webnovel

Black Rose

Berawal dari surat ancaman tanpa pengirim, Soojung terpaksa harus menjalin hubungan pura-pura dengan Jimin yang ternyata adalah seorang vampir. Namun, apa yang ada di balik surat tersebut perlahan mulai menghancurkan keyakinannya. Ia tidak tahu, siapa kawan yang harus diwaspadai, atau lawan yang harus dipercaya. Semua seolah sama saja. Bahkan dia juga tidak tahu, kepada siapa kesetiaannya harus diberikan. Kaum kekasihnya, ataukah organisasi sahabatnya?

Astralian · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

Accident

Jimin pun ikut terkejut. Di dalam kotak, terdapat sebuah boneka perempuan dengan pisau tertancap tepat di tengah tubuhnya. Bahkan ada darah yang berlumuran di pisau dan tubuh boneka tersebut.

Rasa marah seketika melingkupi hati Jimin. Namun ia berusaha sebisa mungkin untuk mengendalikannya. Dia tidak mau sampai lepas kendali dan malah menyakiti Soojung. Secepat mungkin, si pemuda vampir mengambil kotak hadiah yang berada di pangkuan Soojung. Kemudian ia menutupnya dan meletakkannya di balik nakas.

Sayup-sayup Jimin mendengar suara terisak. Dia menoleh dan mendapati Soojung yang menangis dengan kedua tangan menutupi wajahnya. Entah kenapa hatinya terasa sakit melihat 'gadisnya' yang sedang menangis. Karena baru kali ini ia melihat Soojung yang menunjukkan sisi rapuhnya.

Jimin semakin merasa bersalah. Jika saja ia tidak memiliki niatan untuk menjadikan Soojung umpan, semua ini pasti tidak akan terjadi. Oh, dia sungguh menyesal sekarang.

Tanpa berpikir, lelaki vampir itu pun menghampiri Soojung dan memeluknya. "Sshhh.. Jangan memikirkannya lagi! Dia ingin kau ketakutan. Jika kau terus menangis, dia akan semakin senang karena berhasil menakutimu," ucapnya sambil mengusap-usap rambut Soojung untuk menenangkannya.

"Apa salahku, Jimin?" tanya Soojung di sela isakannya.

Meskipun suara Soojung teredam tubuhnya, Jimin masih bisa mendengar pertanyaan itu. "Tidak ada," jawabnya. "Ini bukan salahmu."

"Lalu kenapa? Kenapa harus aku? Kenapa aku yang bahkan sama sekali tidak mengenalmu?" tanya Soojung lagi dengan tangisan yang semakin keras.

Sang vampir menghela napas panjang. Dia tidak memiliki jawaban atas pertanyaan tersebut. "Soojung-ah, sejujurnya aku juga tidak tahu. Nanti setelah kita menangkap istri sialanku, kita akan tahu kenapa ia menargetkan dirimu," jawabnya.

Soojung tidak lagi menjawab. Bahkan semakin lama tangisannya semakin berkurang. Namun tangannya masih mencengkeram baju Jimin dengan erat.

Saat merasa Soojung sudah lebih tenang, Jimin pun melepas pelukan dan menangkup wajah cantiknya. Setelah itu, ia menghapus air mata gadis malang tersebut dengan ibu jarinya. "Lupakan semua dan tidurlah! Aku akan menjagamu," katanya.

Soojung terlalu lelah hanya untuk mendebat perintah Jimin. Perlahan dia pun merebahkan tubuhnya. Kemudian Jimin menyelimutinya hingga sebatas leher.

Cup! Jimin mengecup kening Soojung. Membuat jantung si gadis berdetak dua kali lebih cepat. "Terima kasih," cicitnya dengan pipi bersemu merah. Ucapan terima kasih pertama yang Baek Soojung berikan pada Jimin.

Setelah mengangguk sambil tersenyum, Jimin duduk di kursi samping ranjang dan mulai bersenandung lembut. "Honja jujeoanja saenggagman keojyeoga. Eonjebuteo neon nal apeugehaessdeonga. Neojochado moleujanha."

Suaranya indah sekali, pikir Soojung yang menatapi wajah rupawan pria di sampingnya. Soojung tahu lagu itu. Judulnya Promise, dinyanyikan oleh salah satu idol yang tengah naik daun saat ini.

Meskipun lagu yang dinyanyikan Jimin bukanlah lullaby, tapi entah kenapa semakin lama mata Soojung terasa semakin berat. Dan tepat ketika pria tampan tersebut menyelesaikan lagunya, Soojung pun terlelap. Merekam sosok Jimin yang terbawa ke alam mimpinya.

"Hyung!" seruan lirih itu berhasil mengalihkan perhatian Jimin dari wajah tidur Soojung. Dia menoleh dan melihat Jungkook yang memasuki ruangan perlahan-lahan. "Aku kembali," sambung si vampir Greitiklis yang mendapat anggukan dari Jimin.

