webnovel

Berharga

Mela Widia Astuti, merupakan anak tunggal dari Ibu Mayangsari .Ia mempunyai adik laki-laki yang masih kecil. Mereka hidup bertiga di rumah kecilnya. Kisah ini berawal dari pengalaman Mela yang sudah merasakan beban berat keluarganya. Mencari nafkah berdua bersama ibunya. Suatu ketika, Mela dilamar Seorang dokter muda yang baik hati dan tampan wajahnya. Dokter inilah yang sering membantu satu persatu masalah yang Mela hadapi. Namun, ada pertentangan untuk hubungan mereka. Mulai dari orang terdekatnya yang iri, keluarganya yang terhasut dan banyak hal yang Mela rasa ini bukan salahnya. Gadis bernama Mela inilah yang Setia memberikan dukungan moral, memberikan semangat yang terkobar pada temannya, namun mereka tidak tahu apa yang dialami oleh Mela di belakang layar. Sampai pada akhirnya, mereka menemukan pengganti derita yang Mela alami, Mela yang mampu merubah lara, asa menjadi tawa. Kini apa yang tidak diketahui temannya perlahan mereka pecahkan. Mela yang berkeinginan untuk lebih manjadi wanita yang kuat dari apa yang ia harapkan. Ingin menjadikan rasa yang tercipta dengan sederhana dan ,mengalir bagai air yang tenang.

Oktavianirianti · Teen
Not enough ratings
9 Chs

Persiapan

Setiba di kelas, Mela dan Rina dikejutkan sesuatu dan...

"Astagfirullah,,, kalian apa-apaan pake topeng gorilla?"kaget Rina

"Ini loh kita lagi nyari ide buat drama nanti,, siapa tau topeng gorila ini berfungsi"sahut Jian

"Ya jangan ngagetin ke gitu juga kali, untung gue gak jantungan " gerutu Rina

"Emang lo udah punya ide apaan selain topeng gorila itu?" cibir Mela

"Yah gitu, lagi ngumpulin imajinasi buat jadi ide. Tapi otaknya gak mau ngeluarin isi maksud gue loh" malu Jian yang tampak berfikir

"Jangan so-soan ngumpulin ide kalo gak berdiskusi, kadang ide sendiri tuh gak kuat dan gak waw kalo gak ada dukungan dari pihak yang lain. Tenang aja pokonya kita saling satu sama lain nentuin gimana jalan ceritanya ok." ucap Mela

"Gimana kalo pulang sekolah aja kita mulai nentuin jalan ceritanya, sekalian latihannya .soalnya waktu kita cuman sedikit" Ucap Rina

"Boleh juga ide lo" ucap Jian

"Ok mau dimana?" tanya Mela

"Di rumah si Dona aja kali, biar sekalian nikmatin kolam renang megahnya" ucap Rina

"Yang buyur mah suka banget ya sama kolam" sindir Jian

"Ih lo apaan sih,nyebelin" kesal Rina

"Biarin wle" goda Jian

"Yaudah yuk Mel kita duduk aja, males gue debat sama si curut" ajak Rina dengan bibir manyun.

" itu bibir monyongnya udah setengah meter. Mau gue cium?hhhha" goda Jian

"Diem curut" teriak Rina setengah kesal

"Udah udah,,, bisa diem gak sih kalian? Cape gue dengerin kalian debat ke gitu. Pusing nih pala gue" kesal Mela sambil berlalu ke arah mejanya.

Kini kelas mereka penuh dengan siswa yang sudah berada di bangkunya masing-masing. Pelajaran demi pelajaran mereka lalui bersama. Kantuk yang menghadang mereka, seketika lenyap saat mendengar ulangan harian yang mendadak, tes lisan yang menyerbu otak, tes kedepan satu-satu membaca puisi. Sungguh perjuangan yang berat untuk mereka timba. Tapi inilah gaya hidup sekolah, aturan, tata cara, tatakrama, sistem belajar, penuh dengan cara yang membuat siswa akan berkarisma di waktu yang telah ditentukan nantinya. Hingga tak terasa, lonceng bel berbunyi di berbagai arah penjuru sekolah. Siswa berhamburan ke sembarang arah, mencari letak kendaraannya, mencari teman bersama pulangnya, dan mencari keberadaan angkutan umum di hadapannya. Nampak dari kejauhan, Mela dan teman-temannya sedang bersama menentukan pulang bersama. Kendaraan mereka, satu persatu saling membonceng diantara mereka yang tidak punya kendaraan.

