webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

The Bait

"Mari kita berkencan!" ajak Jimin dengan serius, sesuai dengan apa yang ia pikirkan semalaman.

"Apa?" pekik Soojung dan Inbi bersamaan. Mata keduanya sama-sama terbelalak kaget, tidak menyangka dengan ajakan tersebut. Bukankah berkencan sungguh bertolak belakang dengan isi surat ancaman yang Soojung terima? Lantas kenapa pria ini malah mengajaknya?

Sebagian besar gadis pasti akan langsung tersanjung mendapat ajakan seperti ini dari seorang Park Jimin. Namun bukan itu yang dirasakan Soojung sekarang. Ia malah tidak habis pikir dengan jalan pikiran pria di hadapannya. Mungkin dia memang pria gila yang ingin menghancurkan kehidupan damainya. Dan Soojung tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Jimin memandang bingung kedua gadis manusia di hadapannya bergantian. Ia merasa tidak ada yang salah dengan ajakannya. Lantas kenapa kedua gadis ini terlihat sangat terkejut? "Apa aku harus mengulanginya?" tanyanya dengan polos.

"Kau gila!" umpat Soojung setelah pulih dari keterkejutannya. "Apa kau benar-benar ingin membuat hidupku sengsara?" teriaknya dengan kesal.

"Tidak," jawab Jimin membela diri. Karena tidak terbersit sedikit pun niatan seperti itu dalam kepalanya.

"Tidak?" ulang Soojung, menirukan si pemuda vampir. "Tapi ajakanmu itu jelas akan membuat hidupku sengsara! Kau lupa apa yang tertulis di surat? Bagaimana jika ada hal buruk yang terjadi padaku nanti? Apa kau mau bertanggung jawab jika sampai aku kehilangan nyawa?" Soojung yang meledak dalam kemarahan.

Sekarang Jimin baru mengerti kenapa Inbi sangat terkejut dan Soojung sangat marah padanya. Ternyata mereka takut pada surat itu. Sayangnya hal tersebut tidak berlaku untuknya. Tidak ada yang cukup menakutkan bagi seorang vampir berkekuatan listrik seperti dirinya. "Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Karena mulai sekarang aku akan melindungimu," jawab Jimin masih dengan wajah seriusnya.

Inbi memekik tertahan. "Astaga aku juga ingin dilindungi oleh pangeran!" gumamnya genit. Jimin langsung melempar senyum tampan pada Inbi. Membuat gadis bermarga Choi itu semakin terpesona padanya. Namun saat mata Jimin kembali pada Soojung, senyumnya seketika hilang. Andai gadis model ini juga terpesona padanya, semua rencananya pasti akan berjalan dengan sangat lancar.

Sementara itu, Soojung malah terbengong. Pria bernama Park Jimin ini benar-benar selalu membuatnya merasa salah dengar dengan kata-kata ajaibnya. Namun sedetik kemudian ia malah mendengus dengan sebal. "Mudah sekali kau mengatakannya. Aku ingin tahu, apakah kau akan melakukannya semudah mengatakannya," tantangnya dengan remeh.

"Aku berjanji akan melindungimu dengan nyawaku," jawab Jimin dengan netra yang menatap lurus pada mata bulat Soojung, mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Menjaga Jungkook dan Taehyung saja sudah ia lakukan bertahun-tahun tanpa hambatan. Tidak masalah bukan, jika bertambah satu orang lagi?

Mata bulat Soojung memicing, seolah menilai keseriusan lelaki di depannya. Namun melihat raut wajah Jimin, sepertinya ia tidak main-main. Lalu apa motifnya? Apa keuntungan yang akan lelaki ini peroleh jika mereka benar-benar berkencan? Ia tidak mungkin melakukannya dengan sukarela, bukan?

Ataukah Park Jimin memang tipe lelaki berengsek yang berniat untuk mempermainkannya? Hah! Soojung tidak akan terjerat oleh permainannya meskipun semalaman melamunkan wajah rupawannya. Oh Soojung hanya mengaguminya saja. Bukannya jatuh pada pesonanya seperti Inbi.

