webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

The Rose

"Sungguh?" pekik Inbi dengan mata sipit yang terbelalak kaget.

Soojung sebenarnya sudah mengira reaksi ini dari sahabatnya. Namun tetap saja ia terkejut dengan teriakan cempreng Inbi. Jadi ia hanya mengangguk saja dengan mulut penuh. Sambil sarapan, Soojung baru saja menceritakan tentang Jimin dan Jungkook yang sebenarnya adalah seorang vampir.

"Ah, pantas saja mereka terlalu tampan untuk ukuran manusia biasa," ujar Inbi yang mengetuk-ngetukkan jarinya di pipi, sambil membayangkan kedua vampir tersebut. Tiba-tiba ia tersentak seperti teringat sesuatu, "Jadi maksud dari nenek peramal waktu itu adalah Jimin dan Jungkook?"

Soojung yang sedang meminum jusnya, hanya bisa mengangguk. Sebenarnya ia juga langsung teringat ramalan itu saat Jimin mengungkapkan jati dirinya. Maka ia pun yakin, bahwa kekasihnyalah yang dimaksud si nenek peramal.

"Lalu bagaimana dengan Taehyung? Apakah dia seorang penyihir atau werewolf?" tanya Inbi dengan antusias.

"Dia manusia," jawab Soojung, sesuai apa yang diceritakan Jimin kemarin.

"Sungguh? Padahal kupikir dia juga seorang vampir karena terlalu tampan. Atau setidaknya werewolf yang bersahabat dengan vampir," balas si gadis ikal sedikit kecewa.

"Taehyung bahkan tidak tahu tentang identitas Jimin dan Jungkook yang sebenarnya," ucap Soojung setelah mengedikkan bahu.

"Apa?" pekik Inbi. Melihat Soojung yang memejamkan mata karena terganggu dengan suara melengkingnya, ia pun segera menggumamkan maaf. Kali ini dengan volume suara yang lebih rendah, Inbi bertanya, "Jadi, Taehyung sama sekali tidak mengetahuinya?" Si gadis model menggeleng setelah membuka mata. Namun Inbi sepertinya tidak puas dengan gelengan kepala sahabatnya. "Tidak?" tanyanya tak percaya.

"Tidak," jawab Soojung dengan tenang. "Bahkan Jimin melarangku untuk memberitahunya," sambungnya.

"Kenapa?" tanya Inbi dengan kerutan di dahinya.

Soojung mengangkat bahu. Ia tidak tahu. Jimin juga tidak mengatakan alasannya kemarin. Kekasihnya itu hanya menyuruhnya untuk menyembunyikan hal ini dari Taehyung. Mungkin pria bermarga Park tersebut memiliki alasan khusus hingga tidak memberitahu sahabatnya sendiri. "Aku akan menanyakannya nanti," jawab Soojung kemudian.

Setelah menandaskan gelas jusnya, Soojung bangkit sambil membawa mangkuk dan gelasnya ke bak cuci piring. Inbi pun mengikuti meski hanya meletakkan mangkuknya. Sedangkan gelas yang masih menyisakan separuh jusnya, masih ia pegang. "Pantas saja Jimin tidak pernah mengajakmu berkencan di siang hari, Soojung-ah. Dia pasti akan terbakar, bukan?" katanya sambil bersandar pada meja.

Soojung yang sedang mencuci mangkuk langsung mematung. Kepalanya berputar untuk menatap sahabatnya dengan tatapan horor. "Apa dia benar-benar akan terbakar?" tanyanya dengan cemas.

Karena sedang berusaha menghabiskan sisa jusnya, Inbi hanya bisa mengedikkan bahu. "Bukankah semua dongeng vampir mengatakan hal itu?" tanyanya sambil memasukkan gelasnya ke bak cuci piring.

Soojung menghela napas panjang. "Benar, tapi apakah dongeng bisa dipercaya?" tanyanya ragu.

"Kau masih meragukan dongeng bahkan setelah mengetahui jati diri Jimin yang sebenarnya?" Inbi benar-benar tidak habis pikir dengan sahabatnya ini. "Soojung, dongeng itu ada karena mereka memang ada. Atau setidaknya pernah ada. Hanya saja, manusia tidak mau memercayainya karena makhluk seperti mereka terlalu tidak masuk akal dan sulit dijelaskan. Manusia menyebutnya dongeng karena mereka memang menolak untuk percaya," jelas Inbi seolah dia bukanlah manusia yang dibicarakannya.

Soojung kembali menghela napasnya. Dia jadi meragukan keyakinannya sendiri selama ini. Jika kekasihnya adalah seorang vampir, maka mungkin saja ada peri-peri seperti Tinkerbell yang membantunya menyuburkan bunga-bunganya selama ini.

