webnovel

Episode 5 ~ Sedan Hitam

...

Gumpalan kumolonimbus itu masih terus bergemuruh di langit. Tapi hujan yang tadinya sempat turun justru mulai reda, dan tinggal tetes tetes gerimis kecil yang turun secara jarang. Dan di bawah atap awan hitam inilah Ayla dan Alan melesat di jalan raya dengan motor bebek nya, meliuk liuk diantara ramai pengendara lainya. Hujan yang tiba tiba reda membuat banyak pengendara motor yang sebelumnya memakai jas hujan melepasnya lagi. Namun begitu masih banyak yang tetap memakainya karena awan hitam masih membumbung tinggi di langit.

"Takut petir?"

Ayla hanya balas mengangguk. Setiap kilat menyala di langit Ayla mengeratkan dirinya di punggung Alan. Ia terlalu takut, ingatannya saat serabut listrik dengan tegangan maha dahsyat itu merenggut ibunya muncul menghilang di kepalanya. Akhirnya setelah beberapa menit kemudian awan petir itu telah bergerak menjauh ke arah lain, perlahan lahan suaranya juga mulai menjauh dari telinga Ayla. Ia akhirnya berani membuka matanya yang sebelumya terpejam. Dan akhirnya Ayla menyadari sesuatu.

"Maaf."

Buru buru Ayla melepaskan dekapan tangannya dari Alan. Ia merasa sangat malu begitu menyadarinya, degup jantungnya meningkat, wajahnya yang sebelumnya pucat memerah. Sedangkan Alan tetap diam dengan kecuekanya seperti hari hari biasanya.

"Ayla bodoh, Ayla bodoh, Ayla bodoh!"

Kutuk Ayla dalam hati.

Alan memelankan laju motornya, mendekati lampu lalulintas arus jalanan mulai memadat. Maklum ini adalah jam pulang bekerja bagi para karyawan, dan maklum lagi karena ini ibu kota. Lampu merah tanda berhenti menyala terang, entah kenapa Ayla tidak menyukai suasana ini. Sejak tadi dirinya dan Alan hanya diam satu sama lain. Tapi sulit sekali rasanya untuk Ayla mulai  membuka pembicaraan. Ia bingung harus mengatakan apa.

Akhirnya waktu si hijau menyala tiba. Ramai kendaraan membunyikan klakson mereka, mengisyaratkan kendaraan di depannya untuk segera maju. Begitu di depan mulai lenggang, Alan langsung tancap gas melaju dengan cepat. Selap selip kanan kiri, membuat Ayla terkejut.

"AlAAAN?"

Teriak Ayla, namun tidak mendapat balasan satu katapun dari Alan yang justru semakin memacu motor bebeknya.

Beberapa pengendara sampai berteriak memaki Alan, tapi tidak satupun teriakan dan bunyi klakson klakson itu di pedulikan nya.

"ALAAAN JANGAN NGEBUUT!." Teriak Ayla kembali.

Tapi kembali lagi di abaikan, entah karena tertelan angin hingga tidak sampai ke telinga Alan atau ia sengaja. Alan justru semakin memacu kecepatanya. Ayla yang ketakutan memeluk erat Alan. Kali ini ia melakukanya secara sadar. Situasinya berbeda, meskipun sama sama karena takut. Tapi kali ini Ayla lebih takut lagi. Alan yang selama ini dia kenal sebagai anak yang dingin, acuh, dan super pendiam berubah menjadi setan jalanan seperti sekarang.

"Hah?"

Ayla menggeleng pelan tidak menyangka. Baru saja Alan menyalip sebuah mobil ambulan dengan sirine nya yang berbunyi kencang. Supir di dalam ambulan tersebut memperhatikan Ayla dan Alan dengan tatapan miris, entah apa yang ada di pikirannya.

Hingga pada akhirnya Alan membelokan motornya tanpa menyalakan lampu sein nya membuat kendaraan di belakangnya mengerem mendadak.

