webnovel

AndurA

Dua sosok berbeda dalam satu tubuh. Itulah aku! Gelap, kelam, dan tak tersentuh! Itulah sisi lain dar bayangan tergelapku. Lalu sisiku yang lain seakan tersingkir sejak aku kehilangan semua hal yang kusayangi. Mereka, para Pangeran Iblis itu, menghancurkan hidupku! Hingga aku harus melenyapkan mereka semua dalam satu sentuhan hingga lenyap bagai debu!

Ellina_Exsli · Fantasy
Not enough ratings
16 Chs

11. The dark Axelia IV

Pagi ini Axelia terbangun dengan malas. Entah kenapa seluruh tubuhnya terasa begitu lemas. Namun mata Axelia terbelalak kaget saat mendapati tubuhnya memakai pakaian ala kerajaan yang terlihat asing. Axelia melangkah mendekati kaca dan menatap pantulan bayangannya. Make up tipis dengan seluruh tatanan rambut yang tak pernah Axelia bayangkan, membuat Axelia bergerak mendekati kaca.

"Ini ...," Axelia mengulurkan tangannya pada kaca untuk menyentuh bayangannya sendiri.

Mata Axelia kembali terbelalak kaget saat bayangan dirinya menyeringai dan menatapnya tajam. Sontak Axelia mundur selangkah saat bayangan dirinya mulai bergerak merapikan rambut panjang yang tergerai sedikit.

"Axelia Acantha," ucap bayangan tersebut pelan.

Axelia menggeleng dan mengusap kedua matanya. "Tidak. Aku pasti sudah gila jika melihat bayanganku sendiri berbicara dan memanggil namaku." Axelia kembali menatap bayangannya di cermin yang tersenyum sinis.

"Benar, kau tak gila hingga tahu bahwa aku adalah dirimu. Axelia, aku adalah dirimu. Aku ... adalah dirimu!" ucap bayangan tersebut dingin penuh penekanan.

Seketika semua ruangan terlihat samar saat mata Axelia tak sanggup lagi bertahan. Gelap menyongsong dengan tubuh Axelia yang terjatuh di lantai. Lalu bayangan dalam cermin tersebut juga menghilang dengan kabut asap putih tipis yang mengiringinya. Arven yang mengetahui hal itu segera masuk kedalam kamar Axelia. Mengangkat tubuh Axelia dan kembali merebahkan di atas tempat tidur.

"Awal perkenalan dengan sisi gelap Yang Mulia." Arven menghela napas dalam membayangkan betapa mengerikan senyum sinis yang Axelia miliki saat menjadi Ratu kegelapan.

"Ahk, Ratuku yang sekarang pasti sangat terkejut saat mengetahui sisi dirinya yang lain," ujar Arven pelan. Arven menggunakan kekuatannya untuk mengembalikan seluruh tatanan pakaian kerajaan yang Axelia kenakan. Semua berganti dengan pakaian yang biasa Axelia gunakan saat berada di dunia manusia.

Sebuah ketukan pintu diiringi dengan panggilan nama Axelia membuat Arven menoleh cepat. Arven segera menghilang dan menyamarkan tubuhnya. Tak lama Nenek yang mengasuh Axelia masuk dan membelai wajah Axelia.

"Axelia, sudah waktunya bangun. Bukankah kau harus kesekolah?"

Suatu pergerakan kecil membuat sang Nenek tersenyum. Perlahan mata Axelia terbuka dan menatap sekelilingnya dengan takut. Lalu beralih pada tubuhnya yang telah menggunakan pakaian seperti manusia pada umumnya. Mata Axelia menoleh ke samping dan mendapati sang Nenek ada bersamanya. Hal itu semakin membuat Axelia bernapas lega.

"Benar, aku pasti hanya bermimpi. Semua itu tak mungkin,"  ucap Axelia dalam hati saat mengingat kejadian yang membuatnya takut.

Axelia segera bergegas saat sang Nenek keluar dari kamarnya. Mempersiapkan segala keperluan sekolah hingga akhirnya Axelia kembali menatap bayangan tubuhnya di depan cermin. Tak ada perubahan di sana hingga Axelia bernapas lega. Axelia mengelus dadanya dan berujar pelan.

"Benar, aku pasti sudah gila jika mengira bahwa mimpi itu jadi kenyataan."

