webnovel

Episode 6 ~ Pedang Angin vs Pedang Cahaya

"Alan?"

Ayla termangu melihat sedan hitam itu membeku dalam bongkahan es. Padahal setengah menit sebelumnya mobil itu akan meremukkan dirinya dan Alan di tempat ini, tapi sekarang mobil itu sudah membeku. Dalam beberapa detik.

"Aku juga tidak tau Ay. Ini sudah berada dalam tubuhku sejak lama. Sejak aku masih kecil, aku bisa mengubah air menjadi es dengan tanganku. Aku bisa membentuknya dalam berbagai bentuk."

Alan menjulurkan tangan kanannya. Tiba tiba genangan air di lubang lubang jalan terangkat lalu melayang terbang ke atas telapak tangan Alan. Genangan air tadi berubah rubah wujudnya dari bola ke kubus atau sekarang berbentuk limas. Lalu air itu di bekukan oleh Alan kurang dari satu detik.

"Wow."

Ayla terpana melihatnya.

"Sama seperti yang ada di pergelangan tanganmu bukan?, Kita tidak pernah tau itu apa, dan dari mana."

Kali ini justru Ayla malah terpaku di tempatnya. Alan mengetahui tentang garis di pergelangan tangannya. Tapi sejak kapan?.

"Waktu di kelas aku pernah melihat tanda garis itu memanjang."

"Ka-mu melihat-nya?"

Tanya Ayla ragu.

Alan mengangguk.

"Tenang. Cuma aku yang melihatnya. Aku tidak akan memberitahu ke yang lain."

"Jadi, ini hanya di antara kita berdua saja."

Untuk pertama kalinya ada orang lain yang mengetahui rahasia besar Ayla. Tapi baik dirinya maupun Alan sama sekali belum mengetahui apa dan darimana bakat mereka itu berasal. Mereka ingin mengetahuinya. Juga sosok misterius tadi, siapa dia sebenarnya?. Tapi pertanyaan itu tidak lama lagi akan segera menghilang dari benak Ayla juga Alan. Juga pertemuannya dengan sosok berjubah putih tadi,  adalah awal bagi keduanya untuk terseret dalam perputaran takdir yang tidak pernah terperkirakan.

"Kekuatan pembeku?. Lama tidak melihatnya, cukup menarik."

Alan dan Ayla langsung terkesiap mendengarnya. Entah sejak kapan, di atas bongkahan es besar itu berdiri sesosok pria dengan penampilan sama seperti sosok misterius sebelumnya, serba putih.

"Siapa lagi kau?," tanya Alan.

Sosok misterius itu tidak memberi jawaban atas pertanyaan Alan. Justru tiba tiba dia menghilang dari tempatnya, lalu mendadak sudah berada tepat di depan Alan.

Kaki kanannya langsung terayun kuat 180° ke atas, telak mengenai dagu Alan. Seranganya begitu kuat hingga kaki Alan terangkat satu meter ke udara. Tidak memberi waktu jeda, Alan langsung menerima pukulan tinju kuat di perutnya.

Alan terpelanting hingga lebih dari sepuluh meter masuk ke halaman kawasan pabrik. Ayla hanya diam mematung di tempatnya, seluruh persendian seakan kehilangan fungsinya. Ayla hanya bisa diam menatap Alan yang tertatih berusaha bangkit namun tidak bisa. Alan juga beberapa kali terbatuk hingga mengeluarkan darah. Ayla hanya bisa diam menangis melihat kejadian cepat itu.

"Aku mohon bergeraklah."

Percuma, seberapa kali Ayla mencoba tubuhnya tetap tidak bisa di gerakkan. Hanya diam bergetar, bahkan ketika sekarang. Sosok berjubah putih itu maju satu langkah ke Ayla, tatapannya tajam. Ayla ingin berteriak minta tolong tapi suaranya seperti tertahan untuk keluar.

"Sepertinya aku akan mengurus bocah es itu dulu."

Sosok itu kembali menghilang tiba tiba lalu seketika sudah berdiri di depan Alan yang tersungkur.

"Apa hanya sebatas ini?. Kau membosankan!"

Sekali lagi sosok itu mengayunkan kaki kanannya ,kali ini wajah Alan yang menerima serangan itu. Alan kembali terpelanting beberapa meter ke belakang. Hidung dan mulut Alan mengeluarkan darah segar, tubuhnya terbaring tak berdaya di atas rumput rumput basah sisa hujan sebelumnya.

Sosok misterius itu mengeluarkan sebuah besi hitam kecil seukuran pensil dari balik jubah putihnya. Lalu benda itu di banting nya ke tanah, dan tiba tiba panjangnya meningkat berkali lipat dari awalnya. Besi hitam itu kini panjangnya mencapai satu meter, dengan salah satu ujungnya meruncing tajam.

