webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

Fake Date

Soojung melangkah memasuki toko bunganya lewat pintu yang menghubungkan toko dengan huniannya. Inbi yang duduk di balik meja kasir pun refleks mendongak. Mata sipitnya menatapi sahabatnya dari atas ke bawah sambil menggigit bibir.

Ia sudah tahu bahwa Soojung mengembalikan semua pemberian Jimin dan mengatakan akan memakai pakaian yang mengesankan. Namun apa yang temannya kenakan sungguh di luar ekspektasinya. "Soojung-ah, kau yakin dengan pakaianmu?" tanya Inbi hati-hati, takut akan menyakiti perasaan sahabat tersayangnya.

Soojung menunduk menatap pakaiannya. Dia memakai sepatu kets, celana ripped jins, dan kaos abu-abu gelap bertuliskan Love Myself. "Kenapa? Ini styleku. Bukankah orang akan terlihat lebih mengesankan jika memakai stylenya sendiri?" ucapnya cuek.

Inbi langsung mengernyit. "Namun kau akan berkencan. Dengan seorang pemilik restoran mewah yang tampan pula. Kau seharusnya menerima gaun yang diberikan Jimin tadi," bantahnya dengan suara yang lembut.

Soojung memutar iris mata dengan sebal. Dia sudah membuka bibirnya untuk mendebat kalimat Inbi, tapi suara klakson mobil segera mengurungkan niatnya. Kedua gadis itu pun segera keluar dari toko yang merangkap sebagai rumah tersebut.

Jimin terlihat bersandar di body mobil mewahnya. Pintu penumpang bahkan sudah ia bukakan untuk Soojung. Dia memakai kemeja hitam bermotif yang semakin membuatnya terlihat keren. Surai hitamnya ditata dengan model curtain haircut yang menampakkan sedikit dahinya. Secara keseluruhan, Park Jimin sangatlah tampan dan menawan.

Bohong jika Soojung mengatakan bahwa ia tidak terpesona. Karena nyatanya ia sedang terbengong menatapi pemuda kelewat tampan di depan tokonya. Ia tidak tahu kenapa, tapi Jimin seolah memiliki aura yang sangat kuat. Membuat siapa pun yang berada cukup dekat dengannya pasti menatapnya dengan kagum.

"Bersenang-senanglah!" bisik Inbi dengan genit.

"Ini hanya pura-pura, Inbi. Bagaimana bisa aku bersenang-senang?" sahut Soojung dengan wajah malas. "Tolong jaga rumahku!" sambungnya sambil mulai beranjak.

Blam! Pintu mobil yang tadinya dibukakan Jimin untuk Soojung, kini sudah tertutup. Soojung tentu saja terkejut hingga menghentikan langkahnya. Sementara itu, sang pemuda vampir terlihat mengambil sesuatu di kursi belakang mobil, kemudian menghampiri Soojung dengan rahang mengeras. "Ganti pakaianmu!" perintah Jimin dengan dingin, sambil menyerahkan tas yang berisi sepatu dan gaun tadi. Tanpa menunggu tanggapan si gadis, dia berjalan kembali ke mobilnya, dan duduk menunggu di belakang kemudi.

Sedangkan Soojung menatap tas tersebut dengan campuran bingung dan jengkel. Entah kenapa ia malah mematung saat Jimin menghampirinya. Sepertinya lelaki bernama Park Jimin itu sangat pemaksa sekali dengan kemauannya. Ia merasa semakin direndahkan dengan perlakuan Jimin ini.

Tidak menghiraukan perintah Jimin barusan, Soojung malah memberikan tas tersebut pada Inbi dengan kesal. Inbi yang sama bingungnya, menerima tas dengan terpaksa. Kemudian Soojung berbalik dan beranjak menuju mobil. "Yaaa! Soojung-ah! Kau tidak mengganti pakaianmu?" teriak Inbi.

