webnovel

Berharga

Mela Widia Astuti, merupakan anak tunggal dari Ibu Mayangsari .Ia mempunyai adik laki-laki yang masih kecil. Mereka hidup bertiga di rumah kecilnya. Kisah ini berawal dari pengalaman Mela yang sudah merasakan beban berat keluarganya. Mencari nafkah berdua bersama ibunya. Suatu ketika, Mela dilamar Seorang dokter muda yang baik hati dan tampan wajahnya. Dokter inilah yang sering membantu satu persatu masalah yang Mela hadapi. Namun, ada pertentangan untuk hubungan mereka. Mulai dari orang terdekatnya yang iri, keluarganya yang terhasut dan banyak hal yang Mela rasa ini bukan salahnya. Gadis bernama Mela inilah yang Setia memberikan dukungan moral, memberikan semangat yang terkobar pada temannya, namun mereka tidak tahu apa yang dialami oleh Mela di belakang layar. Sampai pada akhirnya, mereka menemukan pengganti derita yang Mela alami, Mela yang mampu merubah lara, asa menjadi tawa. Kini apa yang tidak diketahui temannya perlahan mereka pecahkan. Mela yang berkeinginan untuk lebih manjadi wanita yang kuat dari apa yang ia harapkan. Ingin menjadikan rasa yang tercipta dengan sederhana dan ,mengalir bagai air yang tenang.

Oktavianirianti · Teen
Not enough ratings
9 Chs

DIA

Mela pun mengangkatkan kepalanya dan melihat siapa pemilik suara lembut itu, rasanya ia tidak asing dengan suara itu. Dilihatnya ia,,,

"Pak dokter" kaget Mela

"Santai aja kali Mel, gak usah kaget kaya gitu. Kaya liat monster aja" ucap pak dokter setengah tertawa

"Hhe maaf pak dok, habisnya saya kaget" malu Mela

"Ngomong-ngomong kamu mau kemana?" tanya Pak dokter tersebut

"Astagfirullah ibu" teriak Mela

"Kenapa ibumu?" tanya Pak dokter

"Maaf pak, lain kali saja ya kita bicaranya. Saya mau bantu ibu saya di sana" ucap Mela hendak ingin berlari. Namun Pak dokter kini menahan tangan Mela sehingga sang pemilik menoleh kaget ke arah Pak dokter.

"Ada apa?" tanya Mela

"Bolehkah saya meminta nomor hp mu Mela?" ucap Pak dokter

"Mm gmn ya🙁nanti saja pak dok" ucap Mela menawarkan

" saya ingin sekarang Mela, ada hal yang harus kusampaikan padamu" ucap Pak dokter tiba-tiba

"Ehhh. Anu.. Itu.. Apa ya.. Aku.." gugup Mela

"Yasudah sini hp kamu!" titah dokter itu

"Untuk apa pak?" ucap Mela penuh tanya

"Sini kan" ucap Pak dokter tak memalingkan wajahnya dari benda kecil pipih di tangan Mela saat ini. Kemudian diraihnya hp Mela yang sudah diulurkan tangan oleh sang pemilik handpone

"Itu nomor saya sudah saya save di hp kamu, saya harap jika kamu tidak sibuk, jangan lupa balas chat Whatsapp saya barusan" ucap pak dokter

"Maksa banget sih pak dokter" gerutu Mela

"Bukan maksa Mela" ucap lembut pak dokter

"Iya deh iya,yasudah saya mau pergi pak,jangan cekal saya lagi ok" ucap Mela sambil berlari ke arah tujuannya kini

Pak dokter pun geleng-geleng kepala dengan sikap Mela saat ini. Menggemaskan tapi sulit untuk diraih. Semoga niatnya kali ini dapat terkabulkan.

Setelah menempuh jalanan kecil di pasar, Mela akhirnya menemukan keberadaan sang ibu yang sedang sibuk dikerubuni pembeli. Dengan sigap Mela segera membantu ibunya yang kewalahan.

