webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

Forced Marriage

Belum sempat tangan Jimin menggapai pecahan botol, tiba-tiba smartphonenya bergetar. Cepat-cepat ia mengambil benda canggih tersebut.

1 pesan dari Baek Soojung

Dahi Jimin berkerut karena bingung. Bukankah smartphone Soojung masih berada di tangan Junmyung? Lantas siapa yang mengiriminya pesan?

Apakah Soojung sudah mengambil smartphonenya? Ataukah Junmyung yang mengiriminya pesan? Namun untuk apa?

Terlalu penasaran, Jimin pun mengurungkan niatnya untuk membersihkan pecahan botol. Ia segera membuka pesan dari Soojung yang ternyata isinya adalah sebuah video dengan durasi hanya sebelas detik. "Apa ini?" gumamnya sambil memutar video tersebut.

Video singkat itu menampilkan sebuah ranjang bertiang dengan kelambu yang menggantung di semua sisinya. Detik berikutnya, salah satu kelambu transparan itu tersibak. Seorang gadis berambut cokelat panjang dengan gaun putih, terlihat tidur dengan damai.

Rahang Jimin mengeras saat mengenali gadis tersebut. Karena itu adalah gadisnya. Kekasihnya. Belahan hatinya. Baek Soojungnya.

"Berengsek!" umpat Jimin kemudian, ketika video itu dengan jelas menampilkan Soojung yang memegang sebuket mawar putih di dadanya. Jimin tidak bodoh untuk mengartikan maksud tersembunyi Junmyung. Apalagi pacarnya memakai mahkota bunga serta riasan di wajahnya.

Baek Soojung tidak hanya sedang diculik.

"Choi Inbi!" seru Jimin setelah mematikan video sialan di smartphonenya. Ia pun segera bangkit dan menghampiri gadis tersebut. Karena hanya Inbi yang bisa menolongnya saat ini.

"Ya?" jawab gadis yang dipanggil sambil membalikkan badan dari kompor.

"Di mana rumah Junmyung?" tanya Jimin sambil berusaha mengekang amarahnya.

"Junmyung?" tiru Inbi dengan dahi berkerut. Namun saat melihat kilatan amarah dalam mata Jimin, ia memutuskan untuk tidak bertanya-tanya lagi. Cepat atau lambat, ia pasti akan tahu penyebabnya.

"Sebentar," kata Inbi sambil mengecilkan api kompor. Kemudian ia mengambil smartphonenya dan mengotak-atik benda itu sebentar. "Aku sudah mengirimkannya padamu," lanjutnya sambil mendongak.

Suara pesan masuk membuat Jimin kembali tenggelam dalam layar smartphonenya. Dia pun mulai beranjak pergi sambil berseru, "Terima kasih, Inbi!"

Tepat saat Jimin akan membuka pintu belakang, Jungkook lebih dulu membukanya dari luar sambil menenteng belanjaan. "Kookie, tolong bersihkan pecahan botol di bawah meja!" perintahnya yang seketika membuat dongsaengnya bingung. "Aku pergi!" imbuhnya.

"Ke mana Hyung?" teriak Jungkook.

Blam!

Suara pintu yang tertutuplah jawaban yang diterima Jungkook. Pemuda Jeon itu pun melempar tatapan tanya pada Inbi yang juga menatap kepergian Jimin dengan heran. Karena ia sempat melihat mata hyungnya yang berubah merah, tentu saja ia merasa khawatir.

"Barusan dia meminta alamat rumah Junmyung," Inbi memberitahu.

Dahi Jungkook berkerut, "Untuk apa?"

Namun Inbi hanya bisa mengangkat bahunya. Dia juga tidak tahu. Jimin tidak memberitahunya.

Melihat kemarahan yang sempat Jungkook lihat di wajah kakaknya, ia merasa semakin cemas. Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi. Andai ia sempat menangkap pikiran Jimin tadi.

🌹 Black Rose 🌹

Gadis cantik berbaju pengantin itu perlahan membuka matanya. Mendadak, kepalanya terasa pening. Selain disebabkan silau karena cahaya lampu yang menyusup dari kelambu transparan, juga mungkin karena pengaruh obat bius yang membuatnya pingsan tadi.

Namun kemudian dahi gadis bernama Baek Soojung itu berkerut melihat kelambu yang menggantung dari tiang-tiang ranjang tempatnya tidur. Dari kepala ranjang hingga tiang-tiangnya, semua bersepuh emas dan perak. Bahkan terdapat ukiran-ukiran rumit yang membuatnya terlihat sangat mewah dan elegan.

Di kanan-kiri Soojung, tersebar guling-guling dan bantal-bantal kecil. Namun bantal yang menyangga kepalanyalah yang paling besar. Sedangkan selimut berumbai emas menutupi separuh bawah tubuhnya.

Di mana ini? Aku tahu bahwa aku sedang diculik. Namun, bukankah sangat tidak mungkin seorang sandra mendapatkan fasilitas tempat tidur semewah ini? batin Soojung yang juga merasakan betapa lembut matras tempat tidur di bawah punggungnya.