Mata doe Jungkook mengamati Inbi dan Soojung bergantian. "Apa mereka berdua sudah tidur?" tanyanya.

Jimin mengangguk setelah melirik kedua gadis yang ada di sana, "Apa kau mendapatkan sesuatu?"

Jungkook mendekat pada hyungnya. "Ya," bisiknya sambil mengangguk. "Soojung Noona adalah model terakhir yang melakukan pemotretan. Model-model sebelumnya melakukan pemotretan dengan lancar. Namun saat Soojung Noona melakukan sesinya, barndoors itu tiba-tiba jatuh."

Kerutan langsung muncul di dahi Jimin, "Barndoors itu sudah pasti diutak-atik."

Jungkook pun mengangguk setuju. "Ya, karena aku menemukan baut yang lepas di tempat kejadian," kata Jungkook sambil mengulurkan sebuah baut di atas telapak tangannya.

Jimin mengambil benda kecil itu dan mengamatinya tanpa berkomentar apa pun. Meski begitu, otaknya berpacu memikirkan segala kemungkinan. "Bagaimana dengan model yang melakukan sesinya sebelum Soojung?" tanya Jimin dengan kilatan marah di matanya.

Jungkook seketika merasa takut. Bahkan ia sampai menelan ludah dengan gugup. "Dia bersih. Aku sudah memasuki pikirannya," jawabnya.

Sebelah alis Jimin terangkat, "Dan para staff?"

Vampir yang lebih muda menggeleng. "Mereka juga bersih. Si pelaku seolah datang dan pergi begitu saja," jawabnya. "Sayangnya tidak ada bau darah yang sama dengan yang ada di surat," lanjut Jungkook sambil menghela napas.

"Dia datang untuk mengutak-atik barndoors, kemudian segera pergi sebelum ada seorang pun yang menyadari kehadirannya," kata Jimin. Tatapannya terlihat kosong meski jemarinya dengan lincah memainkan baut. "Sepertinya dia tidak ingin repot-repot mengotori tangannya sendiri untuk mencelakai Soojung," lanjutnya dengan tangan terkepal. Otomatis menggenggam baut dengan erat.

"Benar. Dan tidak ada wanita yang cukup mencurigakan di sana. Bahkan tidak ada seorang pun yang mungkin kenal denganmu," ujar si kepala cokelat sambil bersedekap.

Jimin mengusap wajahnya, merasa frustasi karena penyelidikan Jungkook menemui jalan buntu, "Sama seperti kejadian di lift. Bedanya, kali ini istri sialanku itu mengirimkan hadiah yang sangat mengerikan bersama surat ancaman kedua."

"Hadiah apa?" tanya Jungkook dengan dahi mengerut.

"Lihatlah sendiri!" jawab Jimin sambil mengedikkan dagu pada nakas.

Jungkook pun menemukan hadiah yang dimaksud di balik nakas. Ia langsung terkesiap kaget saat membukanya. "Mengerikan!" desisnya. Kemudian ia mengendus ke dalam kotak hadiah. "Darah babi?" tanyanya.

Jimin pun mengangguk. "Sayang sekali istriku tersayang tidak memakai darahnya sendiri," katanya dengan sarkas.

Kemarahan Jimin telah terbumbui penyesalan hingga tanpa sadar menumbuhkan dendam dalam hatinya. Aku benar-benar akan menghisap darahnya hingga ia mati! Aku janji.

Jungkook dengan jelas bisa mendengar pikiran itu. Namun ia lebih memilih untuk diam. Karena dia juga pasti akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi hyungnya.

🌹 Black Rose 🌹

Akhirnya Soojung telah sehat dan bisa kembali beraktivitas. Selama penyembuhan kemarin, Jimin selalu datang menemaninya setiap malam. Sedangkan di siang hari, Inbi-lah yang merawatnya disela jadwal kuliah gadis bermarga Choi tersebut.

Meskipun begitu, dahi Soojung mendapat kenang-kenangan tujuh jahitan atas kejadian di pemotretan. Membuat Jimin merasa geram tiap kali matanya tidak sengaja melihatnya. Apalagi jika mengingat surat ancaman kedua bersama hadiah jelek yang diperkuat dengan hasil penyelidikan Jungkook. Jimin sungguh ingin menyetrum si pelaku dengan listriknya hingga tubuhnya hangus.

Sekilas, apa yang menimpa Soojung memang terlihat seperti kecelakaan belaka. Namun bukti-bukti yang Jimin kumpulkan berkata lain. Wanita yang mengaku sebagai istri Jimin itu telah merencanakan segalanya agar terlihat seperti Soojung hanya sedang sial.

Siapa pun pengirim surat ancaman sialan itu, dia benar-benar gila! Dia terus saja mengirimkan kotak hadiah berisi boneka perempuan yang berdarah karena tertusuk pisau. Kadang pisau tersebut menancap di perut si boneka. Kadang di jantung, dan kadang pula di kepala. Untung saja teror mengerikan ini akhirnya berhenti sejak Soojung keluar dari rumah sakit. Jika tidak, mungkin gadis bermarga Baek tersebut akan gila.