Namun gadis Baek tersebut tetap menaiki mobil Jimin tanpa memedulikan teriakan sahabatnya. Dia langsung memasang seat belt, kemudian menyandarkan punggungnya. Bahkan tanpa menatap sang pemilik mobil sedikit pun.

Satu menit berlalu. Namun kendaraan mewah itu tak kunjung melaju juga. Membuat Soojung heran dan dengan terpaksa menatap Jimin di sampingnya, "Kenapa kau tidak menjalankan mobilnya?"

Jimin menopang lengan dan kepalanya di atas kemudi. Setelahnya, ia menatap Soojung dengan wajah datar, "Aku tidak akan menjalankan mobilnya jika kau tidak mengganti pakaianmu."

Mata Soojung terbelalak marah. "Apa-" teriaknya.

"Kau bilang akan membuatku terkesan. Namun kau bahkan tidak terlihat meyakinkan sebagai selingkuhanku," potong sang vampir.

Soojung langsung merasa tertohok. Bibirnya sudah terbuka untuk melayangkan protes. Namun kemudian ia sadar, bahwa lelaki di sampingnya ini sangat kuat pendirian. Gadis itu tidak akan pernah menang beradu argumen dengannya.

Lagipula, jika ia memakai pakaian asal-asalan seperti sekarang, tidak akan terlihat meyakinkan untuk dianggap sebagai selingkuhan seorang pemilik restoran elit. Tanpa berkata apa pun lagi, Soojung segera melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil. Dia kembali ke tokonya sambil mengutuki Jimin dengan 1000 macam umpatan.

🌹 Black Rose 🌹

Setelah menunggu kurang lebih lima belas menit, akhirnya pintu mobil terbuka dari luar. Soojung masuk dengan raut kesal. "Puas?" bentaknya sambil membanting pintu dengan keras. Masa bodoh jika engsel pintunya lepas.

Jimin memandanginya dari bawah ke atas, memastikan bahwa gadis ini menuruti perintahnya. Soojung sudah berganti pakaian dengan gaun dan high heels pemberiannya. Bahkan dia memakai sedikit riasan di wajah cantiknya. Namun ia merasa terganggu melihat ekspresinya.

Tiba-tiba Jimin mendekat ke arah Soojung, mengulurkan tangannya melewati kepala gadis bermata bulat. "A-apa yang kau lakukan?" refleks, Soojung bertanya dengan gugup. Hei, wajah mereka terlalu dekat hingga bisa saling merasakan hembusan napas masing-masing. Apa lagi mereka sedang berada di dalam mobil yang sempit. Sungguh semakin tidak baik saja pikiran Soojung.

Namun ternyata, Jimin hanya menggapai ikat rambut Soojung. Lelaki itu menariknya, membuat rambut gadis di hadapannya tergerai indah. Soojung langsung menghela napas lega saat Jimin perlahan menarik diri. Entah kenapa ia menahan napasnya sejak tadi. Baru saja jantung Soojung kembali bekerja dengan normal, perkataan Jimin selanjutnya malah membuat jantungnya kembali berdetak maraton.

Jimin menyodorkan ikat rambut 'selingkuhannya'. "Kau lebih cantik dengan rambut tergerai," katanya sambil tersenyum hingga membuat kedua matanya menghilang. Pipi Soojung memerah seketika. Oh dia memang sudah terbiasa mendapat pujian. Lantas kenapa ia malah merona sekarang? Apakah itu semua karena Jimin yang memujinya?

Berusaha mengendalikan diri, Soojung membalas pujian Jimin dengan dengusan. Gengsinya yang setinggi langit tidak akan pernah membiarkannya mengucap terima kasih. Terutama kepada seorang pria menyebalkan. "Bisa kita berangkat sekarang?" tanyanya sambil mengambil ikat rambutnya.

