webnovel

Pandora Ball

Setelah mencium api kecil biru yang dibuat oleh Rei, kertas yang terbakar itupun segera menguap jadi sebuah bola hitam kecil. Dan selagi semua orang hanya diam memandanginya untuk beberapa saat, dome pelindung sihir yang dibuat oleh Kei pun akhirnya melingkari mereka secara menyeluruh.

Dan setelah beberapa detik yang ditunggu-tunggu, sesuatu benar-benar melompat keluar dari bola hitam itu. Entah apa.

Sesuatu itu langsung terbakar hangus begitu menabrak pelindung Kei. Tapi apapun itu, auranya jelas tidak mengenakkan sehingga Ruri dan Hazel langsung spontan memasang ancang-ancang supaya mereka bisa melemparkan sihir kapan saja.

Dan Rei pun akhirnya menghilang masuk ke dalam bola hitam itu.

"Kikikikikiiii…!" Dan detik berikutnya, segerombolan boneka chucky dan annabelle pun mulai bermunculan.

Tapi sebelum Hazel dan Ruri perlu menggunakan sihir mereka, beberapa vudu yang tadi sudah disiapkan Rei ternyata lebih dulu mengurus mereka dan melemparkannya ke pelindung lagi untuk mati terbakar. Untuk pertama kalinya, mereka jadi ingin memeluk raja beruang yang biasanya menyeramkan itu.

Walaupun tentu saja semuanya tidak selancar itu karena makhluk-makhluk lainnya juga mulai menyusul keluar. Bahkan Alisa saja sampai spontan melangkah mundur saat melihat kadal—maksudnya buaya yang keluar dari sana.

Ruri membakar yang satu dan pelindung Kei juga menembakkan sebuah pasak tajam ke yang satu lagi. Tapi dua lainnya masih bebas berjalan. "Hazel, kadalnya!!" Teriak Kei.

Tapi karena Hazel masih sibuk adu golok dengan badut yang senyumnya menyeramkan itu, akhirnya Ruri lah yang harus menghujankan batu-batu tajamnya sampai 2 buaya itu mati dan menguap.

"Ya Tuhan, ya Tuhan, ya Tuhan…" Oceh Alisa yang mulai tidak tahan melihat itu dan terpaksa mengalihkan pandangannya. Walaupun tidak ada darah yang tumpah, Alisa tetap saja merasa tidak enak melihat makhluk-makluk tadi ditusuk-dibakar-dibantai seperti itu.

Dia sendiri sudah memikirkannya sejak kejadian kotak kelinci tadi pagi… Tapi makhluk-makhluk buatan Fiona benar-benar terlihat nyata seakan itu adalah kostum kualitas tinggi yang bahannya premium.

Tapi selagi mengalihkan pandangannya seperti itu, Alisa tiba-tiba saja teringat kembali perkataan Rei yang menyuruhnya untuk mengawasi semuanya kalau-kalau ada yang tidak beres. Sehingga dengan takut-takut, Alisa pun kembali menonton Hazel dan Ruri yang masih mengerahkan seluruh tenaga dan sihir mereka untuk membasmi semua boneka yang bawa-bawa golok itu.

Alisa melihat jam tangan milik Rei dan mendapati kalau jarumnya cuma bergeser dua titik semenjak tadi.

"Kak Ruri, ini labunya!" Teriak Kei lagi yang mengadukan sekumpulan labu halloween bersepatu yang berkumpul di sisi pelindung yang paling dekat dengannya. Walaupun sebagiannya sudah terbakar sendiri dan Kei juga sudah menembakkan beberapa pasak ke arah mereka, labu-labu itu tetap saja tidak ada habisnya.

Meski tepat sebelum Ruri akan mengurus itu, si kucing yang bertanduk malah lompat ke arahnya untuk menarik kaki Ruri dan membuatnya tersuruk ke tanah.

"Kak Ruri!" Teriak Alisa juga, yang spontan sudah akan menggunakan sihirnya untuk coba mendorong kucing itu menjauh. Walaupun seperti yang sudah dijelaskan Rei tadi, sayangnya Alisa memang tidak bisa menggunakan sihirnya ke dalam.

Jantung Alisa sudah mulai berpacu cepat karena tubuhnya tidak tahan cuma diam melihat itu semua. Tapi untungnya saat itu Ruri berhasil melepaskan diri dari si kucing dan akhirnya bisa menjauhkan para labu itu dari arah Kei juga. Jadi untuk sementara detak jantungnya pun kembali mereda.