Ayla menatap ngeri pada benda hitam panjang itu. Pikirannya sudah jauh melayang menebak apa yang akan sosok itu lakukan menggunakan benda aneh di tanganya.

Sementara Alan masih diam terlentang di tempatnya. Ia masih dalam keadaan sadar, tapi tubuhnya terlalu sakit jika di paksa bergerak.

"Aku akan melakukannya dengan cepat. Kau tidak akan merasakan sakit!"

Perlahan sosok itu berjalan mendekat menuju Alan. Ujung runcing benda hitam itu di arahkan ke pelipis Alan. Alan hanya diam di tempatnya, ia tidak mampu lagi untuk bergerak menghindar.

"Alaan.."

Batin Ayla.

Setelah terarah sempurna ke titik vital Alan. Benda hitam itu di angkat hendak di tusukkan ke titik sasarannya.

"Selamat tinggal!"

Shoott..

Tiba tiba di sepersekian detik terakhir besi panjang itu terhenti, bukan tanpa sebab melainkan ada sebuah tangan yang menghentikan nya.

"Hallo boy."

Ayla seakan tidak percaya, Uncle Suy bisa tiba tiba sudah berada di sana. Pria yang berusia hampir seabad itu muncul di detik terakhir, kedatanganya bagai malaikat penyelamat. Meskipun dengan tubuh yang sudah tidak perkasa lagi, ia tidak menunjukan kegentaran sedikit pun untuk beradu tatap dengan sosok berjubah putih itu.

"Aku sudah memperingatkan mu, tapi baiklah jika kau ingin mati juga." Besi panjang itu di tariknya lalu bersiap di hujamkan ke Uncle Suy. Tapi benda itu hanya menusuk udara kosong, Uncle Suy sudah menghilang lalu muncul di samping Ayla.

"Titip bentar neng," Uncle Suy meletakkan Alan yang sudah di bawanya di samping Ayla. Lalu kakek tua itu kembali berpindah tempat kembali berhadapan dengan si jubah putih.

"Alan!"

Ayla sudah bisa menggerakkan tubuhnya kembali. Alan sudah tak sadarkan diri terbaring di depannya, tapi apa yang bisa ia lakukan. Ayla bingung harus melakukan apa, Uncle Suy sudah kembali berhadapan dengan sosok misterius itu. Pertarungan cepat dua pengguna teknik teleportasi, muncul menghilang saling beradu pukul.

Alan kembali terbatuk disertai darah yang keluar dari mulutnya, hidungnya juga bengkak berdarah terkena serangan yang terakhir sebelumya. "Alaan.., apa yang harus aku lakukan?"

Ayla menyentuh wajah Alan pelan, Alan sudah menyelamatkannya. Alan yang selama ini ia kenal sebagai sosok yang dingin, cuek, dan super pendiam. Ternyata Alan adalah sosok yang berbeda, para pembunuh itu mengincar dirinya bukan Alan. Ayla merasa bersalah pada Alan, tiba tiba sesuatu terjadi.

Ketika Ayla mengusap rambut di pelipis Alan. Tanda garis di pergelangan tangannya kembali bereaksi. Cahaya biru kembali berpendar disana.

"Hah?"

Ayla yang terkejut langsung menarik tangannya. Tapi kali ada yang berbeda ia tidak merasakan denyutan hebat seperti yang sebelum sebelumnya. Tapi cahaya biru nya kali ini tidak hanya berada pada tanda garis saja, tapi menyebar hingga ke telapak tangan nya.

Dan ketika Ayla kembali melihat ke Alan, lebam luka di wajahnya sedikit berkurang. Ayla tiba tiba menduga sesuatu.

"Jangan jangan?"

Ayla mencoba mendekatkan tangan kanannya ke wajah Alan. Cahaya biru berpendar lebih terang, dan ketika tanganya sudah bersentuh dengan wajah Alan cahaya nya merambat ke wajah Alan. Seperti yang Ayla duga sebelumya, luka di wajah Alan berangsur angsur berkurang. Cahaya biru itu terus menyebar hingga menyelimuti seluruh tubuh Alan.

**

"Kau lumayan juga Pak Tua."

"Siapa yang kau panggil Pak Tua? Dasar payah." Uncle Suy mengangkat tangan kiri nya ke udara. Lalu seketika angin berhembus kuat di sekitarnya.

"Pedang angin?", Si sosok berjubah putih tampak sedikit terkejut.

Angin yang berhembus kuat di sekitar Uncle Suy seperti tertarik ke tangan kiri nya yang terangkat. "Teknik Pedang Angin," ucap Uncle Suy pelan. Sebuah pedang tak kasat mata terbentuk dari angin telah tergenggam kuat di tangan kiri Uncle Suy.