Axelia keluar kamar dan berpamitan pada Neneknya. Melangkah cepat untuk bergegas menuju sekolahnya. Senyumnya terkembang saat melihat Kay tengah menunggu dan melambaikan tangan padanya. Axelia menatap senyum tipis di bibir Kay yang membuat hatinya menghangat. Lalu ikut melambaikan tangan pada Kay yang masih berdiri menunggunya.

"Kay...!" seru Axelia sambil berlari menghampiri Kay yang masih tersenyum manis.

"Hei, kau terlihat," ucap Kay mengantung sesaat sambil memperhatikan gadis di depan tubuhnya. "... cantik." sambung Kay lagi.

Untuk sesaat rona merah itu hadir di kedua pipi Axelia. Axelia meninju perut Kay ringan. "Apa kau tengah merayuku?"

Kay tertawa kecil. "Aku hanya berkata jujur. Apa kau berharap aku berkata kau buruk dan ingusan seperti saat masih kecil?"

Mata Axelia melotot. "Jahat!" Axelia mencibirkan bibirnya dan melangkah lebih dulu.

Kay tertawa melihat reaksi Axelia. Dengan cepat Kay menarik tangan Axelia dan membawa tubuh Axelia mendekati tubuhnya. "Baiklah, kau Axeliaku yang cantik dari dulu. Karena aku ...,"

Axelia menaikkan satu alisnya menunggu kata-kata Kay yang terpotong. "Karena aku?" ulang Axelia mengikuti kata-kata Kay.

"Karena aku sudah tahu semua tentangmu. Termasuk saat kau mengompol jika ketakutan. Hahaha," alih Kay cepat diiringi tawa yang menggema.

Hal itu membuat Axelia samakin kesal. Jantung Axelia bahkan berdetak lebih cepat untuk sesaat. Namun saat mendengar tawa Kay yang menyebalkan membuat Axelia mendengus kesal.

"Kau menyebalkan!" teriak Axelia kesal.

Kay semakin tertawa melihat reaksi Axelia. Dengan pelan Kay menggenggam tangan Axelia dan menatap kedepan. Berjalan pelan hingga Axelia ikut berjalan di sampingnya. Senyum manis menghiasi bibir keduanya. Mereka berjalan beriringan menuju sekolah dengan bergandeng tangan.

Evard yang sedari tadi memperhatikan keduanya menatap datar. Ada banyak rasa yang berkecamuk di hatinya. Ingatan Evard berputar pada sosok gadis cantik yang memeluknya semalam. Wajah gadis itu begitu  mirip dengan tunangannya. Yang artinya begitu mirip juga dengan Axelia. Banyak hal yang Evard pikirkan, hingga Evard melihat senyum manis Axelia yang ditujukan untuk Kay.

Evard mengeratkan genggaman tangannya saat melihat senyum itu. "Dia," Evard menggeleng pelan. "... tidak, Evard. Sadarlah, dia bukan tunanganmu. Senyum mereka sangat berbeda. Dia terlihat seperti gadis itu. Gadis yang datang lalu menghilang,"

Evard memalingkan pandangannya saat dua tangan berbeda itu saling menggenggam. Dengan napas kasar, Evard menukar pakaiannya menjadi seragam sekolah yang Axelia dan Kay gunakan.

"Zaen...!" panggil Evard kasar.

Tak lama Zaen muncul dan menghaturkan hormat pada Evard. "Hamba disini, Yang Mulia."

Evard menatap dingin Zaen. "Aku ingin masuk di sekolah yang sama dengan gadis yang aku temui beberapa hari yang lalu. Urus semuanya hingga tak ada yang curiga dengan kedatanganku."

"Dilaksanakan, Yang Mulia." Zaen segera menghilang dan melaksanakan perintah dari tuannya.

Sedangkan Evard memilih berjalan kaki dan menyusul Axelia dari belakang. Menjaga jarak dan tetap menatap semua hal yang Axelia dan Kay lakukan. Hal itu membuat Evard berkali-kali harus menghembuskan napas kasar.

"Aku menyadari bahwa dia bukanlah dirinya. Namun kenapa mataku tak mampu lepas untuk menatap dan ingin tahu segala tentangnya. Axelia, aku merasa ada hal besar yang akan aku temukan saat menatap senyummu." Evard terus melangkah dan berbicara sendiri dalam hati. Terus mengikuti Axelia dan Kay dengan tatapan datar nan dingin.

°•••°