webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

7.

"Maaf pak maaf" Lily meremas remas ujung bajunya karena takut akan di marahi Juno.

Dengan muka datarnya tanpa respon yang berarti Juno kembali duduk di ruang makan. Juno sesekali menggaruk garuk rambutnya acak. Lily masih dengan kegiatanya mencuci dan menyeterilkan peralatan dot nona kecilnya.

"Embun masih tidur?" tanya Juno sambil melahap sarapanya dan mrmbaca berita online di ponselnya.

"iya pak, tadi pagi barusan saya mandikan, menyusu, setelah itu dia tidur lagi." jawab Lily singkat dan jelas.

"emm, bagus." Juno berdiri dan berjalan masuk ke kamar Embun.

Juno melihat embun yang sedang tertidur pulas di dalam keranjang bayi. Air mata Juno kembali menetes kala melihat wajah mungil itu. Bagaimana tidak, mengingat kembali betapa Namira menginginkan keberadaan malaikat kecil di dalam rumah tangga mereka dan setelah bayi mungil itu hadir Namira pergi begitu saja.

Lily masuk ke dalam kamar dan melihat Juno yang dengan gugup menyeka air matanya. Lily gadis yang ceria itu punya perasaan yang sangat peka tentang kehilangan seseorang. Bagaimana tidak, sedari bayi Lily selalu merasa kehilangan sosok orang tuanya tanpa tau bagaimana rupa dan wujud ayah ibunya.

"ikhlaskan tuan." ucap Lily sambil membereskan dan sedikit membuka tirai jendela.

"Hemm" jawab Juno singkat dengan mata yang masih berkaca kaca.

Lily mengambil baju kotor Embun dan bergegas keluar kamar. Juno masih berdiri di tempat yang sama dengan tatapan lembut pada putri kecilnya. Selesai mencuci baju Lily kembali ke kamar Embun dan mendapati Juno yang tertidur di matras dekat keranjang bayi. Lily hanya tersenyum melihat itu.

2 jam sudah embun terlelap, kini dia terbangun namun tak menangis. Juno masih terlelap di samping keranjang bayi putrinya. Lily masuk ke kamar embun untuk menata baju yang sudah di setrikanya. lagi lagi Lily hanya mampu tersenyum manis melihat majikanya yang tertidur pulas dengan pose yang berantakan.

"Anak pintar, anak cantik, sudah bangun ya?" seru Lily mencandai embun yang sesekali merespon dengan senyumnya.

"Eh, ketawa. sayang ketawa ya, seneng ya? Enak Bobonya?" Tanya Lily kepada bayi yang belum bisa berbicara itu sambil membenarkan baju embun.

"Embun Cayang, anak cantik. Minum susu dulu yuk, biar cepet gede ya. Biar bisa main lari larian sama papa ya." Lily menggendong embun dengan kain panjang yang di berikan mbok iti kepadanya.

Rupanya sedari Lily menaruh baju Juno sudah terbangun namun enggan untuk membuka mata dan berpura pura tidur untuk mengetes seberapa baik Lily jika tidak di awasi.

"Tuh, Embun lihat. Papa Embun masih bobok, Papa embun kecapekan. Besok, kalau Embun gede. Embun jadi anak Solehah ya sayang, yang pengertian dan patuh sama orang tua. Yang sayang sama papa Embun. Kalau papanya capek, Embun pijitin ya."

"Ya sayang ya, pinter ya" ucap Lily sambil mengusap usap kepala embun yang tertutup kupluk bayi.

Juno yang mendengar celotehan Lily hanya tersenyum tipis sambil terus berpura pura tidur.

"Allahuma sholi ala Muhammad ya rabbi sholi allaihi wa sallim..." Lily bersenandung sholawat nabi sambil menepuk nepuk punggung embun yang di gendong nya menghadap ke dadanya.

Kepala embun menghadap kebelakang, kepala embun sejajar dengan kepala Lily. Embun tidak tertidur tapi tidak menangis. Sepertinya dia sangat menyukai Lily. Sholawat terus saja Lily nyanyikan meski lirih tapi terdengar merdu.

Juno tersenyum melihat itu, tatapan embun lurus menghadap kepada Juno. Mata mereka saling bertemu. Saat Juno tersenyum dan melihat embun lagi, bayi mungil itu tertawa tanpa suara kearahnya.

"Eh ketawa"

"cantiknya anak Papa yang pinter ini" ucap Juno yang langsung berdiri karena melihat tawa putri kecilnya.

