webnovel

antara CINTA atau UANG

Area dewasa!!! Cerita ini Hiatus untuk waktu yg lama, masih harus banyak revisi agar bisa nyambung ceritanya! Menjalin cinta dengan dua pria!! Lia bertemu Max dan saling jatuh cinta tanpa mereka sadari. Diantara hubungan yang mulai berkembang munculah Jack, si pengusaha yang misterius. Pria seksi bermata abu itu juga menjerat perasaan Lia. Max tak mau begitu saja melepaskan perasaannya pada Lia. dia berusaha meyakinkan Lia kalau dia adalah pria yang pantas. Max selalu ada saat Lia tertimpa masalah, tapi Jack punya cara lain untuk menghibur Lia. Cinta segitiga oh bukan. masih ada tuan Edward, bos Jack sekaligus ayah dari Max yang menginginkan Lia.. bagaimana akhir hubungan rumit ini?

Ayun_8947 · Urban
Not enough ratings
243 Chs

Kesialan

Lia tidak fokus bekerja. Tangannya hanya berpura pura sibuk sementara matanya dari tadi mencuri tatap ke depan sana, menembus dinding kaca. Wajah serius Max yang membaca buku dengan telapak tangan mendarat di leher seakan dia memamerkan jam tangan mewah yang melingkar di lengannya. 

Gadis itu terus menerus membongkar susun stok makanan kaleng di rak. Dia sedang mencari perhatian pria di depan sana. Tapi hari ini Max terlihat begitu serius sampai dia tak menyadari keberadaan Lia di depan sana. Bahkan Lia hapal berapa Mili minuman Max berkurang.  

Dia tak melihatku! Dia terlalu fokus pada bukunya? Dia bahkan tak bisa melihatku dari sana! Ya ampun

Sedangkan aku tak bisa sejam pun melupakan ciuman panas malam tadi. Dia membuat aku bermimpi buruk. Aku tak bisa tidur nyanyak jadinya.

Batin Lia menggerutu sendiri, membuat gerakannya menghentak hentak. Pemilik mini market menatap wajah cemberut Lia. Dia heran melihat kinerja pelayan terbaik di tokonya itu. Lia karyawan teladan, dia bisa melakukan banyak hal dalam bersamaan.

"Hey, Lia! Kenapa kau membanting barang. Itu akan merusak kemasan!" Gadis itu menoleh pada bosnya yang sibuk menghitung pembayaran pembeli. Gadis itu menggeleng dengan wajah bersalah. Dia seharusnya tidak menumpahkan kekesalan pada benda mati di dalam genggamannya. Apa yang dia harapkan, Max?

"Hahahhaaaa. Kau gila ya?"

"Gadis itu?"

"Ya, si pelayan minimarket? Apa dia Cinderella!"

"Hahahaha.. bahkan wajahnya sangat buruk, bagaimana dia menjadi Cinderella. Sayang sekali, dia hanya pelayan mini market yang tak tahu diri!!"

Dua orang wanita saling bergosip di belakang punggung Lia. Dia bisa mendengar jelas. Mereka sengaja membuat Lia bisa mendengar obrolan sinis mereka. Ya mereka tak menyukai Lia.

Salah satu gadis menabrakkan punggungnya hingga Lia sedikit meringis. Cukup sakit mengingat di bagian pundak pakaian gadis itu terpasang Bezel besi yang bisa di bongkar pasang, hiasan dengan ukiran merek ternama dunia. Ya mahasiswa di sini memang banyak yang berduit.

"Ups!!"

"Hati hati pakaianmu!!" Kedua wanita itu tertawa sinis menatap rendah wajah Lia. Ada apa? Apa dia melakukan sesuatu? Apa yang salah?

Gadis pertama yang menabrak bahu Lia menarik tisu, dan mengelap pundaknya dengan wajah sangat jijik. Dia merasa Lia sangat rendah dan kotor.