Tapi semakin waktu berjalan, Hazel dan Ruri pun mulai kelihatan kerepotan karena ada beberapa vudu yang akhirnya kalah setelah dikeroyok segerombolan orang-orangan sawah. Apalagi karena waktunya sudah lewat 5 menit, Kei juga mulai kelihatan kelelahan harus terus-terusan memperkuat pelindung sihir yang terus saja digedor-gedor oleh para badut itu. Dia bahkan kelihatannya sudah tidak bisa mengeluarkan pasak-pasak lagi dan cuma bisa fokus mempertahankan pelindungnya.

Alisa menunggu 1-2 menit tambahan itu dalam kepanikan. Tapi akhirnya dia pun terpikir sesuatu. "—Ka-Kak Kei, buka pelindung kakak!" Kata Alisa akhirnya.

"Ha-Hah? Apa?" Sahutnya tidak paham, meski ternyata anaknya malah sudah mulai lari ke arah seberang.

"Aku akan memancing mereka ke arah sana, jadi kakak gunakan setengah saja!" Teriaknya. Soalnya daripada menunggu sihir pelindung Kei rusak sendiri, lebih baik kalau mereka memanfaatkannya lebih dulu di saat akhir.

"Kak Ruri, kak Hazel! Dorong mereka semua ke arah situ!" Tambahnya juga pada Ruri dan Hazel.

"Apa? Apa?" Ulang keduanya yang tidak yakin dengan pendengaran mereka.

Walaupun sebelum mereka sempat memproses itu, pelindung sihir Kei tiba-tiba saja sudah terbuka setengah sehingga Alisa bisa masuk dan memancing semua makhluk itu ke arah berlawanan yang masih ada pelindungnya. Dia bahkan tidak lupa untuk memukul pantat beberapa badut supaya mereka mengejarnya. "Ke sini!" Teriak Alisa dengan suara seraknya.

Hazel dan Ruri sudah akan protes ini-itu pada Alisa juga pada Kei. Tapi karena tidak bisa membiarkan makhluk-makhluk itu menyebar ke arah lain, mereka berdua pun langsung menggunakan sihir mereka untuk mendorong semua makhluk itu mengikuti Alisa.

Ruri menggunakan seluruh akar pohon yang bisa dia dapatkan untuk mengekang mereka, selagi Hazel mengeluarkan semacam angin puyuh berpita untuk langsung mengikat dan melemparkan mereka ke sisi pelindung Kei yang masih tersisa. Baru tepat sebelum semuanya menusukkan golok mereka ke wajah Alisa, Hazel pun langsung buru-buru menggunakan pitanya lagi untuk menarik Alisa ke arahnya.

Dan dengan terbakarnya semua makhluk itu, kloter pertama pun berakhir.

BUK! "Kau!" Omel Hazel yang langsung memukul kepala Alisa. "Sudah kubilang jangan sok punya sembilan nyawa?!" Keluhnya tidak percaya.

"Ha-Habisnya…" Sahut Alisa yang tidak bisa mencari alasan juga.

"Kei juga, harusnya kau tidak—" Hazel tadinya sudah akan mengeluh pada Kei. Tapi setelah ditengok, ternyata orangnya juga sudah terduduk kelelahan di pinggir sambil melemparkan bola api kecil pada panda bersayap yang keluar dari bola hitam setan itu.

"Alisa! Kau tidak apa-apa?" Panggil Ruri yang kemudian lari mendekat juga. "Mana boleh kau melakukan itu??" Omelnya juga.

"Ugh, Aku mau liburan seminggu setelah ini." Gerutu Hazel kemudian sambil melemparkan pisau esnya pada chucky yang tertinggal rombongannya tadi.

"Kau tahu? Aku mungkin mau ikut." Timpal Kei dengan tawa kecilnya. Keduanya masih ingin menggerutu lebih banyak, tapi sayangnya makhluk-makhluk yang keluar dari bola hitam itu mulai bermunculan dengan cepat lagi sehingga mereka tidak bisa menarik napas terlalu lama.

Ketiganya mendesah pasrah dengan berat, tapi akhirnya mereka pun mulai memasang ancang-ancang lagi. Bahkan lebih waspada dari sebelumnya, karena kali ini mereka harus melakukannya tanpa pelindung Kei.

"Alisa di belakangku saja." Kata Ruri.