"Kenapa kau harus repot-repot? Kau dan aku memiliki hubungan ataupun tidak, itu tidak akan merugikanmu sama sekali. Karena dia hanya mengancamku," pancing Soojung, ingin tahu niat Jimin yang sesungguhnya.

Namun pria bersurai hitam kelam tersebut hanya mengangkat bahu, seolah tidak memiliki alasan khusus untuk melakukan hal ini. "Aku hanya penasaran, siapa orang yang terlalu kurang kerjaan membuat surat ancaman yang melibatkan kita yang tidak saling mengenal," Jimin terdiam sejenak, ingin tahu reaksi Soojung.

Namun gadis itu juga hanya diam, seperti menunggu Jimin melanjutkan kata-katanya. Ledakan amarahnya sepertinya bisa diajak berkompromi untuk mendengarkan penjelasan Jimin terlebih dahulu. Padahal pria vampir tersebut sudah mengantisipasi jika sampai Soojung menamparnya lagi. "Jadi kupikir, jika kita pura-pura berkencan seperti aku sedang berselingkuh denganmu, mungkin saja si pengirim surat akan menampakkan diri," lanjut Jimin disertai senyum tampan.

Soojung mulai menangkap maksud yang ingin disampaikan oleh Jimin, "Tunggu. Jadi maksudmu, kau ingin kita berkencan untuk memancing si pengirim surat muncul dan melakukan ancamannya?"

Park Jimin refleks tersenyum tampan sambil mengangguk. Puas dengan otak Soojung yang ternyata bekerja juga. Dia pikir gadis ini hanyalah gadis bodoh yang mencari uang dengan memanfaatkan tubuh modelnya. Ternyata ia salah besar.

Namun sayangnya senyuman Jimin malah dibalas pekik mengejek dari Soojung, "Kau menjadikanku umpan? Ya Tuhan, ternyata kau bahkan lebih gila dari istrimu!"

Senyum si pria luntur, digantikan oleh putaran bola matanya yang jengah. "Sudah kukatakan berulang kali, aku tidak memiliki wanita, apalagi istri!" desisnya.

Namun si gadis hanya mengangguk-angguk sok paham, "Ya ya, terserah kau saja."

Berusaha mengatur ulang emosinya, Jimin menghela napas panjang. "Jadi, apa kau tidak penasaran dengan orang yang mengirimimu surat ancaman seperti itu?" tanyanya, kembali ke topik dan tujuannya mendatangi Soojung.

"Tentu saja aku penasaran! Jika dia muncul nanti, aku akan menyiksanya hingga ia memohon ampun di bawah telapak kakiku!" Soojung langsung bersungut-sungut.

Salah satu sudut bibir Jimin terangkat membentuk senyum miring. "Kalau begitu ayo pancing dia keluar dari sarangnya! Karena hanya inilah satu-satunya cara agar dia mau menampakkan diri. Ketika ia melakukan ancamannya nanti, aku akan mencegahnya sambil melindungimu. Jadi kau tidak perlu khawatir. Dan setelah kita menangkapnya bersama, perlakukan dia semaumu. Kemudian aku akan menghabisinya," ujar Jimin yang senyum miringnya telah berubah menjadi senyum bengis.

"Baiklah!" jawab Soojung tanpa berpikir. Seringai senang terukir di paras cantiknya, melupakan fakta bahwa beberapa menit lalu ia mengumpati ide gila Jimin. Namun karena pria itu mau melindunginya dengan jaminan nyawanya sendiri, Soojung langsung mau-mau saja. Lagi pula dia juga penasaran, gadis macam apa yang telah mengancamnya dan mengaku-aku sebagai istri Jimin?

