webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

Not Just A Dream

Salju yang terbawa angin terus menghantam jendela rumah dengan ganas. Bahkan langit malam terlihat lebih gelap dari biasanya. Tiga jam telah berlalu, tapi badai tak kunjung reda juga.

Tak seorang pun berani melangkahkan kaki keluar rumah dalam cuaca seperti ini. Mereka pasti lebih memilih tidur di balik selimut. Atau membaca buku ditemani secangkir cokelat panas.

Tak beda pula dengan Soojung kecil yang dengan setia memeluk tubuh ibunya. Meskipun di meja nakas telah tersaji cokelat panas kesukaannya, Soojung tetap enggan melepas pelukannya. Seolah ia berharap dapat terus merasakan kehangatan dari seseorang yang telah melahirkannya tersebut.

Sementara itu, Baek Hyunmin terus mengusap kepala putri semata wayangnya. Ia sedang menceritakan kisah dari sebuah buku dongeng bergambar untuk Soojung. Sesekali tangannya yang lain akan bergerak-gerak untuk memvisualisasikan kisah yang ia baca.

Dengan antusias Soojung menyimak dongeng tersebut. Dia sangat menyukai cerita-cerita yang ibunya bacakan, terutama kisah tentang seorang putri. Bahkan ia mengoleksi buku-buku dongeng semacam itu.

Tiba-tiba terdengar gedoran keras dari pintu utama rumah. Seketika membuat Hyunmin menghentikan kisahnya. Memasang telinga, ia berusaha membedakan suara hantaman angin dengan gedoran pintu yang sebenarnya. Soojung bahkan ikut mengangkat pandangan dari buku dongengnya saat gedoran pintu kembali terdengar.

"Sebentar!" teriak Hyunmin. Meskipun sebenarnya percuma saja ia berteriak karena siapa pun sang tamu, tidak akan bisa mendengarnya. Wanita itu pun melepas pelukan Soojung di pinggangnya dengan lembut.

"Apakah itu Appa?" tanya Soojung, memperhatikan ibunya yang menyingkap selimut dan segera turun dari ranjang miliknya. Sejujurnya, Soojung tidak rela sama sekali melepas pelukan dari tubuh ibunya.

Namun bagaimana jika orang yang menggedor pintu memanglah ayahnya? Bukankah sangat kasihan jika pria tersebut terlalu lama berada di luar, mengingat badai masih mengamuk. Lagi pula ayahnya pasti sangat lelah karena bekerja seharian di kantor.

"Mungkin saja," jawab Hyunmin sebelum meninggalkan kamar Soojung.

Soojung termenung. Jika itu memang ayahnya, ia ingin sekali menyambutnya. Maka, ia segera turun dari ranjang dan menyusul ibunya. Langkah kecilnya akhirnya membawa Soojung ke ruang tamu.

Saat memasuki ruang tamu, Soojung merasa sangat kedinginan. Seperti ada angin kencang yang berhembus ke arahnya. Dan ia melihat penyebabnya. Ibunya berdiri di ambang pintu yang terbuka dengan seorang gadis cantik berambut sebahu. Meski terlibat obrolan yang cukup serius, entah kenapa ibu Soojung tidak mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam rumah.

Tiba-tiba gadis berambut pendek itu memeluk tubuh ibu Soojung. Baek Hyunmin pun refleks membalasnya. Melewati bahu ibunya, Soojung dapat melihat bahwa gadis kelewat cantik tersebut tersenyum kepadanya. Soojung pun membungkuk sopan, kemudian balas tersenyum.

Detik berikutnya, ada sesuatu yang mengenai kaki Soojung. Ia pun menunduk dan langsung tertegun. Mata bulatnya bahkan sampai terbelalak ngeri.

Karena benda yang menggelinding mengenai kakinya adalah sebuah kepala. Kepala dengan wajah ibunya yang menunjukkan ekspresi terkejut. Darah segar mengalir deras di tempat lehernya seharusnya berada.

"Eommaaaaaa!!!" pekik Soojung.

Soojung tersentak bangun dengan bulir-bulir keringat di dahinya. Padahal sekarang adalah puncak musim dingin. Bahkan di luar sedang terjadi badai salju. Namun tubuhnya malah terasa panas.

Dengan nyalang, mata bulat Soojung mengamati sekitarnya. Ruangan bercat biru muda menandakan bahwa ia berada di kamarnya. Di rumahnya sendiri, bukan di rumah orang tuanya.

Gadis model itu berusaha mengatur napasnya yang pendek-pendek. Dia hanya bermimpi. Bukan, bukan mimpi. Itu adalah ingatan masa lalu yang sangat ingin ia lupakan. Ingatan tentang kronologi kematian ibunya.

