemarin. "Lalu bagaimana dengan makan malam itu?" tanyanya cemas.

Si gadis model menghela napas lelah. "Jimin memberi izin hanya jika kau ikut serta. Maaf, Inbi," katanya dengan perasaan tidak enak.

"Tenang saja, Soojung! Aku akan melindungimu dari Junmyung!" ujar Inbi dengan serius.

"Mampirlah kemari, Nak!" teriak sebuah suara serak yang sukses menginterupsi percakapan Inbi dan Soojung. Kedua gadis itu langsung berpandangan bingung. Pasalnya sosok tersebut memakai tudung yang menutupi sebagian besar wajahnya, membuatnya terlihat menyeramkan.

Menyadari ketakutan calon pelanggannya, sosok itu membuka tudungnya. Ternyata ia hanyalah seorang wanita tua yang tak semenyeramkan khayalan Soojung dan Inbi. "Aku akan meramal masa depan kalian," ujarnya sambil tersenyum ramah.

Setelah saling mengangguk, akhirnya Soojung dan Inbi menghampiri si nenek sambil balas tersenyum. Sebenarnya Soojung sama sekali tidak percaya dengan hal-hal mistis seperti ini. Ia hanya penasaran dengan masa depannya.

Nenek peramal tersebut duduk di balik sebuah meja yang di atasnya penuh dengan barang-barang aneh. Bola kristal yang memiliki banyak fragmen, kartu tarot, tulang-tulang kecil berbagai bentuk, dan benda-benda menyeramkan lainnya. Bahkan jubah hitamnya juga dihiasi pola-pola aneh.

"Kalian adalah sepasang sahabat, bukan?" tanya wanita paruh baya tersebut sambil bangkit. Soojung dan Inbi langsung mengangguk antusias. Kagum dengan kemampuan nenek peramal ini. "Seberapa lama kalian bersahabat?"

"Sejak kecil," jawab Inbi, mewakili keduanya.

Si nenek mengangguk puas sambil tersenyum. "Boleh kupegang tangan kalian? Tangan kanan!" pintanya yang langsung disanggupi oleh kedua perempuan yang lebih muda.

Sang peramal menggapai kedua tangan itu, lantas meraba garis tangan mereka. Meskipun begitu, pandangannya tetap pada wajah Soojung dan Inbi. "Kalian memang sahabat sejati," katanya sambil mengangguk-angguk. Kemudian tatapannya berubah serius, "Namun kalian akan mengambil jalan yang berbeda di masa depan nanti."

Dahi Inbi dan Soojung sama-sama mengerut bingung. "Apa maksudnya itu?" tanya si gadis bermata bulat. Bukankah saat ini pun jalan mereka sudah berbeda? Ia sebagai model, sedangkan Inbi akan menjadi sekertaris sebuah perusahaan sesuai bidang kuliahnya.

"Kalian memang sahabat sejati. Namun kalian memiliki pemikiran yang bertolak belakang tentang suatu hal. Dan hal itu membuat kalian bertengkar hebat suatu saat nanti," jelas nenek tersebut sambil tersenyum aneh. Seperti campuran senyum iba dan kecewa.

Mendengarnya langsung membuat sepasang sahabat itu berpandangan ngeri. "Kami akan menghindari pertengkaran sebisa mungkin," kata Soojung yang diangguki oleh Inbi.

Nenek itu sontak mengalihkan atensinya pada Soojung. Kemudian senyuman tulus terbit di wajah keriputnya. "Kau memiliki kekasih yang sangat tampan. Dan dia juga sangat mencintaimu. Ingat kata-kataku ini, Nak! Jangan pernah menyakitinya, karena kau pasti akan menyesal di sisa hidupmu," nasihatnya.

Soojung meneguk ludah dengan susah payah mendengar peringatan itu. Kemudian ia tersenyum untuk menutupi kegugupannya. "Aku akan mengingatnya," ujarnya sungguh-sungguh.

Si wanita paruh baya tersenyum puas. Kemudian beliau mengalihkan pandangannya pada Inbi. Dan senyumnya langsung berubah menjadi senyum kecewa. "Aku tahu niatmu sangat baik, Nak. Namun sayang sekali kau mengambil jalan yang salah," katanya tidak jelas.

Tidak mengerti, Inbi pun mengerjap bingung. "Bisa kau jelaskan, Nek? Jalan apa yang kau maksud?" tanyanya dengan dahi berkerut.

Namun wanita yang semua rambutnya telah memutih itu malah menggeleng, "Kau akan mengetahuinya suatu saat nanti. Dan berhati-hatilah dengan perasaanmu."

Meskipun sama sekali tidak paham, gadis Choi itu mengangguk saja. Ia pasti akan mengingat ucapan nenek ini. Agar ia bisa memikirkannya nanti, sesampainya di rumah.