"Bu biarkan ini Mela saja, untuk sementara kita gantian, ibu lelah bukan?" ucap Mela sambil cekatan mengantongi kue-kue yang dibeli pelanggan.

"Yasudah nak, ibu sekalian pamit dulu mau ke mushola terdekat" ucap ibu

"Baik bu hati-hati" ucap Mela

Ibu mela pun beranjak dari pengistirahatan kerjanya yang kini menuju mushola terdekat. Menunaikan kewajiban adalah prioritas utamanya. Sesibuk apapun yang ibu Mela lakukan, ia tidak sampai melupakan apa yang seharusnya diutamakan. Seperti saat ini, saat dimana orang lain lebih memilih meladeni para pelanggan dibandingkan meluangkan waktu 5 menitnya untuk bercengkrama dengan Ilahi Rabbi. Rasa syukur selalu dilantunkan bait nan lirih oleh ibu Mela dimanapun ia berada dan dalam keadaan apapun.

"Nak tolong 1 kotak saja kuenya" ucap ibu pembeli

"Baik bu, dimohon tunggu" ucap Mela semangat

"Saya mau dong de, 5 kotak kue" ucap Pembeli lain

Alhamdulillah, rezeki yang melimpah hari ini, Mela senang dengan para pembeli ramah yang Setia dengan kue buatan ibunya. Hampir tiap hari mereka mendapatkan pesanan yang terus menambah jumlah orderannya. Sudut bibir Mela terangkat dan membentuk lengkung senyum yang membuat seseorang yang bersembunyi ikut tersenyum senang. Merasa bahagia dengan keadaan Mela saat ini. Seseorang misterius yang Mela tidak akan tahu siapa ia.

"Mela, semoga selamanya kamu bahagia" ucap seseorang disebrang sana.

*****

"Bukan gitu gerakannya Jian, kmu tuh kaku banget sih" perintah Rina sambil memperagakan.

"Trus gimana?" ucap Jian

"Nih gini nih" ucap Rina sambil tangan memperagakan layaknya wayang arjuna aslinya, tangan dan gerakan badannya yang gemulai membuat Jian terpana, namun ia kesusahan menirukannya.

Sedangkan teman yang lainnya pun ikut serta menghafal gerakan perannya, menghafal naskahnya, mengatur musiknya dan Mela saat ini sibuk menghiasi baju untuk tampil mereka semuanya. Tapi hp Mela bergetar tiba-tiba. Menandakan sebuah pesan masuk dan dilihatnya ternyata Pria sebelumnya lagi.

Pak dokter

Mela kamu sedang sibuk tidak?

Me.

Saya sedang latihan drama pak. Memangnya ada apa?

Pak dokter

Sore nanti apakah kamu mau ikut jalan-jalan dengan saya?

Me

Mm, gimana ya pak dok, soalnya setiap sore aku bantu ibu jualan di pasar

Pak dokter

Bisanya kapan Mel?

Me

Mm inshaallah hari sabtu sore aku ijin aja ke ibu

Pak dokter

Baiklah kalo begitu nanti saya jemput kamu dimana?

Me

Mm nanti saya kabari laginpak dok. Saya dipanggil temen-temen. Assalamualaikum

Pak dokter

Iya Mel waalaikumsalam

Hati Mela mendadak tak karuan, jantungnya seolah dipompa terus-menerus hingga susah untuk bernafas. Mela gugup dengan apa yang ia baca di pesannya. Antara bingung dan bahagia mencampur padu menjadi satu. Ada apa sebenarnya dengan dia? Apakah ia suka kepada Mela? Atau hanya ingin menyampaikan hal lain kah?. Tidak mau berfikir panjang, Mela kini bergabung bersama Rina dan teman yang lainnya.

"Mel lo kenapa keringetan ke gitu?" ucap Rina memotong latihannya saat ini.

"Ih ni gue gimana curut?" tanya Jian

"Bentar kingkong, gue lgi diskusi sama tuan puteri" ucap rina pada Jian yang meskipun Jian tampak kesal.