Ia memasuki gang yang sempit, jalanan nya tidak cukup jika di lewati dua mobil dari dua arah berbeda. Dan akhirnya Alan memelankan laju motornya lalu menepi di depan sebuah rumah.

"Akhirnya... ,Kamu kenapa sih tadi? Terus ini rumah siapa?."

Bukanya langsung menjawab Alan justru malah menengok ke belakang, ke arah dia datang tadi. Iris matanya seperti menantikan kemunculan sesuatu.

"Kamu lihat itu Ay!"

Ayla ikut melihat ke arah mata Alan. Sebuah mobil sedan hitam muncul di ujung gang. Entah karena apa mobil itu justru menambah lajunya.

"Sial!" Umpat Alan, ia kembali menghidupkan motornya.

"Al?.. , sebenarnya ada apa sih?"

Tanya Ayla, mulai merasa khawatir.

"Mobil itu ngikutin kita sejak dari sekolah Ay," jawab Alan tanpa ekspresi.

"Hah?" 

"Pegangan!."

Tiiinnnn....

Alan membunyikan klakson panjang mengisyaratkan anak anak yang bermain di jalan untuk menyingkir. Alan langsung kembali melaju dengan cepat.

Ayla memperhatikan mobil sedan yang mengikutinya. Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi walau sedang memasuki gang sempit. Siapapun yabg didalam nya jelas bukan orang yang bersahabat.

Tiiinnnn....

Alan membunyikan klakson panjang lagi, membubarkan remaja remaja yang sedang duduk duduk di pinggir jalan.

"Woy...." Teriak salah satu remaja itu.

Namun mereka lebih marah lagi ketika sedan hitam itu ngebut di depan mereka. Ayla benar benar panik. Entah apa yang keluar dari mulut mulut warga di sini, Ayla sudah tidak lagi mendengarnya. Satu yang di sayangkan dari jalan ini, yaitu tidak dilengkapi polisi tidur yang bisa menghambat sedan itu.

Alan kembali kesetanan, klakson motornya terus di bunyikan agar tidak ada warga melintas di depannya.

Ujung gang sudah terlihat, seratus meter lagi mereka akan kembali ke jalan raya. Namun begitu tunggal tiga puluh meter jaraknya, tiba tiba Alan dan Ayla di buat terkejut. Sedan hitam itu lebih dulu tiba di sana, menghadang Alan dan Ayla. Tapi Alan dengan gesit mengambil persimpangan di depan nya, melintasi jalan yang semakin sempit. Mobil sudah tidak muat masuk ke sini. Alan menghentikan motornya, ia tetap membiarkan motor nya tetap dalam kondisi hidup.

"Sebenarnya tadi itu siapa sih?" Tanya Ayla.

"Mana aku tahu," Alan membuka helmnya, mengibas ngibaskan rambutnya.

"Yang jelas yang di dalam mobil tadi ngincer kamu Ay. Dia sudah memantaumu sejak dari sekolah. Makanya aku agak maksa kamu tadi buat bareng aku." Jelas Alan.

Mata Ayla membulat, siapaa juga yang mau menculik dirinya. "Emangnya mereka siapa?, apa tujuannya coba ngincer aku?."

"Mana aku tahu. Tapi yang jelas mereka tidak biasa Ay."

"Maksudnya?"

Alan tiba tiba diam, bola mata nya bergerak gerak seperti mencari sesuatu.

"Ay, ada yang aneh."

Ayla akhirnya tersadar, suasana di sekitarnya terlalu aneh. Tempat ini seharusnya tidak sesepi ini. Seluruh rumah rumah di kanan dan kiri jalan semuanya menutup pintunya rapat rapat. Bukankah ini masih terlalu cepat untuk tidur. Suasana di tempat itu, seperti suasana sepi di tengah malam.

"Mereka semua kubuat tertidur."