Gadis model itu segera mengabaikan keheranannya saat merasa bahwa tangannya sedang memegang sesuatu. Refleks, ia pun mengangkat kedua tangannya bersama benda yang ia pegang. Dahinya semakin mengerut melihat sebuket bunga mawar putih dalam genggamannya.

Segera saja Soojung duduk tegak. Namun tiba-tiba, ada sesuatu yang jatuh dari kepala ke pangkuannya. Itu adalah jalinan rumit bunga mawar merah berbentuk lingkaran sempurna.

Flower crown.

Soojung memiringkan kepalanya bingung. Kenapa dia memakai mahkota bunga? Kenapa ia memegang sebuket mawar?

Kemudian Soojung baru menyadari selimutnya yang telah tersibak karena mendadak bangun tadi. Dia pun mengamati pakaiannya. Saat ini ia sedang memakai gaun putih selutut yang terlampau indah.

Gadis Baek itu ternganga. Sebuket bunga mawar putih, flower crown, dan gaun putih yang indah. Orang yang menculiknya pasti adalah seseorang yang kelewat sinting!

Di tengah kebingungannya, tiba-tiba Soojung mendengar suara pintu yang terbuka. Mata bulatnya semakin membulat. Karena mungkin saja orang yang baru saja masuk adalah penculiknya.

Seiring suara langkah kaki yang kian mendekat, jantung Soojung berdetak semakin cepat pula. Ia merasa panik dan takut di saat yang sama. Hingga kemudian, kelambu yang berada di samping kanannya tersibak. Soojung langsung memicing dan menaungi matanya karena silau.

"Oh, kau sudah bangun?" sapa sebuah suara yang tak asing di telinga Soojung. Kelambu pun tertutup bersamaan dengan orang tersebut yang duduk di sisi ranjang.

"Junmyung?" pekik Soojung setelah matanya dapat melihat dengan jelas sosok di sampingnya. Oh, harusnya ia sudah menduganya! Karena hanya seorang Lee Junmyung-lah yang bertindak sesinting ini terhadapnya!

Berbanding terbalik dengan wajah Soojung yang terlihat marah, pria bersurai cokelat pasir itu malah tersenyum ceria. "Ya, ini aku!" katanya. Setelah itu dia mengecup bibir Soojung dengan kurang ajar.

Soojung tentu saja terkejut sekaligus marah. Bahkan mata bulatnya hingga terbelalak lebar. Tangannya dengan cepat melayang ke pipi Junmyung dengan keras.

Plak!

Si lelaki Lee sepertinya tidak menyangka akan mendapat tamparan dari gadis pujaannya. Ekspresinya terlihat kesal, tapi secepat kilat berubah menjadi wajah cemberut main-main. "Kenapa kau menamparku?" tanyanya dengan nada tersinggung, sambil mengusap pipinya yang terasa panas.

"Kenapa kau menciumku?" Soojung balik bertanya dengan galak.

"Kenapa kau marah?" Junmyung malah bertanya lagi dengan nada tersinggung yang sama.

"Tentu saja aku marah, karena kau telah menciumku dengan seenak jidatmu!" jawab Soojung sambil melempar buket bunganya ke arah Junmyung.

"Lantas kenapa? Bukankah mencium istri sendiri adalah hal yang wajar?" balas Junmyung yang dengan mudah menangkap lemparan Soojung.

"Istri?!" pekik si gadis dengan mata yang kembali membulat.

Seolah tidak terganggu dengan pekikan itu, Junmyung mengangguk dengan mantap, "Kau sudah resmi menjadi istriku."

Soojung mendengus sebal, "Dalam mimpimu!"

Namun si lelaki malah menggeleng. "Tidak," sangkalnya. "Kita benar-benar sudah menikah. Kira-kira 1 jam yang lalu," sambungnya sambil menatap jam tangan mewah yang melingkar di tangannya.

"Menikah?" Soojung kembali memekik, kemudian tertawa jengah, "Kau gila!"

"Kau tidak percaya?" tantang pria sinting itu dengan sebelah alis terangkat. "Buktinya, sekarang kita sedang memakai cincin yang sama," ucapnya sambil memperlihatkan tangan kirinya, di mana sebuah cincin indah melingkar di jari manisnya.

Segera saja Soojung menatap tangan kirinya. Mulutnya ternganga melihat cincin yang sama sudah tersemat di jari manisnya. Ia pun segera melepasnya, lantas melemparkannya ke arah Junmyung, "Aku tidak mau menikah denganmu!" benda kecil itu mengenai dada Junmyung, kemudian jatuh ke atas seprai.

"Terlambat. Karena kita sudah sah," kata Junmyung sambil mengambil cincin 'istrinya'.

Soojung kembali ternganga. "Bagaimana mungkin kita sudah sah, sedangkan aku baru saja siuman?" teriaknya. Sepertinya setiap kata yang keluar dari mulut Junmyung semakin membuatnya marah.