"OK, otw!" ucap Jian

"Bentar, udah semua kebagian tumpangan belum nih?"tanya Rina

"Udah kayanya" timpal Mela

"Kalian hati-hati di jalannya, gue tunggu dirumah ya gays" ucap Dona antusias

"OK"ucap Jian dan yang lainnya.

Kini mereka pun bersama-sama menuju rumah Dona, bersenandung ria di perjalanan yang mereka saat ini lakukan, walaupun hanya berbekal keringat dari seragam yang dipakai selama berjam-jam di sekolah.

"Stoppp it!" teriak Rina

"Eh apaan sih lo" ucap Jian menghentikan kendaraannya.

"Itu loh rumah si Dona nya kelewatan. Harusnya gerbang yang item tadi."

"Ngomong ke dari tadi,"ucap Mela

"Iya sih telat banget" ucap Teman-teman yang lainnya.

"Yaudah sih maaf, kan gue lupa" cengiran Rina

"Yaudah puter balik gays" ajak Jian

Merekapun akhirnya sampai di halaman depan rumah Dona. Megah nan asri yang terpampang. Halaman rumahnya luas, rumahnya megah, rerumputan yang terawat. Sungguh luar biasa.

"eh kalian udah pada nyampe juga ternyata" sahut Dona dari kejauhan.

"Iye nih hampir aja kita ngelewatin rumah lo Don," sindir Jian

"Isssh apaan sih lo" kesal Rina

"Udah sih ya, jangan ribut mulu. Kita tanyain ke Dona latihannya dimana" ketus Mela

" Don, kita latihannya dimana nih, pegel gue berdiri terus" ucap fikri teman jian

"Ayo pada kesini, ikutin gue" ujar Dona mengarahkan

Merekapun beranjak dari halaman besarnya menuju ruang inti yang dicarinya kini. Tampak jelas nuansa interior bagian dalm rumah Dona yang begitu Indah. Rapi dari apapun yang dipajang. Mengagumkan bukan?

"Disini aja lah ya cukup buat kita kumpul" ucap Dona

"Cukup lah segede ini mah" ucap Mela

"Yaudah kita mulai dari bahas apa dulu nih?" tanya Rina

"Kita mau ngambil tema apaan"?tanya andien temannya Dona

"Gimana kalo Kerajaan?" usul Yogi

"Engga deh, mending Pesantren Rock N'Rol aja yang lagi ngetrend" ucap Yosef sodara kembarnya Yogi

"Gak,, jangan dua itu. Ide kalian gak Bagus" ucap Jian

"Yah terus kita ambil tema apaan" ucap yogi dan yosef bebarengan

"Yaudah gimana kalo kita buat temanya tentang Bineka Tunggal Ika. berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan" usul Mela

"Maksudnya ke gimana?,,jadi kita tuh buat drama yang mengisahkan perbedaan satu sama lain, yang pada akhirnya mereka bertengkar. Lalu konflik terjadi, terus boom kita buat si perbedaan ini yang nantinya waw buat kita tunjukin" antusias Mela

"Mm gue sih setuju aja ya" ucap Rina

"Aha!!! gue jadi punya ide nih" ucap Jian tiba-tiba" Jian memelototkan matanya takjub. Seolah mendapatkan harta karun di depan mata.

"Apaan?" ucap Fikri

"Yah nanti lah gue jelasin, sekarang kita atur aja gimana tokoh dan perannya" ucap Jian so bijak

"Yaudah sip, ayo kita tentuin sekarang"ajak Dona

Mela dan teman-teman pun menganggukan kepalanya, seolah-olah interupsi dari komando telah diperintahkan. Kini fokusnya mereka jadikan satu padu. ide, imajinasi, khayalan, strategi, mereka olah dan kumpulkan juga kembangkan. Suasana yang jarang jika didapatkan, sekarang mereka lakukan. Butuh waktu lama dan kesabaran yang ekstra hati-hati.