Alan dan Ayla saling toleh, mencari asal sumber suara. Dan akhirnya pandangan mereka selaras menuju ke atas tiang listrik tak jauh dari posisi mereka.

Ada seseorang wanita berdiri di atas sana. Penampilanya aneh, ia memakai pakaian serba putih. Di tambah ia mengenakan jubah dengan tudung kepala berwarna putih membuatnya semakin tampak aneh di mata Ayla dan Alan. Wajahnya juga tidak terlihat, tertutup oleh cadar yang hanya memperlihatkan sepasang matanya. Sepasang mata nya menatap lurus ke Ayla dan Alan.

"Hah, si-siap-pa o-orang it-itu?"

Kata Ayla, terbata bata.

"Ayla Adelia Wikatma. Tenang dan diam di tempatmu!", Sosok perempuan misterius itu menarik sesuatu dari jubahnya. "Aku akan melakukannya dengan cepat, kamu tidak akan merasakan rasa sakit." Katanya, dengan sebuah pedang dengan bilah hitam teracung di tangan kanannya.

"Hah?"

Ayla seakan tidak percaya apa yang ia lihat sekarang. "Ini pasti mimpi."

"Pegangan Ay!"

Bisik Alan.

Tanpa perlu berpikir lagi, Ayla langsung menurut. Alan langsung tancap gas, meskipun sebenarnya ia tahu sosok misterius tadi bukan manusia biasa. Alan juga menyadari, terus melarikan diri hanya sedikit mengulur waktu. Pada akhirnya sosok misterius itu akan menangkapnya juga. Dan benar saja, begitu Alan sudah berada di jalan yang lebih luas. Dari kaca spionnya terlihat sedang hitam sebelumnya sudah kembali mengejarnya.

Ayla menatap ngeri pada sedan hitam yang mengejarnya. Setelah ia bertemu dengan sosok serba putih sebelumya, ia masih berharap dirinya sedang bermimpi.

Motor yang di kemudikan Alan terus melaju. Kali ini mereka sudah keluar dari gang sempit sebelumya, mereka sudah kembali ke jalan raya. Dan di jalan raya motor bebek Alan sama sekali bukan tandingan mobil itu. Jarak di antara keduanya semakin berkurang, Ayla semakin khawatir. Dan ketika jarak mobil itu denganya semakin dekat, Ayla tersentak. Ia tidak melihat orang yang mengemudikan mobil  tersebut. Di dalamnya kosong ,tidak ada siapa siapa. Mobil itu melaju sendiri.

"Hahaha..."

Ayla tiba tiba tertawa. Ia mulai menggila, jika di tambah dengan bereaksinya garis aneh di pergelangan tangannya sempurna sudah ia akan memilih gila.

Alan kembali memutuskan menuju jalan yang lebih sempit untuk menghambat sedan hitam itu. Pemukiman yang kali ini mereka lewati, tidak sepadat yang sebelumnya. Tidak banyak yang melintas di jalan ini, membuat Alan lebih leluasa. Beberapa ratus meter di depan di sebelah kanan jalan, adalah sebuah gedung tua bekas pabrik gula. Gedung itu sudah lama kosong, rumput rumput ilalang tumbuh bebas memenuhi halaman nya. Di dalamnya tidak ada yang tahu seperti apa keadaanya. Bangunan yang sudah lama kosong seperti ini selalu di hinggapi dengan cerita cerita mistis oleh warga sekitarnya. Di sekitarnya juga sepi, tak banyak bangunan berdiri di area ini. Mungkin karena cerita mistis yang sudah berhembus di sini. Kendaraan pun sedikit dijumpai melintasi jalan di depan pabrik itu.

Tapi untuk situasi saat ini, cerita itu tidak berpengaruh bagi Ayla dan Alan yang sedang di kejar kejar sosok misterius.

"Alan ini cuman mimpi kan?"

"Ya!. Jika ini adalah mimpi, maka ini akan menjadi mimpi terburuk dalam tidurmu. Mungkin kita tidak akan bisa bangun lagi."