"Tentu saja bisa," jawab Junmyung dengan senyum culas. "Aku mengatakan pada semua orang bahwa kau menderita penyakit dan sedang koma. Jadi aku ingin segera menikahimu sebelum kau meninggal. Untung saja pendeta percaya," jelasnya tanpa beban.

"Dasar gila! Kau menikahiku tanpa seizinku!" Soojung kembali berteriak. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan teman dari sahabatnya ini. Sinting. Hanya kata itulah yang dapat mendeskripsikan seorang Lee Junmyung.

"Kau tidak akan mau jika aku memintamu lebih dulu."

"Memang tidak!"

Mendengar Soojung yang terus meneriakinya, akhirnya Junmyung naik pitam juga. "Kau memang harus dipaksa, Soojung-ah!" teriak Junmyung sambil meraih tangan kiri Soojung. Setelah itu, memakaikan cincin yang dilempar gadis itu dengan paksa.

"Tidak mau!" sekuat tenaga, Soojung berusaha melepas cengkeraman Junmyung.

"Kau tidak bisa menolak lagi!" si lelaki terus saja berusaha memakaikan cincin dengan paksa.

Saat Junmyung berhasil menyematkan kembali cincin pernikahan mereka, Soojung langsung mendorong bahunya. Melihat kesempatan untuk melarikan diri, Soojung buru-buru turun dari ranjang. Sayangnya, di detik terakhir, Junmyung berhasil menggapai ujung gaun 'istrinya'.

"Kau tidak akan bisa lari!" bentaknya sambil menarik ujung gaun Soojung.

Di saat yang sama, Soojung malah terus berusaha melawan tarikan Junmyung. Akhirnya ujung gaunnya robek hingga memperlihatkan paha kanannya. Soojung pun mendorong tubuh Junmyung dengan sangat keras hingga membuatnya terjengkang dari ranjang.

Si gadis model tidak peduli dengan gaunnya yang robek. Apalagi dengan 'suaminya' yang mengaduh karena terjatuh. Yang ada di otaknya hanyalah bagaimana caranya ia bisa melarikan diri dari pria sinting ini.

Saat menyibak kelambu, Soojung harus memicing silau serta merasakan pening di kepalanya. Cahaya lampu kamar Junmyung benar-benar membuatnya sakit mata! Namun hal itu tidak bisa menghentikan Soojung. Ia segera menaungi matanya, kemudian mengedarkan pandangan untuk mencari jalan kabur.

Mata bulatnya menemukan dua buah pintu di kamar itu. Satu pintu berada di samping kanannya, sedangkan pintu yang lain ada di hadapannya. Karena pintu yang ada di hadapannya lebih besar, Soojung segera berlari ke sana. Semoga saja itu bukan pintu yang mengarah ke kamar mandi.

Tepat saat Soojung membuka pintu, sebuah tangan mencengkram bahu kirinya. Ia tidak perlu menengok untuk tahu bahwa si pemilik tangan adalah Junmyung. Karena memang siapa lagi yang ingin menghentikannya jika bukan lelaki tersebut?

Si gadis meronta dan berusaha melepas tangan Junmyung. Bahkan berusaha terus berlari tanpa menghiraukan cengkeraman si pemuda gila. Namun sayang, cengkraman Junmyung lebih kuat sehingga membuat gaun Soojung di bagian bahu kirinya robek.

Sama sekali tidak memedulikan gaunnya, gadis bersurai cokelat itu segera berlari keluar kamar. Dengan cepat, Junmyung menggapai pergelangan tangan Soojung, lantas menariknya sekuat tenaga. Kemudian ia menghempaskan Soojung ke dalam kamar, menutup pintu, dan menguncinya.

Junmyung pun menghela napas panjang. Ia tidak akan pernah berhenti berusaha mendapatkan Soojung meski gadis itu terus saja menolaknya. Namun saat ia menoleh untuk meminta maaf, gadis pujaannya malah sudah duduk di bingkai jendela.

Apa dia gila? Dia ingin mati? Kamar Junmyung berada di lantai tiga!

Secepat kilat, Junmyung berlari menghampiri jendela, lantas memeluk pinggang gadis pujaannya dari belakang. Memang membutuhkan seluruh kesabarannya untuk menakhlukkan hati Soojung. Dan Junmyung tidak keberatan karenanya.

Namun Soojung malah berteriak dan meronta. "Jangan sentuh aku! Aku benci kau!"

Tidak menyerah, Junmyung kembali melingkarkan tangan kanannya di perut Soojung. Sedangkan tangan kirinya ia lingkarkan di leher gadis tersebut. Dengan lembut ia berkata, "Kau akan celaka jika melompat dari sini."

"Lebih baik aku mati daripada harus menjadi istrimu!" teriak Soojung yang terus meronta tanpa kenal lelah.

To be continued...

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Astraliancreators' thoughts