webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

Bad Feeling

Tanpa diduga, Jimin membungkukkan badan ke arah Soojung. "Harusnya kau menciumku," bisiknya.

"Apa?!" pekik gadis Baek sambil menoleh. Sekali lagi dalam jam yang sama, wajah mereka hanya berjarak beberapa centimeter saja. Membuat keduanya tertegun saling mengagumi wajah yang lain.

Jimin tidak mengantisipasi kepala Soojung yang ternyata bisa berputar secepat itu. Ia mengerjap kaget merasakan betapa dekatnya wajah mereka. Enggan menarik diri, pria vampir tersebut malah mengamati paras cantik Baek Soojung.

Selain memiliki tubuh yang bagus, Soojung memang memiliki wajah yang teramat cantik. Pantas saja jika ia berkarir sebagai seorang model. Dan Jimin pasti akan mengira bahwa gadis ini adalah kaum sebangsanya jika mereka bertemu dalam situasi yang berbeda.

Sebelum Jimin bertindak kelewatan dengan mengecup bibir Soojung, ia bertanya, "Kau tidak berpengalaman dalam hal ini?" Pertanyaan ini sukses membuat Soojung mengerjap. Benar, dia memang tidak pernah memiliki hubungan khusus dengan seorang pria. Apa lagi sampai pergi berkencan.

"Kau harusnya menciumku saat kuperlakukan seperti tadi," jelas Jimin saat Soojung hanya termenung. Senyum jahil tercetak jelas di bibirnya. Oh Jimin bukannya ingin dicium. Ia hanya ingin bercanda agar lebih akrab saja dengan kekasih pura-puranya. Namun jika gadis bersurai cokelat ini benar-benar menciumnya, sejujurnya ia tidak akan menolak.

Sayangnya si manusia ternyata tidak mudah termakan jebakan begitu saja. "Ah, kau ingin kucium?" balas Soojung sambil tersenyum miring.

Jimin langsung tersenyum kecil sambil menarik diri. "Jangan terlalu percaya diri. Aku hanya ingin kita terlihat meyakinkan di hadapan semua orang," jawabnya yang kemudian mulai beranjak ke kursi kosong di hadapan Soojung.

Kaki Jimin baru mengambil satu langkah saat tiba-tiba lengannya ditarik dan pipinya mendapat sebuah kecupan kilat. Siapa lagi pelakunya jika bukan Soojung? Jimin tentu saja terkejut, tidak menyangka bahwa si gadis manusia benar-benar menciumnya. Ia langsung menatap 'selingkuhannya' dengan tatapan tidak percaya. "Kau-" ia kehilangan kata-katanya.

"Seperti yang kau bilang, aku hanya ingin kita terlihat meyakinkan," ujar gadis model itu dengan sok cuek. Matanya menatap ke mana saja asal tidak bertemu pandang dengan Jimin. Hei, pipinya telah kembali bersemu!

Sejujurnya ia juga tidak tahu, kenapa ia tiba-tiba mengecup pipi Jimin. Tubuhnya bergerak begitu saja tanpa perintah otaknya. Namun jika mengingat drama-drama romantis yang biasa ia lihat bersama Inbi, sepertinya memang itu yang harus dilakukan seorang gadis untuk berterima kasih kepada kekasihnya.

Jimin tentu saja gemas menyadari gengsi Soojung yang setinggi gunung Everest. Ia harus mengepalkan tangan kuat-kuat untuk menahan dorongan mengusak surai bak lelehan cokelat itu. "Terserah kau saja," meski terdengar tidak peduli, nyatanya pemuda tersebut malah tersenyum tampan.

"Jimin-ie!" seru seorang pria tinggi dan tampan yang menghampiri mereka.

Jimin pun segera berbalik. Saat mengenali orang yang menghampirinya, ia langsung tersenyum cerah. "Hyung!" sapanya. Kemudian mereka berpelukan dengan akrab sambil tertawa.

Saat melepas pelukan, pandangan pria asing itu jatuh pada Soojung. "Wah, kau benar-benar membawa kekasihmu!" katanya pada Jimin.

"Tentu saja!" tersirat nada bangga dari suara Jimin. Ia melirik ke arah Soojung yang buru-buru bangkit. "Kenalkan Hyung, dia Baek Soojung," kata Jimin.

"Baek Soojung?" gumam si lelaki asing yang kembali mengamati Soojung.

"Dan sayang, ini Kim Seokjin Hyung, pemilik restoran ini," lanjutnya pada Soojung.