Jimin kembali menampilkan senyum tampannya. Senang karena gadis pemarah ini berhasil ia yakinkan dengan persuasif. "Tawaranku masih berlaku ngomong-ngomong," katanya, mengalihkan pembicaraan.

Seolah paham tawaran apa yang dimaksud, Soojung langsung mengangguk, "Kapan kita mulai berkencan?"

"Sekarang," jawab Park Jimin sambil mendekati meja kasir.

Soojung terkejut mendengarnya. "Apa? Kau tidak lihat aku masih mengurus tokoku?" tanyanya seolah meragukan penglihatan si pria tampan. Lagi pula semua ini terlalu mendadak untuknya.

"Tutup saja!" sejenak, Jimin menatap ke luar jendela, dimana cakrawala telah berwarna gelap. "Lagi pula sudah malam," lanjutnya sambil meletakkan sebuah tas besar yang sejak tadi dibawanya ke atas meja kasir, "Pakai dan aku akan menjemputmu satu jam lagi." Kemudian tanpa mengatakan apa pun lagi, dia berbalik dan berjalan ke arah pintu toko.

Soojung langsung berdecih tidak suka. "Dasar gila! Enak saja menyuruhku ini itu!" umpatnya sambil melirik Jimin. Si pria vampir hanya memutar mata dan lebih memilih untuk keluar dari sana daripada menanggapi ejekan si gadis bermata bulat. Karena tidak akan ada habisnya jika mereka berdua beradu mulut. Membuang-buang waktu saja.

"Oh my God! Soojung-ah, lihatlah!" pekik Inbi yang melongok ke dalam tas besar pemberian Jimin. Tertarik, Soojung pun ikut melongok isi tas tersebut karena tiba-tiba sahabatnya ini sangat heboh. Padahal sedari tadi ia diam saja menyimak pembicaraannya dengan Jimin.

Di dalam tas besar, terdapat dua buah kotak hadiah. Soojung mengambil satu dan langsung membukanya. Wajahnya berubah syok saat melihat high heels berwarna biru metalik. Memang benar tag harganya sudah tidak ada. Namun dalam sekali lihat pun ia tahu bahwa sepatu tersebut sangatlah mahal. Rupanya menjadi seorang model telah melatih penglihatannya dalam mengetahui barang bagus dan tidak.

"Ya Tuhan!" gumam Inbi berulang-ulang. Kekaguman terpancar jelas dari matanya yang berbinar-binar. Bahkan gadis bermarga Choi tersebut mengusap sepatu dalam kotak dengan hati-hati.

Sementara itu Soojung yang sedari tadi mematung, kini mulai berusaha mengendalikan kekagumannya. "Apa isi kotak yang satunya?" tanyanya.

Pertanyaan sahabatnya seketika menyadarkan Inbi. Tanpa menjawab, ia segera membuka kotak yang satunya. Mata keduanya melebar saat melihat gaun indah berwarna biru di dalamnya. Tangan Inbi bergerak mengangkatnya dengan sangat hati-hati.

Gaun itu bergradasi warna dari biru muda di bagian leher dan berwarna biru tua di bagian bawah. Panjangnya mungkin selulut Soojung. Dan gaun tanpa lengan tersebut memiliki sabuk mutiara yang bertaburan di bagian pinggang. "Waaah bagus sekali!" pekik Inbi yang kembali terkagum-kagum.

Rahang Soojung seolah jatuh ke lantai. Gaun itu sangat amat bagus! Harganya pasti juga sangat mahal, terlihat dari betapa halus kainnya. Ia bisa membayangkannya dipadukan dengan high heels tadi. Pasti akan terlihat sangat elegan. Soojung akui bahwa Jimin memiliki selera fashion diatas rata-rata. Namun mengingat pria tampan tadi, membuat kekagumannya seketika menguap. "Apa maksudnya ini?" tanyanya.

Inbi yang sedang mengepaskan gaun di tubuh Soojung, seketika memutar bola mata. "Dia menyuruhmu untuk memakainya, ingat?" katanya, mengira otak sahabatnya sedang dalam keadaan lambat.

