webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

Jimin vs Junmyung

"Jangan pernah menyentuh milikku!!" geram orang yang menarik Junmyung sambil melayangkan kepalan tangannya ke wajah si pemuda Lee.

Sementara itu, Soojung seperti tidak percaya dengan matanya sendiri. "Jimin," lirihnya dengan penuh syukur.

Yang dipanggil pun segera menoleh. Melihat kilauan air mata di pipi kekasihnya, Jimin langsung khawatir. "Kau baik-baik saja?" tanyanya sambil memegang bahu Soojung dan mencari luka di sekujur tubuh gadis tersebut.

Soojung tersenyum menenangkan sambil menggeleng. Gadis itu benar-benar tidak menyangka bahwa orang yang beberapa saat lalu menggedor pintu memanglah penyelamatnya. Dan ia juga sama sekali tidak berharap bahwa penyelamatnya ini adalah lelakinya sendiri, Park Jimin.

Karena logikanya, Jimin tidak akan mungkin tahu jika ia sedang diculik. Dari mana ia bisa memberitahu pria itu bahwa ia sedang dilecehkan di rumah Junmyung? Soojung hanya tidak tahu bahwa Junmyung sendirilah yang memberitahu Jimin menggunakan smartphone miliknya.

Sejak acara makan malam seminggu yang lalu, Junmyung memang menyimpan smartphone Soojung. Lebih tepatnya merampas, tanpa sedikit pun niat untuk mengembalikannya. Sebenarnya Soojung tidak berniat untuk membeli benda canggih itu lagi, mengingat ia sudah berkali-kali kehilangan.

Namun Jimin tiba-tiba memberinya dengan alasan bahwa Soojung pasti membutuhkan komunikasi dengan agensinya. Padahal itu hanya sebuah kedok agar dia bisa menghubungi Soojung lagi jika sedang rindu. Sayangnya sekarang Soojung tidak tahu di mana smartphone tersebut berada. Bahkan semua barang dan pakaian yang ia pakai sebelum diculik juga tidak ada dalam kamar itu.

"Milikmu?" dengus Junmyung yang masih tersungkur di lantai. Kemudian ia mengusap darah dari sudut bibirnya sambil bangkit. "Tidak lagi, Park Jimin! Jadi jangan sentuh Soojungku!!" teriaknya sambil balas melayangkan pukulan.

Jimin yang masih fokus mencari luka di tubuh Soojung langsung jatuh tersungkur. Dan raut wajah si gadis yang awalnya bahagia, seketika berubah panik. Sepertinya sepasang kekasih ini terlalu lega karena saling bertemu hingga lupa bahwa masih ada Junmyung di antara mereka. "Jimin!!" pekik Soojung dengan ngeri. "Jimin! Oppa! Kau baik-baik saja?" tanyanya sambil merutuki tangannya yang terikat.

Junmyung yang cemburu dengan perhatian Soojung pada Jimin, segera mencengkram rahang si gadis. Kemudian ia menghadapkan wajah Soojung untuk bertatapan dengannya. "Jangan pernah melihat ke arahnya lagi!!" katanya dengan marah. "Kau sudah menikah! Kau istriku! Milikku!!" sambungnya.

"Aku tidak mau menjadi istrimu!!" jerit Soojung tepat di depan wajah lelaki Lee.

"Aku tidak peduli dengan apa yang kau mau!!" Junmyung balas berteriak.

Mendengar teriakan Junmyung pada gadisnya, Jimin pun kesal. Secepat kilat, ia bangkit dan menghampiri si pria sinting. "Berengsek!!" umpatnya sambil memukul sisi wajah Junmyung lagi.

Belum sempat si lelaki Lee bangkit, Jimin sudah mengangkat kerah kemejanya hingga membuat tubuh pemuda tersebut terangkat. "Kaulah yang mengambil Soojung dariku!!" Jimin kembali melayangkan tinjunya. Namun kali ini sasarannya adalah perut Junmyung.

Si pemuda bersurai cokelat pasir yang lagi-lagi tersungkur, hanya bisa meringkuk di lantai. Dia berkali-kali menyumpahi Jimin sambil memegangi perutnya yang terasa amat sakit. "Sialan, sakit sekali!" rintihnya.

Melihat Junmyung yang meringkuk seperti bola, ternyata belum cukup membuat Jimin puas. Pria vampir itu kembali mengangkat tubuh lawannya, kemudian mendorongnya hingga punggung Junmyung menabrak dinding. "Soojung adalah milikku!" geramnya sambil mencengkeram bahu kanan pria Lee. "Selamanya dia adalah milikku!" sambungnya sambil kembali meninju perut Junmyung.

Pemuda manusia itu pun langsung terbungkuk mendapat tinju kedua di perutnya. Namun sepertinya Jimin masih belum puas juga. Dia pun mencekik leher Junmyung dan membenturkan kepalanya ke dinding. "Bahkan meskipun kau sudah menikahinya, hati Soojung tetaplah milikku!" katanya dengan jari yang terus menekan saluran pernapasan Junmyung hingga pria lemah itu sulit bernapas.