"Tentu," jawab Jimin dengan senyum yang sama. Mulai menyalakan mesin mobil, mereka pun berkendara ke tempat tujuan yang hanya Jimin seorang yang tahu. Soojung hanya diam, tidak ingin repot-repot bertanya. Karena ini semua adalah ide Jimin, jadi ia serahkan saja semua padanya.

"Jangan tersinggung. Bukannya aku memaksa dan meremehkanmu," suara pria vampir mengisi keheningan. Sebelah tangannya bergerak untuk menggapai tangan gadis di sampingnya, lantas menggenggamnya. "Hanya saja, aku ingin kau terlihat meyakinkan dalam peranmu," sambungnya sambil menatap Soojung sekilas disertai senyuman.

Si manusia tersentak. Tangannya seolah teraliri listrik saat Jimin menggenggamnya. Namun entah kenapa ia malah merasa hangat dan nyaman. Membuatnya enggan untuk melepas tautan itu meskipun gengsinya sudah berteriak-teriak memperingati.

"Jika kita benar-benar terlihat seperti sepasang selingkuhan, istri sialanku pasti akan segera muncul," lanjut Jimin, masih fokus menyetir. Namun Soojung hanya bisa mengangguk kaku. Kekesalannya pada Jimin seolah menguap seperti asap. Otaknya terlalu sibuk mencerna semua perlakuan Jimin barusan.

Ke mana perginya wajah datar dan sikap dingin Jimin beberapa waktu lalu? Seolah kebenciannya pada Soojung sudah terbang ke langit. Bagaimana bisa pria ini berubah sedemikian cepat? Soojung sungguh tidak habis pikir.

Merasakan debaran jantungnya yang tak normal, membuat pipi Soojung semakin memerah. Oh Tuhan, ada apa denganku? ujarnya dalam hati. Pasalnya perlakuan Jimin barusan berhasil mempengaruhi hatinya. Oh dia memang menghindari hal-hal romansa selama ini. Ia tidak pernah mau dekat dengan seorang lelaki lebih dari teman. Karena ia telah terbiasa dalam kesendirian.

Baginya, Inbi saja sudah lebih dari cukup untuk mengisi hari-harinya. Yah, meskipun gadis bermarga Choi itu masih kekanakan dan bahkan lebih muda beberapa bulan dari Soojung, tapi hanya Inbi yang bisa mengerti dirinya. Jadi ketika ada orang lain yang mengetuk pintu hatinya, Soojung merasa asing. Ia sudah terbiasa menutup hatinya dengan gerbang besar yang berdebu.

🌹 Black Rose 🌹

"Kita sampai," ujar Jimin sambil mematikan mesin mobilnya. Secepat kilat, ia melepas seat belt, keluar dari mobil, dan membukakan pintu untuk Soojung layaknya seorang gentlemen. Si gadis manusia tentu saja terkejut di perlakukan seperti itu. Apa lagi Jimin sudah mengumbar senyuman mautnya.

"Saat kakimu keluar dari mobil, kau benar-benar harus melakukan peranmu dengan baik, Soojung-ssi," nasihat Jimin yang lebih terdengar seperti ancaman di telinga Soojung.

Bukannya merasa takut, Soojung malah memutar kelereng matanya dengan malas, "Aku tahu." Setelah turun, Soojung pun langsung melingkarkan sebelah tangannya di lengan kokoh Jimin.

Membuat sang vampir semakin tersenyum lebar. "Ayo!"

Keduanya pun menaiki lift untuk naik ke lantai teratas. Selama itu mereka hanya saling diam. Bahkan Soojung tidak mengajukan pertanyaan meskipun merasa sangat penasaran. Dan saat pintu lift terbuka, pemandangan mencengangkan menyambut mereka. Ralat, hanya Soojung yang tercengang. Sedangkan Jimin terlihat biasa saja. Ia malah menatapi Soojung, menikmati reaksi gadis di sampingnya.