Sayangnya bukan itu yang Soojung maksud. "Aku tahu!" jawab si gadis model dengan kesal. "Kenapa dia memberiku ini semua? Apa dia pikir aku terlalu miskin hingga tidak memiliki gaun dan high heels?" omelnya.

Inbi meringis mendengar omelan temannya. Namun tangannya dengan cekatan terus melipat gaun dan mengembalikannya ke dalam kotak. "Dia pasti tidak bermaksud begitu," lirihnya.

Tidak memedulikan gumaman Inbi, gadis yang lebih tinggi langsung menyambar kedua kotak tersebut, lantas memasukkannya lagi ke tas. "Yaaa! Yaaa! Apa yang kau lakukan?" teriak Inbi dengan bingung. Sekali lagi, Soojung tidak menjawab dan malah berlari keluar toko membawa tas tersebut.

Inbi sebenarnya berniat menyusul Soojung. Tepat saat ia keluar dari toko bunga, ia mendengar sahabatnya yang meneriakkan nama Jimin. Melihat Soojung yang berlari ke arah Jimin yang berada beberapa meter di depannya, langsung menyurutkan niatnya. Ia tidak mungkin meninggalkan toko bunga yang bukan miliknya. Lagipula ia juga tidak mau mengganggu kedua insan di sana. Jadi Inbi memutuskan untuk melihat saja dari jauh.

"Yaaaa! Park Jimin!" panggil Soojung sambil berlari ke arah pemuda yang ia panggil.

Jimin mendengarnya dan langsung bisa mengenali suara itu sebagai milik Soojung. Ia pun berbalik dan menunggu gadis itu sampai di hadapannya dengan tatapan malas, "Apa lagi?" tanyanya tanpa minat.

"Apa kau meremehkanku?" teriak si gadis dengan marah di sela napasnya yang berantakan.

Jimin mengernyit. Tidak mengerti arah pembicaraan gadis di hadapannya. Bukankah ia meninggalkan kediaman Soojung dengan damai? Lantas kenapa gadis bersurai cokelat panjang ini marah-marah lagi? "Apa?" tanyanya bingung.

Karena pernapasan Soojung sudah teratur, ia pun menegakkan tubuhnya dengan ekspresi marah yang tak berubah. "Dasar orang kaya sombong! Tidak sadarkah kau, bahwa dengan memberiku barang seperti ini, kau telah merendahkanku?" Harga dirinya tersakiti dengan Jimin yang dengan seenaknya memberikan barang-barang yang terlampau mewah.

Si pria vampir jelas terkejut. "Aku tidak bermaksud seperti itu," ujarnya jujur.

"Meskipun aku hanya pemilik toko bunga kecil dan baru saja menjadi model, aku juga memiliki gaun! Aku tidak membutuhkannya!" bantah Soojung sambil mendorong tas besar sumber permasalahan ke dada Jimin.

Jimin menerimanya dengan bingung dan terpaksa. "Aku hanya ingin kau terlihat mengesankan di kencan pertama kita," katanya, berusaha menjelaskan selembut mungkin.

"Bahkan tanpa barang mewah pun aku pasti akan terlihat mengesankan!" potong Soojung masih dengan marah.

Jimin terdiam. Kemudian menghela nafas, memilih untuk mengalah. "Baiklah, mari kita lihat seberapa mengesankannya kau nanti," tantangnya. Setelah berbalik, dia pun kembali melanjutkan langkahnya sambil membawa pulang hadiah yang telah Soojung tolak.

"Dasar menyebalkan!" teriak Soojung. Tidak peduli jika orang-orang yang lewat menatapnya dengan aneh. Begitu juga dengan Jimin yang sama tidak pedulinya dengan ejekan itu. Namun mau tak mau ia mulai berpikir, pakaian mengesankan seperti apa yang akan Soojung kenakan nanti?

To be continued...

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Astraliancreators' thoughts