Tangan keriput si nenek melepas genggamannya. Ia pun menatap kedua pelanggannya bergantian. "Apakah kalian percaya adanya vampir?" tanyanya yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.

Soojung sebenarnya merasa aneh karena nenek peramal ini tiba-tiba menanyakan makhluk dongeng yang eksistensinya tidak jelas. Meskipun begitu, dia tetap menjawab, "Tidak." Sedangkan Inbi menjawab "Ya," di waktu yang sama.

Si peramal sontak menatap Soojung dengan tajam. "Sebaiknya kau percaya, Nak! Karena sepanjang hidupmu, kau akan terus berurusan dengan mereka," desisnya, yang tentu saja membuat Soojung takut.

Mata cekung si nenek bergulir dari Soojung ke Inbi. "Kalian tidak perlu takut. Karena vampir tidak lagi seganas dulu. Kecuali jika kau membuat mereka marah," katanya.

"Setiap orang bisa mengkhianati siapa pun. Namun hatimu tidak akan pernah mengkhianatimu," ucap wanita paruh baya tersebut, memberikan nasihat terakhir. Soojung dan Inbi pun mengangguk paham. "Nah, bersenang-senanglah!" imbuh si nenek.

Setelah membayar dan mengucap terima kasih, Inbi dan Soojung kembali melanjutkan acara jalan-jalannya. Awalnya mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing. Hingga kemudian suara cempreng Inbi terdengar, "Kenapa kau tidak percaya adanya vampir, Soojung-ah?"

Soojung mengangkat bahu cuek, "Menurutku, mereka terlalu mustahil untuk menjadi nyata. Namun, jika mereka memang berada di sekitarku, kurasa aku harus mulai mempercayainya, bukan?"

"Kau memang harus mempercayainya, Soojung," jawab Inbi yang terkekeh entah kenapa. "Tetapi siapa vampir yang berada di dekat kita?" tanyanya sambil membayangkan orang-orang yang cukup dekat dengannya.

"Entahlah. Mungkin tetanggaku? Teman kampusmu? Atau orang-orang di pemotretan?" jawab Soojung sambil lalu karena tiba-tiba smartphonenya berbunyi. Ia pun segera mengeluarkan benda tersebut. Sebuah pesan dari Jimin.

From: Park Jimin

Sayang, bisakah kau datang ke restoran lebih awal? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan.

Dahi gadis bermata bulat itu berkerut heran saat membacanya. Soojung jadi penasaran, sesuatu macam apa yang ingin dibicarakan oleh Jimin? Apakah sepenting itu hingga menyuruhnya datang lebih awal?

Saat sedang asik mengetik balasan untuk Jimin, tiba-tiba smartphone Soojung disambar oleh seseorang. "Yaaaa!!" pekiknya dengan terkejut. Kepalanya segera menoleh dan melihat seseorang yang berlari tunggang langgang. Seketika itu, ia tahu bahwa orang itulah yang mencopetnya.

"Pencuri!!" teriak Soojung sambil berbalik, lantas segera berlari mengejar. Mendengar teriakan tersebut, si pencuri berhoodie hitam berbelok ke sebuah gang. Soojung pun mengikuti sambil kembali berteriak, "Kembalikan smartphoneku!"

Pencopet tersebut terlalu sibuk melarikan diri hingga tidak sudi untuk menjawab teriakan Soojung. Namun ia terpaksa harus berhenti dan berbalik. Dan Soojung bisa melihat penyebabnya. Dinding beton yang menjulang tinggi, menghentikan larinya.

Soojung berhenti beberapa meter dari si pencuri. Meskipun napasnya berantakan, tapi ia bersyukur tidak kehilangan jejak pencopetnya. Terima kasih pada kebugaran tubuhnya.

Jika diperhatikan, pencuri smartphone Soojung ini sepertinya adalah seorang lelaki. Namun ia tidak bisa mengira-ngira berapa usianya, karena sebagian besar wajahnya yang tersembunyi dalam tudung hoodie. "Kau terjebak," ujarnya dengan senyum sinis. "Sekarang kembalikan smartphoneku!" pintanya sambil mengulurkan tangan.

"Soojung!" pekik Inbi yang berlari menyusul sahabatnya. "Kau baik-baik saja?" tanyanya dengan napas tersenggal.

"Ya," jawab Soojung yang masih menatap tajam lelaki di hadapannya.

Tiba-tiba si gadis Choi kembali berlari ke arah si pencuri yang terjebak. "Pencuri sialan!" pekiknya sambil mengayunkan tangan, berniat memukul kepala pencuri itu dengan tasnya.

Sayangnya, lelaki tersebut malah menangkap ayunan tangan Inbi dengan mudahnya. Secepat kilat ia menarik tubuh gadis itu ke arahnya dan membalikkan tubuhnya. Kemudian ia mengunci leher Inbi dengan tangan kanannya yang ternyata telah memegang pisau.