"Oh my God!" bisik Soojung tidak percaya. Di hadapan mereka terhampar berbagai macam bunga mawar yang ditata dengan indah. Bagaimana mungkin ada taman bunga mawar di sebuah atap gedung? Namun memang itulah yang dilihat Soojung. Ya, mereka sedang berada di Sky Rose Garden. Sebuah restoran yang berada di lantai 8 atau lebih tepatnya atap gedung Daehan Cinema.

Refleks Soojung melepas tangannya dari lengan Jimin dan bergegas berjalan meninggalkannya untuk mengamati tempat mewah tersebut. Matanya terlihat berbinar, dan bibirnya tidak pernah berhenti mengatakan, "Waah". Langkahnya diiringi oleh musik romantis, meskipun gadis itu tidak tahu lagu apa yang sedang diputar.

Sementara itu, Jimin berjalan mengekori gadis tersebut. Dia tersenyum melihat reaksi manusia yang sejak pertama kali bertemu dengannya selalu marah-marah. Imut, pikirnya. Tersadar, Jimin segera memejamkan mata dan mengingatkan diri sendiri bahwa mereka hanyalah pasangan pura-pura.

Ia tidak boleh menggunakan perasaannya dalam permainan ini. Ia harus fokus agar segera menemukan istri sialannya. "Sayang!" panggilnya pada Soojung yang telah melupakan dirinya. Namun Soojung sama sekali tidak menoleh. Dia terlalu asik mengamati bunga-bunga mawar.

"Sayang!" panggil Jimin sekali lagi sambil menghampiri 'kekasihnya'. Sayangnya Soojung seolah tidak merasa bahwa dirinyalah yang sedang dipanggil. Hingga kemudian Jimin memegang lengan gadis manusia itu, "Sayang."

Soojung pun menoleh. "Ya?" jawabnya dengan linglung.

"Kau tidak dengar, Sayang?" tanya Jimin dengan senyum terpaksa. Bahkan ia sengaja memberi tekanan pada kata 'sayang'

Mata bulat Soojung semakin membulat terkejut. Ia melirik ke segala arah di mana ada banyak sekali pelanggan. Beberapa pasang mata sedang melihatnya dengan tatapan ingin tahu. Berusaha mengendalikan ekspresinya, gadis itu langsung tertawa canggung, "Hehe maaf."

Senyum Jimin tiba-tiba berubah tulus. "Kau menyukai tempat ini?" tanyanya. Perlahan ia melingkarkan lengan di pinggang Soojung untuk menggiringnya berjalan ke salah satu meja kosong.

Sejujurnya Soojung merasa risih dengan perlakuan Jimin ini. Namun ia mengingatkan diri sendiri bahwa sekarang ia sedang berada di atas sebuah panggung sandiwara. "Ya! Semua mawar di sini terlihat sangat sehat dan segar. Mereka merawatnya dengan baik," jawabnya dengan bahagia.

Sang pria vampir tiba-tiba menarik sebuah kursi kosong untuk Soojung, "Duduklah!"

Si gadis bersurai cokelat panjang langsung menurut. "Terima kasih!" ucapnya sambil duduk.

Tanpa diduga, Jimin membungkukkan badan lantas berbisik di telinga Soojung, "Harusnya kau menciumku."

"Apa?!" pekik gadis Baek sambil menoleh. Sebenarnya apa maksud pria ini? Mereka hanyalah pasangan pura-pura. Lantas kenapa Jimin sampai meminta sebuah ciuman? Namun saat mendapati wajah rupawan Jimin yang hanya berjarak beberapa centimeter saja, Soojung langsung tertegun.

Otaknya mendadak kosong. Lidahnya terasa kelu. Meski begitu, mata bulatnya malah menelusuri garis wajah pria di hadapannya. Soojung tidak tahu, ciuman itu akan benar-benar terjadi atau tidak. Namun netranya benar-benar tidak bisa lepas dari bibir menawan milik Jimin.

To be continued...

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Astraliancreators' thoughts