Beberapa jam kemudian, mereka sangat bahagia telah mendapatkan strategi dramanya. Ada keyakinan mereka akan mempesona saat tampil. Ada juga yang kesulitan bagaimana melakukannya, dan ada juga yang kesusahan mengatur kostumnya. Mereka jelas ingin tampil sederhana tapi waw untuk disaksikan. Yang sekarang mereka lakukan saat ini ialah ngemil dan bercengkrama satu sama lain. Tapi tidak untuk pria, mereka malah berkumpul main game online yang sedang marak diperbincangkan.

"Mm Rin, gue boleh pulang sekarang gak?"bisik Mela pada Rina saat ini

"Emang lo mau kemana?" tanya Rina setengah berbisik.

"Mm ini loh.. Gue mau ke pasar bantuin ibu jualan. Sekalian mau jemput Ade gue di rumah nenek" ucap Mela

"Yaudah gue anterin lo ya"twar Rina

"Gausah Rin,, lo disini aja urus persiapan drama. Untuk selebihnya lo kasih informasi ke gue. Biar gue paham segalanya" jelas Mela

" lo yakin gak mau gue anter nih?" tanya Rina sekali lagi

"Iyah gue yakin, toh masih siang juga belum malem" kekeh Mela

"Yaudah lo pulang aja,, biar gue yang jelasin ke temen-temen" ucap Rina

"Emang gapapa gitu ya?"tanya Mela khawatir

"Tenang aja ada gue"jelas Rina

"Yaudah gue pamitan sama temen-temen kali ya biar gak pada nyariin" ucap Mela

"Yaudah pamitan dulu" jawab Rina

Setelah itu, Mela pamitan kepada teman-teman dengan alasan seadanya. Tampak malu yang Mela rasa saat ini, namun apa boleh buat jika keadaan yang mengharuskan Mela untuk segera pulang hari ini. Ia tidak mau membiarkan ibunya susah payah mencari nafkah sendirian disana. Sekalipun ia masih mengenakan seragam sekolahnya, ini tak mengapa untuknya. Cukup membalut jaket di seragam putihnya agar ia tidak terlalu terlihat baru pulang sekolah.

"Yaudah temen-teman gue pamit dulu yah, assalamualaikum" ucap Mela

"Hati-hati Mel, dah Walaikumsalam"

Mela pun segera mencari angkutan umum, namun sangat sulit untuk ia mendapatkan angkutan umum kosong. Sepertinya banyak sekali penumpang yang lebih memilih naik angkutan umum dibanding harus panas-panasan naik kendaraan roda dua, melihat cuaca saat ini yang panasnya membakar kulit. Sepuluh menit Mela menunggu, akhirnya angkutan kosong berhenti didepannya. Mela pun menaiki angkutan umum tersebut dan memilih duduk di hadapan pintu terbuka karena gerah yang dirasa sungguh membakar jiwa. Kini semilir angin menerpa wajah Mela yang dari tadi kegerahan. Namun tidak hanya itu, bagi Mela tetap saja namanya angkutan umum pasti tidak luput dari desakan para penumpang. Belum lagi banyak aroma-aroma tidak sedap yang dirasa. Entah itu aroma keringat, atau aroma minyak Wangi yang berlebihan saat dikenakan. Pengalaman naik angkutan umum ya begini.

Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, Mela pun turun dari angkutan umum tersebut dan segera membayar ongkos pada supirnya. Kini Mela mulai menyusuri pasar yang penuh dengan para pedagang bertebaran. Suara-suara mereka saat ini, membuat Mela pengang telinga. Belum lagi bau tidak sedap dari sampah yang bertebaran dibawah . Mela merasa kepusingan mencari keberadaan tempat ibunya berjualan saat ini, banyak sekali pedagang memenuhi jalan kecil yang dilaluinya .

Saat melewati tukang sayur berada, Mela tak sengaja bertubrukan dengan seseorang. Barang bawaan orang tersebut jatuh berserakan dibawah.

"Maafkan saya pak, saya tidak sengaja" rengkuh Mela pada sang empu

"Tidak apa, lain kali kalo jalan hati-hati dek" ucap lembut si pemilik suara.

Mela pun mengangkatkan kepalanya dan melihat siapa pemilik suara lembut itu, rasanya ia tidak asing dengan suara itu. Dilihatnya ia,,,