Soojung benar-benar merasa berterima kasih kepada Jimin. Pria tersebut selalu berhasil menenangkan dan menghiburnya. Bahkan kehadirannya saja dapat membuat Soojung merasa aman dan terlindungi.

Malam ini, Jimin dan Soojung akan pergi berkencan. Karena saat Soojung berada di rumah sakit kemarin, Jimin berjanji akan menemani si manusia ke semua tempat yang diinginkannya jika ia sudah sembuh. Dan di sinilah mereka berdua sekarang. Taman kota.

Seperti biasa, Jimin membukakan pintu mobil untuk Soojung. Kemudian mereka berdua berjalan beriringan di jalan setapak taman. "Jadi, apa yang ingin kau lakukan di sini?" tanya si pria vampir sambil menggapai tangan gadis di sampingnya, lantas menggenggamnya.

Soojung langsung tersentak. Entah kenapa, setiap kali Jimin menyentuhnya, kulitnya terasa seperti tersengat listrik. Bukannya merasa tersetrum, gadis itu malah merasa nyaman. Entah bagaimana, sensasi tersebut bisa menenangkannya.

"Hanya ingin jalan-jalan," butuh waktu yang cukup lama bagi Soojung untuk menjawab. Bahkan ia menjawab tanpa memandang Jimin sedikit pun. Hei, dia sedang merona dan tidak ingin kekasih pura-puranya itu melihat. Semoga saja gelapnya malam bisa menutupi rona merah di pipinya.

Jimin tertawa kecil, menyadari betapa sederhananya keinginan gadis bermata bulat ini. "Ah, apa kau mau es krim?" Jimin menawarkan karena ia sempat melihat sebuah kedai es krim. Baek Soojung akhirnya menoleh. Matanya berbinar senang, lantas mengangguk dengan semangat. Membuat Jimin tersenyum gemas melihatnya.

"Tunggulah di kursi itu! Aku akan membelikannya untukmu," perintah si pria. Si gadis bersurai cokelat madu menurut. Ia duduk di kursi taman yang letaknya sangat strategis. Dia bisa melihat jalan raya dari sini. Bahkan ia juga bisa melihat air mancur taman yang berkilau tertimpa cahaya lampu.

Sementara itu, Jimin bergegas pergi untuk membeli es krim di seberang taman. Bahkan ia sampai berlari, karena tidak ingin meninggalkan Soojung terlalu lama sendirian. Dalam perjalanannya ke kedai es, Jimin tersenyum sendiri memikirkan Soojung, Dia bersemangat sekali ingin memakan es krim.

Namun saat akan membayar, Jimin tiba-tiba mendengar suara decitan rem mobil di belakangnya. Penasaran, dia pun segera menengok. Rahangnya seolah jatuh menghantam trotoar melihat pemandangan mengerikan di sana.

Karena di mana pun juga, Jimin pasti akan mengenali sosoknya. Soojung. Dia sudah tergeletak di tengah jalan sambil memeluk sesuatu. Sebuah mobil box menjulang di atas Soojung, membuat Jimin berpikir bahwa mobil itulah yang menabrak 'kekasihnya'. Jimin pun segera berlari menghampiri Soojung tanpa memedulikan teriakan sang penjual es krim. Dasar bodoh! Bukankah aku menyuruhnya untuk menungguku di kursi taman?! rutuk Jimin dalam hati.

Park Jimin bersimpuh di samping tubuh Soojung dengan rahang yang mengeras. Ada banyak darah yang keluar dari kepala 'gadisnya'. Sepertinya jahitan di dahi Soojung terbuka. Ia pun melihat seekor anjing dalam pelukan Soojung, Apa dia seperti ini karena menyelamatkan seekor anak anjing?

Tidak ingin membuat jalanan semakin macet, Jimin pun segera menggendong Soojung dan membawanya ke tepi jalan. "Soojung! Yaaa! Soojung-ah!" serunya sambil menggoncang tubuh lemas gadis malang tersebut. Namun tidak ada respon sama sekali dari tubuh dalam pelukannya.

"Oh astaga, itu anjingku!" teriak seorang gadis berambut pendek yang mendesak ke depan kerumuman orang. Hewan kecil yang dimaksud pun meronta saat melihat majikannya. "Maaf! Gara-gara anjingku, pacarmu jadi seperti ini," katanya dengan sedih, sambil menggendong hewan peliharaannya.

Meskipun sebenarnya ingin mengumpat, Jimin hanya bisa memberikan senyum lemah, "Tidak apa." Ia tidak peduli dengan gadis itu maupun anjingnya. Yang terpenting sekarang adalah keselamatan Soojung. Karena jika sampai gadis ini kehabisan darah, maka ia bisa mati. "Soojung-ah! Baek Soojung!" panggilnya dengan sia-sia.

To be continued...

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Astraliancreators' thoughts