"Annyeonghasaeyo, Baek Soojung imnida," sapa si gadis setelah membungkuk sopan.

"Astaga! Kau benar-benar Baek Soojung model JS Agency itu!" seru Seokjin setelah berhasil mengingat-ingat. Pelanggan yang ada di sana sontak menatap Soojung dengan penuh minat. Bahkan ada beberapa dari mereka yang diam-diam mengambil foto.

Si gadis model sangat terkejut. Ia tidak menyangka orang-orang telah mengenalnya. Hei, dia masihlah newbie dalam dunia permodelan! Dengan ramah, ia pun tersenyum pada orang-orang di sana.

Sementara itu, Jimin diam-diam menyeringai seram. Sejauh ini rencananya lancar. Ya, dia memang sengaja mengajak Soojung berkencan di tempat yang ramai. Karena jika orang-orang tahu bahwa model bernama Baek Soojung ini berpacaran dengannya, maka istri sialannya pasti akan segera muncul untuk melancarkan aksinya.

"Kau terlihat lebih cantik daripada di majalah, Soojung-sii!" puji Seokjin yang langsung dibalas ucapan terima kasih dari lawan bicaranya. "Ah, sayang sekali istriku tidak di sini hari ini. Dia adalah penggemar beratmu!" sambungnya.

Mata bulat Soojung melebar terkejut, "Wah terima kasih!" Hatinya merasa tersanjung karena ternyata ia telah memiliki penggemar. Apalagi penggemarnya adalah istri dari pemilik restoran elit. Soojung merasa ingin meledak saking senangnya.

Kemudian atensi Seokjin beralih pada Jimin. "Kau harus membawa Soojung ke rumah lain kali!" ujarnya layaknya seorang ayah yang memerintah anaknya.

"Tentu, Hyung," jawab Jimin disertai anggukan.

"Baiklah aku harus pergi sekarang. Senang berkenalan denganmu, Soojung-ssi. Semoga kencan kalian menyenangkan!" setelah mengangguk pada Soojung dan menepuk bahu Jimin, Seokjin pun pergi.

"Kau terlihat akrab dengannya," komentar Soojung sambil duduk kembali.

"Yah, dia yang mengajariku mengelola restoran," jawab sang vampir sambil duduk dan membuka buku menu. "Pesanlah apa pun yang kau inginkan!"

Sambil mengangguk, Soojung membuka buku menu dan mulai memilih makanan. Namun kemudian ia merasa bahwa ada seseorang yang sedang mengawasinya. Perasaan gadis itu tiba-tiba tidak enak, seolah mendapat firasat bahwa ada hal buruk yang akan terjadi.

Melalui ekor matanya, Jimin mengamati manusia di seberangnya. Rupanya ia menyadari kecemasan Soojung. Gadis tersebut terlihat melirik ke sana kemari dengan waspada. Refleks Jimin menggapai tangan mungil Soojung dan menggenggamnya, "Jangan khawatir, aku akan melindungimu." Setidaknya gadis tersebut merasa sedikit tenang setelah mendengar kalimat Jimin.

🌹 Black Rose 🌹

Soojung memasuki lift dan langsung menekan tombol basement. Ya, dia sendirian. Jimin menyuruhnya menunggu di mobil karena dia masih harus menyelesaikan urusan dengan Seokjin, sang pemilik Sky Rose Garden. Soojung tidak tahu urusan apa, mungkin tentang mengelola restoran.

Dalam kesendiriannya, lift tiba-tiba berguncang pelan. Refleks Soojung menatap layar di atas pintu lift. Masih lantai empat. Mungkin ada yang akan menaiki lift di lantai ini, pikirnya.

Namun pintu lift tak kunjung terbuka juga. Pikiran negatif langsung terlintas di benak Soojung. Tatepi dia berusaha memberi tahu dirinya sendiri bahwa mungkin ada seseorang yang iseng memainkan tombol lift di luar sana.

Soojung memandang layar hitam yang masih menunjukkan angka empat. Gadis bermata bulat tersebut mulai mengucap doa sambil terus memandangi layar dengan tatapan berharap. Akhirnya muncul tanda panah turun di samping angka empat tersebut. Soojung pun menghela napas lega.

Namun sedetik kemudian, lift mulai berguncang lagi. Kali ini lampu lift juga ikut berkedip. Satu-satunya penumpang di dalamnya segera berpegangan pada dinding untuk menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. Soojung mengedarkan pandangan ke seluruh ruang kecil itu. Dia sendirian. Jika sampai dia terjebak dalam lift, ia pasti akan mati panik di sana.