"Sepertinya aku harus berganti pakaian"

"Tentu saja, akan sangat berbahaya kau menyentuhnya. Harga dirimu bisa jatuh!" Ujar temannya menimpali. Keduanya cocok sekali, sama sama luar biasa sombong dan menyebalkan. Lia menggerutu dalam hati.

Hey! Apa kau tak punya kaca? Kalau bukan karena hot pant yang memamerkan habis tungkai kaki bahkan hingga belahan bokongmu. Kalau bukan karena praktek ahli estetika dan perancang hebat dunia. Aku rasa mereka dan aku memiliki penampilan yang tak akan jauh berbeda! Mereka hanya terlalu beruntung!

Lia mengumpat kesal seakan ingin memukul kedua gadis tadi. Tapi dia berusaha menahan diri semampunya.

"Ya, orang kaya wajar saja sombong. Apalagi melihat pakaian lusuh dan tampilan wajahku yang mengerikan ini! Ketus Lia melanjutkan pekerjaanya.

Max memang serius dengan bacaanya. Tapi bukan berarti dia tak melihat kejadian di dalam mini market sana. Ada apa dengan para gadis. Kenapa sejak tadi dia mendengar banyak yang menyebut gadis mini market itu. Max tak mau ambil peduli, dia melanjutkan membaca bukunya. Dia harus lebih giat lagi. Dia sudah berjanji pada Pauline.

"Bos, aku makan siang dulu!" Ujar Lia, si bos mengangguk setuju.

"Jangan lama lama, kau harus membersihkan gudang dan membuang sampah bekas pembokaran!" 

"Yaaa!!" Teriak Lia sambil berlalu lewat pintu belakang.

Dua orang mengendap endap menyusul langkah Lia. Keduanya mengikuti Lia ke ruang belakang. Gadis itu masuk ke kamar mandi dengan pintu setengah terbuka. Dia melepaskan apron dan melempar pada atas pintu. 

Kedua gadis tadi mengikuti langkah Lia, mereka bersembunyi di antara tumpukan kardus yang menggunung. Keduanya memberi aba aba untuk berhati hati agar Lia tak sadar.

Di pojok sana ada sebuah ember dengan kain pel di atasnya. Mereka berdua saling menatap seakan mengerti. Keduanya tersenyum penuh arti.

Sreek!! Salah seorang menginjak botol kosong, membuat mereka terperanjat sendiri, dan segera kembali bersembunyi. Ada banyak barang di lorong depan kamar mandi, mereka menyimpan banyak kardus dan botol minuman kosong.

Lia mendengar suara di luar sana. Lia melongok dan menyoroti sekitar. Tapi tak ada siapapun. Gadis itu mengangkat bahu tak mengerti. Dia menyalakan keran dan akan mencuci muka, tiba tiba.

Byuuurr!!

Lia menutup mata dan merasakan dingin di atas kepala hingga ke pundaknya.

"Hahahaha!!!" Suara tawa puas dan derap langkah terdengar jelas. Tapi Lia kesulitan membuka mata, dia menyeka dahi dan rambutnya. Bau tak sedap mulai tercium. Shit ternyata air kotor pembuangan sisa minuman dan segala macam bercampur baur. Lia tak percaya. Siapa yang melakukan hal konyol ini padanya? Tega sekali. Seingat Lia dia tak terlibat masalah dengan siapapun.

Bagaimana dia pergi makan dengan pakaian basah seperti ini. Mana bau lagi. Lia merengut dan mendengus kesal.

Gadis itu menarik pintu, dan tak menemukan siapapun lagi. Mereka jelas sudah kabur. Apa ini gadis yang sama? Dua orang di depan tadi? Lia takengerti, ada masalah apa antara dia dan dua gadis aneh tadi.

Lia meraih sabun, dia akan membuang sedikit bau busuk di pakaiannya, gadis itu mengunci pintu kamar mandi, menaruh kepala di bawah keran di wastafel. Lia mencuci kepalanya. Dia tak mungkin bisa makan siang kalau seperti ini. Lia meraba ponselnya di saku. Untung saja dia membawa ponselnya. 