Hingga kemudian ekor mata Soojung menangkap pergerakan detik jam di dinding. Seketika, matanya membulat sempurna. "Inbi! Sekarang pukul sembilan!" pekiknya dengan panik.

Inbi terbelalak. Setelah menatap jam dinding dengan horor, gadis Choi itu segera melesat ke kamar Soojung sambil mengumpat. Dia bisa terlambat kuliah!

🌹 Black Rose 🌹

"Jimin-ah!" panggil Soojung yang menyandarkan kepalanya di bahu pria yang dipanggilnya.

"Hm?" gumam Jimin tanpa mengalihkan pandangannya dari hiruk pikuk kota di bawah kakinya. Mereka memang sedang duduk di pinggir atap sebuah gedung pencakar langit di pusat kota. Tempat berkencan anti mainstream memang.

"Kenapa kau tidak memberitahu Taehyung tentang dirimu yang sebenarnya? Kupikir kalian sangat dekat," tanya Soojung sambil memainkan ujung coat Jimin. Dia memang sudah berniat untuk menanyakan hal ini sejak tadi.

Jimin tersenyum sambil mengusap rambut halus Soojung. "Kami memang sangat dekat, tapi aku tidak bisa memberitahunya," jawabnya.

"Kenapa?" Soojung sungguh tidak mengerti. Jika mereka bersahabat, kenapa Jimin menyembunyikan sebuah rahasia?

"Karena seperti itulah aturannya," jawab si pria vampir sambil memandangi wajah cantik gadisnya.

Dahi Soojung berkerut, "Aturan apa?" Sungguh ia semakin bingung.

Namun Jimin malah menggeleng, meski Soojung tidak akan bisa melihatnya. "Suatu saat nanti, aku akan mengatakannya pada Taehyung. Juga menceritakannya padamu," jawabnya dengan suara yang tersirat kesedihan.

Si gadis terdiam. Sebenarnya ia masih tidak mengerti. Namun karena Jimin pun terlihat enggan membicarakannya, ia memutuskan untuk tidak bertanya lagi. Berusaha berpikir positif, mungkin pacarnya itu masih belum nyaman membicarakan tentang identitasnya.

Otak Soojung pun berputar mencari topik lain, "Kau tahu, sekarang aku sadar bahwa kau tidak pernah mengajakku berkencan di siang hari." Ia menegakkan kepalanya dan menatap Jimin dengan khawatir. Lelaki tersebut pun meringis dengan raut menyesal. "Apakah alasannya karena kau tidak bisa terkena sinar matahari?" lanjut Soojung.

Ringisan Jimin tiba-tiba berubah menjadi senyum kecut. "Ya. Maaf, Soojung-ah," katanya.

Soojung otomatis menggeleng. Jimin tidak seharusnya meminta maaf, karena itu bukan salahnya. "Apa semua yang dikatakan dongeng tentang vampir itu benar?" tanyanya, teringat perkataan Inbi tadi pagi.

Jimin mengangguk, "Sebagian besar."

"Jadi, kau memang abadi?" tanya si manusia dengan mata berbinar.

Park muda itu tertawa. "Kami memang hidup lama. Namun bukan berarti tidak bisa mati," jawabnya sambil mengusap pipi kemerahan Soojung dengan lembut. "Ada hal-hal yang bisa membunuh kami, Soojung-ah," imbuhnya.

"Apa itu?" tanya Soojung dengan dahi berkerut.

"Matahari, mawar, dan peluru perak," jawab Jimin. Kemudian ia terdiam sejenak untuk mengamati ekspresi penasaran kekasihnya, "Jika terlalu lama terkena sinar matahari, kami akan melepuh kemudian menjadi abu. Jika kami memakan kelopak bunga mawar merah, maka kami akan keracunan dan tubuh kami akan membusuk. Dan Jika kami tertembak peluru perak, tubuh kami akan membatu kemudian hancur menjadi debu."

Soojung langsung bergidik ngeri. "Tapi kau sering memberiku mawar merah," bantahnya.

Jimin mengangguk, "Sebenarnya bangsa vampir selalu berhubungan dengan bunga mawar. Namun arti setiap warna bunga mawar untuk manusia dan vampir sangatlah berbeda." Ia terdiam sejenak, "Bagi manusia, mawar merah adalah pertanda cinta dan kasih sayang. Namun bagi kaum vampir, itu adalah racun yang berujung kematian. Sedangkan mawar hitam yang merupakan pertanda kematian bagi manusia adalah sumber vitamin bagi kami."

Dahi Soojung kembali mengerut, "Lalu kenapa tidak ada satu dongeng pun yang mengatakan tentang bunga mawar ini?"