"Lihat ly, dia ketawa sama aku" ucap Juno spontan kepada Lily yang masih menepuk nepuk punggung Embun.

"Iya pak, dia pinter sekarang dan tambah cantik" jawab Lily sambil membalikkan badan embun yang kini sudah di gendong dengan posisi merebah.

"Sini yuk, sama papa" Juno mengulurkan tangannya kepada Lily yang ada di depannya.

"Anda mandi dulu pak, anda beum mandi dari pagi tadi" ucap Lily sambil mundur beberapa langkah.

"oh iya, keenakan tidur sampai lupa mandi" Juno menyeringai kecil kepada Lily yang melihatnya seperti melihat bocah kecil yang jorok karena belum mandi.

🦜🦜🦜🦜💮💮🦜🦜

Tak terasa 8 bulan berlalu, hari hari berjalan lancar seperti biasa. Embun sudah bertambah lagi bakatnya, kini sudah tumbuh gigi dan terkadang berceloteh asal ceplos tapi benar pengucapannya.

Juno sudah rutin ke kantor tanpa hambatan. Sebenarnya saat di rumah, Juno, Embun dan Lily sudah seperti keluarga kecil. Lily yang terkadang berlarian mengurus kebutuhan Juno yang akan ke kantor. Terkadang Lily juga menyiapkan baju Juno. Lily tidak pernah mengeluh, karena baginya gaji yang di berikan Juno kepadanya sangatlah besar dari apa yang sudah di kerjakannya. Jadi ya tak masalah jika kerepotan bertambah sedikit.

Seperti pagi ini, Lily menyiapkan sarapan sedangkan Juno dan embun masih terlelap di kamar Embun. Selesai dengan masakan Lily lalu bersiap diri dengan seragam pengasuhnya. Embun terbangun lebih dahulu dan duduk di sebelah Papa Juno sambil meremas remas hidung mancung papanya.

"Papa... papa!" celoteh embun sambil menepuk jidat papanya.

"emmmm ....." Juno melengkuh dan merenggangkan badanya.

"Anak papa udah bangun" ucap Juno sambil mengucek ucek matanya.

Setiap selesai sholat subuh, Juno selalu menemani embun untuk kembali tidur. Sedangkan Lily, sejak azan subuh berkumandang dia sudah tidak ada di kamar embun. Lily sudah sibuk mencuci baju embun, dan membuat sarapan.

Juno sengaja tidak mencari tukang masak karena dia sudah jarang di rumah. untuk sarapan pagi ada Lily yang bisa di andalkan dan untuk makan malam bisa pesan online.

Kepadatan aktifitas Juno membuatnya jarang berada di rumah. Untuk itu dia mengharuskan pada diri sendiri untuk selalu menemani tidur Embun setelah subuh. Embun kini sudah aktif, mulai tumbuh gigi, berceloteh dan belajar merangkak.

"maam... " oceh embun asal.

"Emam? embun mau emam? mandi dulu yuk udah pagi ini sayang" sahut Lily yang tiba tiba masuk sambil mengalungkan handuk mandi embun di lehernya.

"ba... ciluk.... ba... Tut.... Tut....Tut.... tin tin" Lily menggelitik badan embun yang sekarang lebih montok.

Gelak tawa terdengar riuh di kamar itu, dan seperti biasa Juno ikut bergabung dan menggelitik Embun sementara Lily menyiapkan air hangat dan baju ganti Embun.

"ba... anak papa Endut sekarang ya. tin....tin...." Juno memencet mencet hidung embun seperti klakson.

Bayi kecil itu menyukainya dan tertawa riang. Lily keluar dari kamar mandi dan siap untuk memandikan embun.

"sini pak, biar saya mendikan embunnya." Lily mengulurkan tangannya dengan senyum manis di bibirnya.

"Pagi ini, biar saya mandi sama Embun. kamu bisa keluar dulu" perintah Juno pada Lily yang berdiri di hadapannya.

"Kamu siapkan baju gantiku juga, aku akan ada rapat. oh iya jangan lupa, lapkan sepatuku ya. Makasih" ucap Juno diiringi senyum di akhir kata.

*Iya pak, semua akan saya kerjakan. karena bapak juga sudah terlalu baik pada Kakek dan nenek saya. saya tidak bisa menolaknya bahkan jika anda meminta saya untuk mengabdi seumur hidup di keluarga ini*

Lily membatin perintah majikanya dan mengangguk perlahan lalu pergi menuju kamar Juno.