Setelah merasa tenang, Soojung segera turun dari ranjang dan beranjak ke wastafel untuk mencuci muka. Kemudian ia pergi ke dapur untuk meminum segelas air. Berharap hal ini bisa menjernihkan hati dan pikirannya.

Saat gadis tersebut kembali ke kamar, ia menghela napas kasar. Jam masih menunjukkan pukul dua dini hari. Dan Soojung sangat tidak ingin tidur kembali. Karena dia khawatir, jika ia menutup mata, maka ia akan kembali memimpikan ingatan kelamnya lagi.

Maka Soojung memutuskan untuk menunggu matahari pagi muncul dari peraduannya. Ia pun duduk termenung di depan jendela kamarnya. Kedua kaki jenjangnya ia peluk di depan dada.

Sebenarnya Soojung tidak ingin mengingat masa lalunya lagi. Namun ingatan itu menyerang otaknya dengan ganas. Seolah menyuruhnya untuk kembali berkabung atas kepergian ibu tercintanya.

Sampai sekarang Soojung masih belum tahu siapa gadis cantik berambut sebahu itu. Karena saat Soojung mendongak dari kepala ibunya saat itu, gadis tersebut telah pergi. Menyisakan tubuh tanpa kepala ibunya yang tergeletak kaku di ambang pintu.

Pembunuh keji tersebut seolah hilang terbawa badai malam itu. Karena polisi pun tidak pernah bisa menemukannya. Bahkan hingga kasus pembunuhan ibunya telah kadaluarsa sekali pun.

Soojung juga tidak mengerti, kenapa gadis itu membunuh ibunya. Memang apa kesalahan ibunya? Sebesar itukah kesalahan yang diperbuat hingga ibunya pantas untuk mati? Apa lagi dengan cara yang sangat keji seperti itu?

Soojung juga tidak mengerti bagaimana cara si pembunuh menebas kepala ibunya. Padahal saat itu Soojung tidak pernah melepaskan tatapan matanya dari mereka berdua. Bahkan Soojung dan si gadis cantik sedang saling tersenyum! Ia tidak habis pikir, bagaimana paras cantik gadis itu malah menyembunyikan perilaku tidak biadab seorang pembunuh.

Soojung sepenuhnya menyalahkan ayahnya atas peristiwa kematian tersebut. Jika saja saat itu ayahnya berada di rumah untuk melindungi ibunya. Jika saja saat itu ayahnya pulang tepat waktu. Jika saja saat itu ayahnya tidak berselingkuh di belakang ibuya!

Benar, alasan Mr. Baek pulang terlambat sebenarnya adalah sedang berselingkuh. Namun ia menutupi tingkah lakunya dengan mengatakan bahwa ia terjebak badai saat itu. Dan Soojung tidak bisa memaafkannya atas hal itu.

Bahkan Soojung sangat membenci wanita selingkuhan ayahnya. Wanita Rusia itu jugalah yang kemudian menjadi eomma barunya. Dia memang bersikap baik pada Soojung. Namun tetap saja dia hanyalah wanita murahan.

Bagaimana bisa wanita tersebut mau dengan ayahnya yang jelas-jelas telah memiliki istri dan anak? Soojung yakin, jika ibunya tidak mati di tangan si gadis cantik, keluarganya akan tetap hancur. Karena memang ada orang ketiga di antara orang tuanya.

Banyak hal yang berubah pada hidup Soojung sejak kematian ibunya. Bagaimana tidak jika ia dihantui kengerian itu selama bertahun-tahun? Hal itu sudah pasti mempengaruhi mental dan hatinya.

Baek Soojung yang ceria berubah menjadi sosok yang ketus. Sikapnya yang keras sebenarnya adalah bentuk pertahanan dirinya. Karena tidak ada lagi orang yang akan melindunginya jika bukan dirinya sendiri.

Soojung bahkan lebih sering tinggal bersama keluarga Inbi sebelum pindah ke Rusia. Dia tidak tahan tinggal di rumahnya sendiri. Selain akan terus mengingatkannya pada kepala ibunya yang menggelinding mengenai kakinya, juga karena wanita murahan tersebut yang mengambil alih semua peran ibunya.

Bagi Soojung, itu sangat menyakitkan. Apa lagi saat ibu barunya membacakan buku dongeng untuknya. Soojung rasanya ingin menangis karena teringat kenangan indah terakhir sebelum ibunya meninggal.

Sejak itu, Soojung tidak mau lagi ibu barunya membacakan dongeng untuknya. Dia selalu mengatakan bahwa akan membacanya sendiri untuk latihan membaca. Namun nyatanya Soojung tidak pernah lagi membaca buku dongengnya. Bahkan ketika ibu barunya memberinya buku dongeng baru, Soojung tetap tidak mau membacanya.