Tidak perlu menunggu, pedang angin itu langsung di ayunkan. Begitu pedang itu di ayunkan ke target. Gelombang energi angin super kuat langsung terbentuk dan membelah apapun yang di laluinya. Tapi si jubah putih berhasil menghindar dengan teknik teleportasi nya.

Pohon Ketapang besar yang jadi imbas dari tebasan pedang angin tersebut. Pohon itu langsung tumbang.

"Seranganmu kuat tapi payah. Kau harusnya tau itu tidak akan berguna dengan teleportasiku."

Uncle Suy terkekeh pelan, "Itu hanya pemanasan tuan Assasin Putih."

"Kau tahu tentang Assasin Putih? Siapa sebenarnya dirimu pak tua?"

"Aku bahkan tau nama aslimu. Licht si Putra Cahaya, kau punya bakat hebat dalam dirimu, Penguasaan elemen cahaya."

"Siapa kau, aku tidak peduli lagi. Aku akan membunuhmu."

Licht sang Assasin putih merentangkan kedua tangannya. Seberkas cahaya putih berkilauan di kedua ujung tangannya.

"Mari lihat pedang mana yang lebih tajam. Pedang anginmu atau pedang cahaya milikku!."

Dua bilah pedang cahaya terbentuk di kedua tangan Licht. Licht langsung melakukan teleportasi ke depan Uncle Suy. Tapi reflek pria berusia lanjut itu tidak tumpul sedikitpun. Dengan sigap Uncle Suy mengayunkan pedang angin nya menahan serangan dua pedang cahaya milik Licht si Assasin Putih. Gelombang energi berdentum ketika dua pedang berbeda elemen itu bertemu.

Ayla hampir saja terdorong ke belakang oleh dentuman besar itu. Tapi ia kembali mendekatkan dirinya ke Alan, ia kembali fokus menyembuhkan luka Alan. Luka di wajah Alan berangsur  angsur menghilang. Meskipun Ayla masih belum sepenuhnya menerima dengan keanehan yang ada pada dirinya, tapi kali ini ia merasa lega. Setidaknya apa yang ada pada dirinya ini bisa berguna untuk orang lain.

"Alan!",ucap Ayla antusias begitu melihat Alan mengerjap ngerjap kan matanya.

"Akhirnya Alan sadar juga."

Tanpa Ayla sadari air matanya menetes dengan sendirinya. Ia sangat bahagia melihat Alan pelan pelan membuka matanya.

Alan mengerjap kan matanya berulang kali, ia berusaha kembali mencerna apa yang sebelumnya terjadi. Begitu ia tersadar, ia langsung membangunkan tubuhnya. Tapi percuma tenaganya sudah terkuras habis. Meskipun pada akhir nya ia berhasil bangun juga dengan bantuan dari Ayla.

Angin berputar kuat mengelilingi Uncle Suy, menciptakan pelindung kuat yang tidak dapat tertembus. Licht berulang kali menebas perisai angin itu dari berbagai sisi, tapi percuma saja.

"Siapa lagi orang itu?" ,tanya Alan dengan nada datar, pandangan matanya mengarah ke sosok Uncle Suy.

"Dia supir bajaj yang harusnya jemput aku tadi."

"Hah?"

Alan menatap Ayla bingung.

"Dia biasa di panggil Uncle Suy. Aku juga baru tau dia juga punya kekuatan seperti itu."

Alan menatap kakek tua itu sejenak, "setidaknya dia bukan musuh."

*

"Bagaimana dengan ini?." Licht kali ini menciptakan tombak cahaya. Teknik ini adalah teknik pembentukan cahaya terkuat miliknya.

"Matilah!"

SHOOTT...

Tombak cahaya di lemparkan oleh Licht, melesat cepat menuju Uncle Suy dengan pelindung anginya.

BUUMMM...

Tombak itu menimbulkan daya ledak ketika mengenai target. Pelindung angin Uncle Suy hancur, tubuh tua itu terpental beberapa meter.

"UNCLE SUY!" ,teriak Ayla panik.

"Pertarungan ini tidak seimbang." Ucap Alan pelan.

Uncle Suy berusaha bangkit namun sebuah anak panah api segera menembus dadanya.

"Argh.."

Mata Alan dan Ayla membulat, dari mana asal serangan itu?.

"Kau terlalu bermain main!"

Ayla dan Alan menangkap asal suara itu. Suara itu pernah mereka dengar sebelumnya. Sosok misterius berjubah putih yang satunya lagi, ia berdiri diatas atap pabrik. Di tanganya tergenggam sebuah busur panah.