Si gadis model melihat gerakan si pencuri dengan mata melebar. Sepertinya dia adalah seorang pencuri profesional jika dilihat dari betapa cepat gerakannya. Dan ia merutuki kebodohan sahabatnya yang langsung menyerang begitu saja.

Soojung terbelalak ngeri melihat mata pisau yang siap melukai tenggorokan sahabatnya itu. Inbi pun sama. Matanya melirik pisau di lehernya dengan takut. Dia bahkan tidak berani hanya untuk menelan ludahnya.

Ke mana semua orang di saat seperti ini? Apa telinga mereka tuli hingga tidak mendengar teriakan Soojung tadi? Atau mereka terlalu tidak peduli pada orang lain yang sedang kesusahan?

"Aku akan menyakitinya jika kau tidak menuruti ucapanku!" ancam pria itu. Meskipun tertutup tudung hoodie, Soojung masih bisa melihat seringaian menyeramkannya.

"Apa maumu?" tantang Soojung dengan galak. Padahal sebenarnya ia merasa sangat tegang. Juga merasa takut atas situasi Inbi saat ini. Pandangannya tak pernah lepas dari mata pisau si pencuri.

"Serahkan smartphone dan semua uang kalian!" bentak si pencuri, disertai senyum miring.

Soojung pun menurut. Dengan pasrah, ia melempar tasnya yang kemudian mendarat di dekat kaki si pencuri. Bagaimanapun juga, ia lebih memilih kehilangan hartanya daripada kehilangan sahabatnya. "Kau sudah mendapatkan smartphoneku," ujarnya sambil mengedikkan dagu.

Inbi pun juga menjatuhkan tas yang sejak tadi ia cengkeram kuat. "Semuanya ada di dalam tas," katanya dengan suara bergetar takut.

"Kau sudah mendapatkan apa yang kau mau. Sekarang lepaskan temanku!" pinta Soojung dengan rahang mengeras. Ia sungguh tidak tahan melihat Inbi yang sangat dekat dengan kematian.

Lelaki pencuri itu tersenyum miring. "Tidak-" ucapannya terpotong oleh teriakan kesakitannya sendiri. Ia pun terbungkuk karena Inbi baru saja mengayunkan sikunya kuat-kuat ke perut si pencuri di belakangnya. Bersamaan dengan itu, ia menginjak kaki si pencuri dengan bagian heels dari long stretch boots yang ia pakai.

Secepat mungkin Inbi berlari menjauh. Namun ternyata, pencuri tersebut masih sempat menyabetkan pisaunya pada lengan Inbi. Membuatnya berteriak kesakitan dan terhuyung. Untung saja Soojung dengan sigap menangkap tubuh sahabatnya. "Ya Tuhan!" pekiknya saat melihat luka Inbi. "Ayo kita pergi dari sini!" sambungnya sambil memapah Inbi dan berlari.

Setelah beberapa langkah, akhirnya Inbi cukup kuat untuk berlari sendiri. Dia pun mulai berteriak, "Tolong!! Seorang pencuri membawa pisau!!"

Masih sambil berlari, Soojung menengok ke belakang. Pencuri itu masih terbungkuk memegangi perutnya. Sepertinya Inbi mengayunkan sikunya dengan sangat kuat. Melihat kesempatan untuk mengambil barang berharganya yang berada agak jauh dari lelaki sialan itu, Soojung segera berbalik. Dengan sekuat tenaga ia menendang kepala pencuri itu.

Si pencuri langsung terjengkang ke belakang dan kembali berteriak kesakitan. Sementara itu, si gadis bersurai cokelat segera mengambil tasnya dan tas milik sahabatnya. Namun saat ia bangkit, lengannya telah dicengkeram oleh si pencuri. "Sialan!!" teriak pencuri itu sambil menarik Soojung ke arahnya.

Gadis cantik itu terhuyung ke arah si lelaki pencuri. Hingga kemudian ia merasakan benda tajam nan dingin merobek perutnya. Mata bulatnya melebar saat menunduk. Lelaki sialan di depannya itu ternyata telah menusukkan pisaunya pada perut Soojung.

Tubuh gadis itu seketika lemas saat mata pisau ditarik keluar. Kakinya gemetar dan tak sanggup menahan bobot tubuhnya. Soojung pun ambruk ke aspal jalanan.

Darah segar semakin banyak keluar dari sela-sela lukanya. Dengan gemetar, gadis itu memegangi perutnya, berharap bisa menghentikan pendarahan. Namun sayangnya ia tak bisa.

Cairan merah lengket itu terus membanjir keluar. Hingga pening menyerang kepala Soojung dan pandangannya pun mulai menghitam. Sebelum gadis Baek itu hilang kesadaran, ia masih sempat melihat senyum sadis si pencuri yang berdiri menjulang di atasnya.

To be continued...

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Astraliancreators' thoughts