Sang vampir mengedipkan sebelah matanya, "Ini rahasia bangsa vampir. Jika manusia yang tidak menyukai kami mengetahui tentang hal ini, tidak akan ada lagi vampir di dunia ini."

"Tapi kau memberitahuku," protes si gadis manusia.

Namun Jimin malah tersenyum jahil. "Apa kau membenci vampir, Soojung-ah? Kurasa tidak. Karena kau malah berkencan dengan salah satu vampir tertampan yang bernama Park Jimin," katanya sambil mencubit ujung hidung Soojung dengan gemas.

"Ish!" pekik Soojung sambil menepis tangan Jimin, mengundang kekehan dari pria tersebut. "Jadi, vampire hunter itu juga benar-benar ada?" tanyanya lagi.

Si lelaki vampir kembali mengangguk, "Ya. Itu sebabnya kami harus berhati-hati. Karena jika mereka menemukan manusia yang mati secara tidak wajar atau bahkan menghilang, mereka pasti mencurigai kami dan akan memburu kami ke mana pun juga."

Soojung pun mengangguk paham. Namun kemudian sesuatu mengganggu pikirannya, "Jika kau hidup sangat lama, lalu berapa usiamu yang sebenarnya?"

Entah kenapa Jimin terlihat malu-malu. "Jangan terkejut!" katanya yang langsung diangguki oleh Soojung. "Jangan berteriak!" larang Jimin lagi. Soojung pun kembali mengangguk tidak sabar. Setelah menghela napas gugup, Jimin menjawab, "622 tahun."

Mata bulat Soojung terbelalak. "Apa?" pekiknya.

Karena gemas, Jimin langsung mengecup bibir Soojung. "Sudah kubilang jangan terkejut dan berteriak!" hardiknya.

Namun si gadis Baek tidak memedulikan omelan Jimin. Dia terlalu sibuk memikirkan umur prianya yang amazing. Pantas saja lelaki bersurai hitam kelam ini terlihat sangat dewasa. Umurnya bahkan telah mencapai ratusan! "Jadi kartu identitasmu waktu itu palsu?" tanyanya, teringat pertemuan pertama mereka.

Jimin otomatis tertawa hambar karena ketahuan. "Maaf. Lagi pula saat itu kau menanyakan status perkawinanku. Bukannya umurku," sangkalnya.

Refleks Soojung menggeser duduknya menjauhi prianya. "Jika kartu tersebut palsu, maka sudah pasti informasi di dalamnya juga palsu! Bawa aku pada istri sialanmu itu, Park Jimin!" teriaknya dengan marah. Hei, dia merasa telah dibohongi selama ini!

"Kau sudah bertemu dengannya," jawab Jimin dengan tatapan intens pada Soojung.

Namun Soojung tidak percaya semudah itu. Mata bulatnya menyipit dengan tatapan tajam. "Benarkah? Kapan? Di mana?" tanyanya berturut-turut.

Bukannya menjawab, Jimin malah memberikan perintah dengan tegas, "Lihat aku!" Soojung langsung menurut meskipun dengan wajah yang telah masam. "Dia berada di dalam bola mataku," ujarnya masih dengan tatapan intens yang sama.

Baek Soojung otomatis menatap mata cokelat Jimin. Ia mencari-cari di sana. Namun yang ia lihat hanyalah pantulan dirinya sendiri.

"Apa kau melihatnya? Dialah istriku. Bukankah dia sangat cantik?" kata Jimin dengan tatapan yang terkunci pada mata bulat gadisnya.

Gadis manusia itu langsung merona. Meskipun secara tidak langsung, tapi ia mengerti. Jimin ingin mengatakan bahwa dirinyalah istrinya. "Kau ingin aku menusuk matamu?" balasnya dengan ketus, berusaha menutupi fakta bahwa ia sedang merona.

"Ah, dan dia sedikit galak. Kau harus berhati-hati dengannya," ucap Jimin dengan nada memberitahu pada Soojung. Meskipun begitu ia ingin sekali tertawa melihat gadis di hadapannya yang memiliki gengsi kelewat tinggi.

Tangan Soojung sudah terangkat untuk melayangkan pukulan pada Jimin. Namun dengan cepat pemuda itu menangkapnya dan segera memeluk tubuh Soojung. "Aku benar-benar tidak pernah memiliki seorang wanita, Baek Soojung," bisiknya dengan serius. "Kaulah yang pertama. Dan kuharap akan menjadi yang terakhir juga," sambungnya.

Soojung tertegun. Jantungnya berdegup sangat cepat hingga ia khawatir organnya itu akan melompat keluar. Semua keraguan yang sempat singgah di hatinya seolah terbang ke langit malam setelah mendengar perkataan Jimin barusan. Lebih dari apa pun, ia sangat bahagia!

To be continued...

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Astraliancreators' thoughts