Gadis itu mengetik pesan singkat untuk bos nya.

Bos, aku sedikit terlambat, ada masalah sedikit!

Ya, setidaknya dia sudah mengabari, terserah si bos akan percaya atau tidak. Yang jelas dia memang terjebak masalah di sini. Lia membuka kemejanya, mencuci bagian yang terkena siraman tai, dia mengucek di wastafel.

Klekk!!

Sialan! Lia menarik handle pintu dan terkunci sempurna. Siapa yang bermain main seperti bocah! Lia kesal sendiri.

Dia mengepalkan tangan hendak menggedor pintu. Tapi menyadari tubuhnya yang terbuka karena dia sedang mencuci kemeja membuat Lia mengurungkan niatnya. Ah, sudahlah. Dia harus menunggu sebentar. Lia melanjutkan mencuci kemeja dan berharap seseorang menyadari jika kamar mandi ini terkunci.

"Pak Belen! Kau harus menutup tokomu!" Kedua gadis menghampiri pak Belen dengan wajah centil.

"Kenapa? Karena sebentar lagi aku akan menyewa Tokomu! Kami akan mengadakan pesta di cafe depan sana, dan aku akan mengambil stok makanan di sini. Kau tahu, pesta kampus!" Teriak salah seorang dengan wajah meyakinkan.

"Kenapa tak bilang dari sepekan yang lalu, kalian biasanya tak mengadakan acara mendadak seperti ini. Aku tak punya cukup pelayan untuk membantu pekerjaan kalian nanti!"

"Tidak, kau tak perlu melakukan itu. Kami hanya akan mengambil beberapa barang saja dan mencatat semuanya dengan baik. Kau tahu kan pak Belen! Acara cafe kampus tak pernah merugikan tokomu!" Yakin keduanya lagi. Belen tahu itu. Mahasiswa yang bergelimang harta dengan status kaya sejak lahir. Isi minimarket ini bahkan bisa mereka bayar hanya dengan mengumpulkan uang saku.

"Tapi baiklah, beri aku lima menit untuk merapikan--"

"Ah tidak usah pak Belen, biar kami saja. Kau bawa saja uangmu jangan ada yang tertinggal. Oiya, aku akan mentransfer bagianmu, oke!" Belen mengangkat pundak bingung. Tapi Si tua mata duitan itu menurut saja pada akhirnya.

Sesekali jurusan management ataupun yang lainnya beberapa kali menyewa cafe dan minimarket yang berdampingan rukun dan saling menguntungkan ini. Mereka biasanya akan mengadakan pesta dan jamuan pada malam hari. Makan bersama, mengobrol, bermain kartu dan minum alkohol. Tapi kali ini hanya akal akalan saja. Kedua gadis itu tertawa geli. Mereka memainkan kunci yang di tinggalkan Belen dalam genggaman.

Mereka kembali ke dalam cafe dan di sambut tepuk tangan satu persatu dari teman temannya.

"Bagaimana?" Bisik salah satu rekannya yang duduk manis di sofa.

"Aman!" Jawab gadis tadi yang menyiram Lia.

"Bagaimana? Apa kau mengambil video? Aku ingin melihatnya.."

"Ah, sayang sekali! Tapi aku pastikan dia sedang panik dan ketakutan saat ini!" Seru rekan yang satu lagi, di yang merencanakan semua ini, wajahnya terlihat senang dan puas.

"Mampus! Itu balasan untuk wanita rendahan yang menggaet pria kampus kita!" Semua membalas dengan tawa kompak

"Sssrtt.. pelankan suara kalian. Nanti Max mendengar semuanya!" Ups.. lima orang gadis di belakang punggung Max mengatur raut wajah dan menahan bibir mereka.

Max menaikkan alis, di sudah mendengar semuanya.

"Sebenarnya ada apa sih!"