"Kakak mungkin harus mengikatnya kalau tidak mau dia lari lagi." Cibir Hazel. Tapi kalaupun ingin, Ruri sudah tidak sempat melakukannya karena rombongan kloter 2 sudah mulai berdatangan. Meski untungnya Hazel terpikir satu ide yang setidaknya bisa mempermudah pekerjaan mereka sedikit.

Yaitu dengan mengatur sihir listriknya sedemikian rupa dan menjadikannya magnet yang bisa menyita semua golok dan persenjataan para monster kecil itu. Sehingga yang lain hanya perlu melakukan sihir kasar mereka untuk menyelesaikannya.

Untuk beberapa saat, semuanya terasa lebih lancar daripada kloter yang pertama. Tapi begitu sebuah golem batu raksasa muncul dan menimbulkan gempa begitu dia menapakkan kakinya ke tanah, semua orang pun mulai panik lagi. Makhluk itu bahkan lebih besar daripada raja kelinci yang sebelumnya!

"Kak Fiona sialan!" Gerutu Hazel yang langsung menghindari injakannya.

Mereka berusaha menggunakan semua sihir yang mereka bisa pada golem itu. Tapi selain jempol tangannya yang patah, tidak banyak sihir yang berhasil melukainya. Belum lagi moster lain dan segerombolan annabelle berotot juga masih mengganggu mereka.

Mungkin itu sebabnya Ruri tidak sadar kalau Alisa sudah menghilang lagi dari punggungnya untuk menolong Kei yang sepatunya sedang digerogoti monster kentang bermata jelek itu. Soalnya walaupun Alisa sudah berusaha menggunakan sihirnya, tenaga kentang itu ternyata jauh lebih berat dari yang dia kira, sehingga Alisa harus pakai tangannya langsung.

"Geh, menjijikkan." Gerutu Kei yang kakinya jadi berlendir. Walaupun sebelum dia bisa mengeluh lebih banyak, dia sudah harus mendorong Alisa balik untuk menjauh karena golem tadi sudah melemparkan sebuah batu besar ke arah mereka.

"Hazel, cepat tahan gerakannya dulu!" Teriak Kei.

"Kau pikir Aku memangnya sedang apa?!" Balas Hazel yang daritadi berusaha mengikat kaki si golem dengan pitanya. Tapi entah punya otak dari mana, si golem itu malah melemparkan pita itu balik ke arah Hazel dan menjerat kakinya sampai dia yang terjerembab ke tanah.

Melihat golem itu sudah ada di depannya, tubuh Hazel sudah kehabisan ide untuk bertahan hidup lagi dan akhirnya hanya refleks menutupi kepalanya dengan kedua tangannya. Tapi setelah satu detik menutup matanya, entah kenapa nyawanya tidak juga melayang pergi.

"Ka-Kak Rei!" Seru Hazel, yang mendapati Rei ternyata sudah berdiri di depannya dan menahan kaki si golem dengan sihirnya.

Tapi mungkin karena tangannya yang satu sibuk menggendong Hana yang masih pingsan, tangan Rei kelihatan gemetar menahan tenaga golem itu. Sehingga dia pun buru-buru menoleh ke arah Hazel lagi. "Pegangi Hana!" Pintanya kemudian, yang segera menyadarkan Hazel untuk segera mengambil Hana dari tangan Rei dan membawanya lari menjauh.

Baru setelah Rei bisa menggunakan kedua tangannya, akhirnya dia pun bisa melawan tenaga si golem sampai mendorongnya jatuh ke belakang. Meski bukannya langsung menghabisinya, Rei malah mengalihkan pandangannya pada bola hitam yang masih saja mengeluarkan monster-monster penggigit sepatu itu.

Dan dia pun melenyapkan portalnya.

"Fiuh." Dan setelah portalnya menghilang, Rei pun menghela napas lega seakan pekerjaannya sudah selesai.

"Rei—" Semua orang sudah akan mengingatkannya kalau si golem dan makhluk-makhluk lainnya masih akan berusaha mematahkan lehernya.

Tapi untungnya sebelum semua itu terjadi, Rei sudah langsung menggunakan sihir bayangan hitamnya untuk mengekang si golem lagi dan akhirnya mengeluarkan tiga pasak besar yang langsung menembus tubuhnya.

Dan tidak lupa dengan sisa monster yang lain, tali-tali bayangan Rei juga langsung berpencar untuk mengejar semua makhluk tadi, menangkap mereka, lalu mengumpulkan mereka dalam satu ikatan besar untuk langsung membakar mereka sekaligus.

"Fiuuhh…" Hela Rei lagi. "Tidak ada yang mati kan?"