"Tapi sepertinya kau memang buta! Kau tidak lihat air mata Soojung? Kau terus memaksanya dan membuatnya menangis! Pria macam apa, yang membuat seorang gadis menangis?" seru Jimin dengan tatapan tajam. Bahkan tidak memedulikan Junmyung yang terus merintih kesakitan sambil mencakari tangannya.

"Lelaki sepertimu benar-benar tidak pantas untuk Soojung! Kau rela melakukan hal-hal kotor, hanya agar obsesimu tercapai! Dasar licik! Baj*ng*n! Kau bahkan membuat pakaiannya compang-camp- Aargh!" ucapan Jimin tergantikan oleh teriak kesakitan saat merasakan benda tajam yang menghujam perutnya.

Mata tajam Jimin membulat sempurna saat melihat pisau lipat di tangan Junmyung menusuk perutnya. Dan bola matanya terasa ingin lepas saat pisau tersebut ditarik keluar dari lukanya. Hal itu akan membuat pendarahan di lukanya keluar semakin deras!

Ya, Jimin memang seorang vampir. Usianya sudah mencapai 600 tahun lebih. Dia bahkan bisa hidup beratus-ratus tahun lagi. Namun bukan berarti dia tidak bisa terluka. Dia juga tetap akan berdarah jika terkena benda tajam, seperti saat ini. Karena lemas, tangan Jimin perlahan melepas cekikannya pada leher Junmyung. Setelah itu ia segera memegang lukanya. Pria itu mendongak dan langsung melihat cengiran lebar di wajah si lelaki gila.

"Apakah rasanya sakit?" tanya Junmyung sambil mendorong bahu Jimin dengan telunjuknya. Si lelaki Park tentu langsung terhuyung mundur hingga berlutut. Untung saja ia selalu membawa pisau lipat di dalam sakunya. Sekarang ia melihat keuntungan dari kebiasaannya tersebut.

Sementara itu, Jimin terus memegangi perutnya sambil menggigit bibir. Kemeja dan tangannya telah berlumur darahnya sendiri. Perih. Sepertinya pisau Junmyung berhasil merobek salah satu organ di dalam perutnya.

Tentu saja Jimin merasa marah. Sangat marah malah. Namun ia berusaha mengekang amarahnya untuk saat ini. Dia tidak boleh menyia-nyiakan sisa tenaganya dengan memanggang Junmyung meski ingin. Dia harus fokus pada penyembuhan dirinya lebih dulu. Ia pun berusaha menghirup napas dalam dan mengeluarkannya perlahan.

Saat Jimin berlutut dengan tidak wajar dan terlihat kilau besi di tangan Junmyung, Soojung seketika sadar apa yang terjadi. "Jimin! Oppa?!" pekiknya dengan tangis yang kembali pecah. Sebenarnya ia terus mengamati kedua pemuda yang sedang berkelahi itu sedari tadi.

Namun karena mereka berada terlalu jauh dari kursinya, dan juga posisi Jimin yang berdiri membelakanginya, Soojung baru mengetahui apa yang telah terjadi. "Lee berengsek Junmyung!!" pekiknya histeris. "Apa yang kau lakukan pada Jiminku, sialan!!" lanjutnya yang terdengar seperti raungan.

Dikatai seperti itu oleh Soojung, ternyata tidak membuat Junmyung marah. Ia malah berjalan menghampiri Soojung dengan cengiran iblisnya. Tak lupa, ia menendang Jimin saat melewati pria yang sedang bertekuk lutut itu.

Perbuatan Junmyung tersebut sukses membuat Jimin berteriak kesakitan. Bahkan hingga meringkuk di lantai yang dingin. Juga membuat Soojung semakin berteriak histeris, "Hentikan!!! Jangan sakiti Jimin lagi!! Kumohon!"

Saat sampai di hadapan Soojung, Junmyung langsung mengangkat dagu Soojung menggunakan ujung pisau lipatnya. Padahal mata pisau tersebut masih berlumuran darah Jimin. Namun pemuda Lee itu seperti tidak berniat untuk membersihkannya. "Kau terlihat semakin cantik saat menangis, Soojung-ah. Teruslah memohon!" katanya sambil mulai menyentuh lengan atas Soojung.

Soojung refleks menggigit bibir bawah saat Junmyung terus menelusuri tubuhnya. Dia pikir, 'suaminya' ini tidak akan bisa menyentuhnya lagi saat Jimin datang. Nyatanya dia salah. "Hentikan!" ujarnya dengan suara bergetar karena tangisan.

"Aku tidak menyakiti Jimin lagi, Sayang!" jawab Junmyung yang terus saja menjelajahi tubuh Soojung dengan tangan kirinya. Sepertinya pemuda ini memang berniat membuat Jimin cemburu. Karena lelaki Park itu sedang kehabisan banyak darah, dia pasti hanya bisa melihat saja, bukan?

"Hentikan sentuhanmu!" seru Soojung dengan campuran rasa marah, sedih, dan kesal.