Goncangan pada lift kian besar. Dan lampu lift pun padam seketika. "Ya Tuhan!" pekiknya. Soojung mulai panik dan memukul-mukul pintu lift. "Tolong! Tolong, siapa saja, tolong aku! Tolong!" teriaknya.

Namun seberapa pun kuatnya Soojung berteriak, tidak akan pernah ada seorang pun yang menolongnya. Karena tidak akan ada siapa pun yang bisa mendengarnya. Ia terjebak tepat di antara pintu lift lantai empat dan tiga.

Mencoba meredam kepanikan, Soojung berusaha menyalakan senter dari smartphonenya. Sayangnya benda persegi panjang tersebut malah mati. Sial! Dia lupa mengisi dayanya!

"Tolong!!" teriak Soojung terus-menerus hingga suaranya menjadi serak. Tangannya telah memerah dan terasa panas karena terus memukuli pintu lift. Bahkan hingga 5 menit kemudian, tidak ada siapa pun yang datang.

Tak sanggup, tubuh Soojung akhirnya merosot. Keringat dingin telah membasahi seluruh tubuhnya. Napasnya memburu karena terlalu panik. "Ya Tuhan, tolong aku!" gumamnya sambil memeluk diri sendiri.

Doa yang Soojung panjatkan sepertinya sedang dikabulkan oleh Tuhan. Karena tepat ketika ia hampir pingsan, seseorang menggoncang tubuhnya. "Soojung! Baek Soojung! Kau dengar aku?" teriak orang itu.

Dengan sisa kesadarannya, Soojung berhasil mengenali orang tersebut. "Park Jimin," ucapnya lirih. Bahkan meskipun mereka belum saling mengenal terlalu lama, Soojung sudah menghafal suara dan bau maskulinnya.

Jimin berjongkok di samping kekasih pura-puranya. "Ya, ini aku. Tenanglah! Tarik napas, buang perlahan," katanya. Tangannya mengusap bahu si gadis dengan lembut, berusaha membuatnya tenang.

Soojung benar-benar berusaha untuk melakukan saran Jimin. Namun seolah ada sesuatu yang mencekik lehernya. Membuatnya sangat sulit hanya untuk bernapas.

Lift yang mereka tumpangi tiba-tiba meluncur turun dengan sangat cepat. Membuat Soojung semakin panik dengan tubuh yang gemetar dan napas putus-putus. Dengan sigap, Jimin segera menggendong tubuh Soojung. Sedetik kemudian, mereka telah berada di basement gedung.

Namun gadis manusia itu merasa semakin tidak enak badan. Tiba-tiba ia merasa pusing disertai mual. Kemudian kegelapan pun mengambil kesadarannya.

🌹 Black Rose 🌹

Kelopak mata gadis yang sedang tidur itu bergetar. Kemudian perlahan terbuka menampilkan netra cokelatnya. Ia mengamati sekitarnya. Sebuah ruangan familiar dan kasurnya yang nyaman memberitahunya bahwa ia berada di dalam kamarnya sendiri. Ia pun mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya matahari yang masuk melalui jendela.

Sambil duduk dan bersandar di kepala ranjang, gadis bermarga Baek itu mencoba menggali ingatannya. Kilasan kejadian saat ia terjebak di dalam lift mulai memenuhi kepalanya. Namun Soojung segera memiringkan kepalanya bingung saat menyadari bahwa ada yang aneh dengan ingatannya.

Bagaimana tidak? Jimin tiba-tiba muncul begitu saja di dalam lift. Padahal Soojung yakin bahwa ia masuk ke dalam benda itu sendirian. Bahkan sebelum lift mati pun gadis itu yakin bahwa ia sendirian. Lalu bagaimana mungkin lelaki berparas tampan itu bisa berada di sana?

Apakah Soojung hanya berhalusinasi? Tidak, suara Jimin terdengar nyata. Bahkan sentuhannya pun juga terasa nyata. Soojung yakin seratus persen bahwa pemuda itu memang benar-benar berada di sana.

Namun bagaimana bisa? Bagimana bisa ia muncul begitu saja dari ketiadaan? Teleportasi? Oh, itu terdengar aneh dan sinting. Namun apa lagi yang bisa menjelaskannya?

To be continued...

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Astraliancreators' thoughts