Dengan kenangan pahit tentang ibunya di sudut otaknya, ditambah kebenciannya pada ibu baru dan ayahnya, ternyata sanggup mengikis apa yang pernah Soojung percayai.

🌹 Black Rose 🌹

Kelopak mata Soojung perlahan terbuka. Tidak percaya dengan apa yang ditangkap matanya, ia pun mengerjap cepat. Karena yang ada dalam pandangannya saat ini adalah wajah kelewat sempurna Jimin yang sedang tersenyum, dengan latar belakang bunga-bunga dalam tokonya.

"Hai!" sapa Jimin. Lelaki itu pun mengecup bibir Soojung singkat. Kemudian ia menarik diri dengan senyum yang tak pernah luntur.

Suara dan tekstur bibir Jimin mengonfirmasi Soojung bahwa ia tidak sedang bermimpi. Lelaki yang dicintainya itu benar-benar ada di hadapannya. Ia pun mengangkat kepalanya dari meja kasir. "Kenapa kau ada di sini, Oppa?" tanyanya sambil menggosok mata.

Sepertinya Soojung ketiduran saat menjaga toko bunganya. Untung saja ia tidak memimpikan ibunya lagi seperti semalam. Dan untungnya lagi, tidak ada pelanggan yang datang selama ia tertidur.

Dia sendirian karena Inbi sedang sibuk dengan jadwal kuliahnya. Beruntung pula tidak ada orang jahat yang mengambil seluruh uangnya. Malah ada Jimin yang sudah pasti menjaganya.

Jimin terkejut. Ia masih belum terbiasa dengan panggilan barunya itu. Ya, sejak tahu bahwa umurnya telah mencapai setengah abad lebih, Soojung mulai memanggilnya dengan panggilan tersebut.

Park Jimin seperti enggan mengubah posisinya. Ia masih menempelkan sisi wajahnya pada meja dengan mata tajam yang memandangi wajah bangun tidur kekasihnya. "Menjemputmu karena kau tak kunjung datang ke restoran. Mengingat smartphonemu masih berada di tangan Junmyung, aku jadi tidak bisa menghubungimu," jawabnya yang langsung membuat Soojung tidak enak hati.

Entah kenapa Jimin malah terus tersenyum sambil menegakkan tubuhnya. "Namun saat aku datang, kau sedang tidur pulas. Aku tidak tega membangunkanmu. Jadi aku hanya memandangimu. Untung saja tidak ada pelanggan," lanjutnya yang langsung mendapat gumaman maaf dari Soojung.

Jimin menggeleng maklum. Namun kemudian ia menyadari wajah kusut Soojung. Dahinya otomatis berkerut karena khawatir. "Kau tidak terlihat sehat, Soojung-ah. Apa kau baik-baik saja?" tanyanya sambil mengusap-usap pipi gadisnya.

"Aku hanya tidak bisa tidur semalam, Oppa," jawab Soojung sambil tersenyum menenangkan.

Kerutan di dahi Jimin pun semakin dalam, "Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"

"Aku hanya memimpikan Eomma," jawab si gadis sambil menggenggam tangan Jimin di pipinya.

Jimin pun baru sadar bahwa ia tidak tahu apa pun tentang ibu dari gadisnya ini. "Kau merindukannya?" tanyanya yang langsung diangguki oleh Soojung. "Bagaimana jika aku mengantarmu untuk mengunjunginya?"

Si gadis manusia tersenyum sedih. "Mungkin lain kali," jawabnya. Sepertinya ia masih belum siap menceritakan tentang keluarganya kepada Jimin.

"Baiklah. Lebih baik kau istirahat, Soojung-ah. Tidak perlu membantu kami di restoran malam ini," balas sang vampir yang tangannya kini bergerak mengusap kepala Soojung.

"Tidak apa-apa. Mungkin setelah mandi, aku akan merasa lebih baik," ujar Soojung, kembali menampilkan senyum menenangkan.

"Apa kau yakin?" tanya Jimin dengan ragu. Namun Soojung langsung mengangguk dengan tegas. Membuat Jimin kembali berkata, "Mandilah! Aku akan menunggumu."

"Aku tidak akan lama," jawab gadis itu sambil bangkit dan mulai beranjak ke kamar mandi.

Jimin hanya menanggapinya dengan anggukan. Namun saat Soojung sudah meninggalkannya sendiri, pria itu segera mengeluarkan smartphonenya. "Kookie, aku butuh bantuanmu," katanya pada sambungan telepon.

To be continued...

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Astraliancreators' thoughts