"Oke. Karena aku akan merobek sisa pakaianmu dulu," balas si pria gila sambil menurunkan tangannya yang masih memegang pisau.

Tiba-tiba tangan kanan Junmyung ditarik dengan paksa ke belakang. Ia pun langsung berteriak kesakitan. Apalagi Jimin mengunci tangannya di balik punggungnya sendiri.

"Berengsek!!" umpat pria bersurai cokelat pasir itu sambil menyiku Jimin di belakangnya.

Sayangnya, Jimin dengan tenang malah menangkapnya. Setelah itu dia mengunci tangan kiri Junmyung di balik punggung juga. "Jatuhkan pisaumu!" desis Jimin sambil mengeratkan kunciannya.

Si pemuda manusia pun kembali berteriak kesakitan. Bersamaan dengan itu, terdengar suara pisaunya yang jatuh berkelontang. Sepertinya kuncian Jimin berhasil memaksanya menjatuhkan pisau.

Mengetahui Junmyung yang sedang lengah, Jimin segera memukul leher belakang lawannya itu dengan sisi tangannya. Bahkan ia sedikit mengalirkan listriknya ke tubuh Junmyung. Hanya sedikit, agar si pria sinting langsung terkulai pingsan.

Sejujurnya, Jimin sebenarnya ingin sekali menjatuhkan tubuh Junmyung begitu saja di lantai. Bahkan dia juga sangat ingin memanggang tubuh Junmyung hingga dia mati. Namun mengingat Soojung berada di hadapannya, lelaki bersurai hitam kelam itu berusaha menghentikan keinginannya. Ia pun segera menyeret tubuh Junmyung ke sofa terdekat.

Setelah mengambil pisau lipat Junmyung, Jimin segera memotong dasi yang mengikat kedua kaki Soojung. Ia sudah akan beranjak untuk memotong dasi di balik punggung Soojung, tapi langsung ia urungkan saat mendengar isakan lirih kekasihnya. "Sudah, tenanglah!" ucapnya sambil memeluk Soojung. "Jangan menangis lagi," imbuhnya, kemudian mengecup puncak kepala Soojung.

Si gadis model terlalu sibuk menangis hingga tidak mampu menjawab. Perasaannya campur aduk sekarang. Ia sedih dan takut karena lelakinya tertusuk pisau. Namun juga merasa lega karena Jimin datang untuk menyelamatkannya.

Setelah merasa Soojung sudah lebih tenang, Jimin pun beranjak mengitari gadis berantakan itu untuk melepas ikatan dasi di kedua pergelangannya. Setelah kedua tangannya terbebas, Soojung langsung memeluk Jimin. Melupakan fakta bahwa pria tersebut baru saja mendapat luka tusuk di perutnya.

"Ugh!" lenguh Jimin kesakitan sekaligus terkejut.

Soojung langsung berjengit dan menjauhkan diri dengan panik. "Maaf!" pekiknya sambil melirik luka Jimin takut-takut. "Kita harus segera mengobatinya, Oppa! Kau bisa kehabisan darah nanti!" lanjutnya saat melihat kemeja abu-abu Jimin yang semakin lengket dan semakin berwarna gelap.

"Sebelum itu kita harus pergi dari sini dulu," kata Jimin sambil memeluk Soojung. Berhati-hati agar darahnya tidak mengenai tubuh kekasihnya. "Tutup matamu!" bisiknya.

Dengan patuh, Soojung menurut. Ia mempersiapkan diri untuk merasakan mual dan pening efek dari teleportasi. Namun yang ia rasakan hanyalah sensasi menggelitik di perutnya. Ia pun merasa heran. Apakah mungkin karena ia sudah terbiasa hingga tidak lagi merasa mual dan pening?

Beberapa saat kemudian, Jimin kembali berbisik, "Kau boleh membuka matamu." Namun kali ini suaranya terdengar lebih lemah dari suaranya yang biasa.

Soojung membuka mata. Mereka berdua telah berada di sebuah ruangan bernuansa biru tua dengan ranjang bertiang, lemari-lemari pakaian, sofa, dan perapian. Tidak ada lampu dalam kamar itu. Hanya ada lilin-lilin berbagai warna yang di tempatkan di beberapa sudut kamar.

"Selamat datang di kamarku!" ucap Jimin yang masih memeluk Soojung. Tiba-tiba ia seperti kesulitan bernapas. Seperti seseorang yang mengidap penyakit asma, napasnya pendek-pendek.

Detik berikutnya, Soojung merasakan tubuh prianya yang semakin lemas dalam pelukannya. "Jimin?" panggilnya dengan khawatir.

Tidak ada jawaban. Malah Soojung merasa menjadi tumpuan bagi tubuh lemas Jimin. Seketika, gadis bersurai cokelat madu itu panik. "Jimin!!" serunya.

Masih tidak ada jawaban.

"Oppa!!" panggil Soojung lebih keras.

Jimin tidak juga menjawab.

To be continued...

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Astraliancreators' thoughts