"Hahaha..."

Situasinya semakin buruk. Tiga ratus meter di depan, sebuah mobil sedan hitam yang sama juga tengah melaju ke arah Ayla dan Alan. Mobil yang mengejar di belakang juga terus melaju kencang.

Jantung Ayla berdegup kencang, ia melihat mobil yang mengejarnya. Sosok berjubah putih tadi berada di sana. Sosok itu tidak berada di dalam mobil, tapi berdiri di atas mobil yang melaju kencang itu.

Mobil yang di depan berhenti dengan posisi menyerong memenuhi badan jalan.

"Alan?"

Alan sudah tidak bisa melarikan diri lagi. Ia melihat ke belakang, mobil yang mengejarnya menambah lajunya. Sosok yang berdiri di atasnya menghilang. Sepuluh detik lagi mobil itu akan meringsekkan dirinya, jika ia tidak berpikir cepat.

Tiba tiba Alan langsung turun dari motornya, membuang helmnya ke sembarang arah. Ia mengabaikan Ayla yang menatapnya dengan pucat. Lima detik, Alan sudah berdiri membelakangi Ayla.

Dua detik, Alan sudah mengumpulkan keyakinannya. Ia mengepalkan tinju kanan nya. Mata Ayla membulat, mobil itu akan menghancurkan Alan dan dirinya.

"ALAAAAN..."

Teriak Ayla, lalu ia menutup matanya. "Jika harus berakhir, kenapa harus dengan cara seperti ini?, aku tidak mau lagi melihat orang yang aku sayang terenggut di depanku. Aku tidak mau lagi!"

Alan menatap tajam mobil yang melaju di depannya, di detik terakhir inilah semuanya ditentukan. Jika ia ragu dirinya bersama Ayla akan mati di tempat itu. Sebenarnya ia tidak terlalu peduli dengan nasib dirinya, tapi jika ia masih berpikir begitu Ayla akan ikut mati bersamanya. Ia sudah membulatkan tekad, ia akan melindungi Ayla.

Kesiur angin dingin di sertai butiran salju berputar putar kuat mengumpul di tinju kanan Alan. Inilah saatnya bagi Alan, ia menunjukan apa yang selama ini ia tutupi rapat rapat.

"Membekukan!..."

Di sepersekian detik terakhir menuju tabrakan hebat itu. Alan mengayunkan tangan kanannya yang di selimuti pusaran angin bersalju, meninju mobil di depannya.

Shroost....

*Ayla POV

Apa aku akan menyusul mu Mam?. Hening, aku tidak mendengar suara apapun di telingaku. Aku masih tidak berani membuka mataku. Dingin, aku merasakan dingin yang amat sangat menerpa tubuhku. Apa seperti ini rasanya mati?. Aku tidak berani membuka mataku, aku tidak berani melihat tubuhku dan juga Alan yang sudah hancur berkeping keping. Angin dingin itu berhembus, tubuhku dengan jelas bisa merasakan sentuhan nya.

"Ay!"

Aku mendengar suara Alan memanggil ku. Tapi aku masih belum berani membuka mataku.

"AYLA!."

Alan kembali memanggilku, nadanya lebih tinggi kali ini.

"Kita belum mati Ay!"

"Huh?"

Aku langsung membuka mataku, aku memang belum mati. Aku langsung menoleh ke belakang, mencari sosok Alan. Dan aku benar benar tidak percaya apa yang sedang aku lihat.

Alan sedang berdiri kokoh tanpa satu lukapun. Ia tersenyum kecil menatapku dan di belakangnya, aku benar benar tidak berkedip saat menatapnya. Mobil sedan hitam itu terperangkap membeku dalam bongkahan es raksasa.

POV 1 End'.

*******

~ "hai kawan, terima kasih untuk kalian yang sudah khilaf sampai ke episode ini. Lanjut baca ke part selanjutnya ya!.... "