"Ini loh tadi gue kesusahan buat desain bajunya, makanya gue hati-hati sampe keringetan ke gini" bohong Mela. Ia tidak mau rahasianya terbongkar saat ini. Ia mau bercerita pada Rina di saat yang tepat.

"Oh kirain gue lo habis ditembak cowo, wkwkwk" goda Rina

Tapi Mela justru tertegun dengan ucapan Rina kali ini, serasa apa yang diucapkan Rina malah menjadi tanda tanya besar untuk Pak dokternya. Apa benar ia akan menyatakan cintanya? Huft,, Sepertinya tidak mungkin, Mela tau diri dengan latar belakangnya.

"Husss apaan sih lo, ada-ada aja" Gugup Mela

"Yaudah kita latihan lagi" ajak Rina

"Yuk" ikut Mela dibelakang Rina

Merekapun fokus dengan perannya masing-masing. Mela dan Rina beradu gerakan satu sama lain di tengah teman-temannya. Dona pun menyelingi gerakan mereka dengan tampak elegan nan hati-hati. Lalu drama dimulai satu persatu. Nampak kelincahan dan kemahiran mereka mulai muncul. Beberapa hari lagi mereka akan segera tampil di depan khalayak umum.

Seusai latihan selesai, mereka pun beristirahat dan mulai memakan bekal makanan keduanya. Saling bercengkrama satu sama lain, sedangkan para pria justru sibuk menjaili teman wanitanya. Mela dan Rina tampak geleng-geleng kepala dengan tingkah para pria saat ini, heran kenapa harus jail kalo ujung-ujungnya jadi Cinta.

"Mel pulang yuk!" ajak Rina memecah keheningan antara dirinya dan Mela

"Tumben amat lo ngajak pulang" goda Mela

"Gue lagi mager nih, sumpah cape banget hari ini" keluh Rina dengan helaan nafas kembang kempis di dadanya

"Yaudah gue juga pengen pulang cepet, mau bantu ibu" ucap setuju Mela

"Yaudah kita pamutan aja dulu" ajak Rina

Mereka pun berdiri dan bersiap-siap pulang, menenteng tasnya masing-masing dan berpamitan pada teman-teman yang lain.

"Hati-hati" ucap Serempak teman-temannya

"Ok" ucap Mela dan Rina bebarengan

Rina mulai menyalakan motornya dan Mela bersiap menaiki tumpangannya. Dengan sigap, Mela memakai helm cadangan yang setiap saat Rina bawa untuk temannya yang menumpang. Motor pun berjalan membelah jalanan kota yang sedang macet tak terduga. Bukan Jakarta namanya jika macet tidak melanda.

"Mel gue nganterin lo sampe pasar aja deh, sekalian lewat toko langganan gue" ucap Rina dengam suara keras agar terdengar ke telinga Mela yang memakai helmnya.

"Memangnya lo mau beli apa?" sahut Mela

"Mau beli sesuatu" ucap Rina

"Yaudah si gue mh alhamdulillah dapet tumpangan gratis sampe tujuan, gak akan nolak banget" goda Mela

"Mumpung lagi baik kan gue" timpal Rina

"Yaelah" ucap Mela malas

Hening sesaat, tidak ada lagi yang membuka suara. Rina fokus dengan menyetir motornya dan Mela tampak menikmati suasana jalanan kota di hadapannya.

Samai di tujuan pasarnya saat ini, Mela pun turun dan membuka helmnya lalu menyerahkannya ada Rina.

"Mel, gue pamit dulu ya" ucap Rina

"Iya lo hati-hati. Makasih ya tumpangannya" sahut Mela

"Iya,Santai aja!" ucap Rina

Kini Mela berjalan menyusuri jalan kecil menuju tempat ibunya berjualan, rutinitas sepulang sekolah adalah ini, mbantu berjualan dan bersemangat tak mengenal lelah.