webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

33.

Delapan bulan berlalu, Lily dan Embun menjalin hubungan baik dengan Nando dan Mama Mella. Kedekatan antara Lily dan mama Mella sangat akrab, tak jarang Mama Mella memberikan wejangan wejangan untuk rumah tangga Lily. Sedangkan Nando masih saja mengemban dua pekerjaan yang berat. Harus mencari jodohnya dan kemudian harus menemukan adik kandungnya.

" Pak, ternyata dari informasi yang aku dapatkan. Gadis itu sekarang tinggal di kota yang sama dengan anda. Tapi untuk lebih jelasnya aku butuh sedikit tambahan waktu lagi pak" Ucap pak Burhan melalui sambungan telepon seluler.

"Hem, baiklah" jawab Nando singkat.

"Leon, kamu cari informasi tentang kinerja pak Burhan. Sudah terlalu lama kami mempercayainya tanpa ada hasil yang jelas" Perintah Nando pada Leon mata mata baru yang di percayainya.

"Juga gandakan foto ini, aku ingin mempermudah jalanku menemukanya" imbuh Nando sambil memberikan secarik kertas bergambar tanda lahir.

🌸🌸🌺

"Puji aku, lalu cium dahi, hidung dan ini" perintah Juno pada Lily yang sedang memasangkan dasi padanya.

*Aku yang hamil tapi kok dia yang rewel ya. Dia juga lagi yang ngidam, harusnya kan aku. Biar bisa modus dikit gitu. Ah, Anakku sepertinya kamu memang tim sejati Papamu* batin Lily mengeluh sambil melihat perut buncitnya sesaat.

"Cepat" Ucap Juno sambil mengusap usap perut Lily.

"Iya iya. Suamiku yang tampan, Yang baik dan yang paling pengertian sedunia. Hari ini kamu tampan maksimal terus pagi ini kamu tuh nge gemesin banget" Puji Lily sambil mencium kening, hidung dan bibir suaminya.

"Nah, gitu dong. Kan jadi tambah semangat cari duit akunya" Ucap Juno sambil mengecup perut buncit istrinya.

Senyum manis Lily mengembang setiap kali Juno menjadi sangat manja. Satu hal yang bisa Lily lakukan ialah hanya menikmati masa masa kehamilannya. Karena Juno melarangnya melakukan sesuatu yang berat bahkan hanya untuk sekedar mengangkat keranjang baju kotor.

"Bunda, hari ini kita jadi tempat Mama?" tanya Embun sambil menenteng tas ransel berwarna pink dengan kuping kelinci kesukaannya.

"Jadi sayang, Tapi jangan bilang papa ya. Bunda kan enggak boleh main jauh jauh sama Papa" Perundingan perjanjian antara bunda dan Embun.

"Iya, Tapi tempat Nenek dan Mbah dul juga ya" Sederet permintaan Embun untuk mengunjungi makam orang orang yang di sayangnya.

*Bakalan sedikit muter muter ini. Makam tante Mella dan Makam kak Namira sama sama makam Mbah dul kan di tiga you yang berbeda. Embun embun, bunda bangga sama kamu nak yang tetap menyayangi dan menghargai orang orang yang sudah tiada* Batin Lily sambil mengangguk anggukan kepala dan tersenyum menatap Embun sambil memasukkan bekal kedalam ransel pink itu.

"Ayo," Seru Lily sambil menggandeng tangan Embun.

"Bim, Ayo berangkat!" Seru Lily sambil memakai sandalnya.

"Ayo Bu, tapi saya telpon Bapak dulu ya?" ucap Bimo sambil mengangkat ponselnya.

Melihat Bimo yang hendak menghubungi Papanya, Embun langsung mengambil ponsel Bimo.

"Ssstt... jangan kasih tau Papa om" Kata Embun sambil mengarahkan jari telunjuk ke bibirnya.

"Om mau makan di sawah enggak?" tanya Embun yang mencoba menyuap Bimo.

"Ya, mau sih non" jawab Bimo sambil meringis.

"Ya udah diem, awas kalau kasih tau papa" Ancam Embun sambil memicingkan matanya menatap Bimo.

"Iya non iya, Ihh serem. takut saya non" ucap Bimo yang bergidik ngeri melihat tatapan nona kecilnya.

Lily tersenyum melihat gaya Embun yang mengancam sudah sangat sama dengan gaya sang Papa.

Sebulan yang lalu Tante Mella telah meninggal dunia. Nando merasa sangat terpuruk dan jatuh. Lily Merasakan kesedihan yang teramat sangat. Karena hubungan baik Nando dan Juno serta Embun yang memiliki kedekatan dengan Nando yang sudah menjadi oom tervaforitnya.

Tak pelak kadang tanpa sengaja kedekatan lily dan Embun kepada Nando membuat Juno tersulut api cemburu. Mengingat dahulu Nando pernah memiliki perasaan pada Lily. Semenjak menikah Lily merubah penampilannya. Kini Lily berhijab dan berbaju syar'i.

🌺🌺🌺🌸

"Hallo pak, sepertinya benar ada tanda lahirnya di siku. Saya tadi menyuruh seorang wanita untuk mengikutinya sampai ke tempat wudhu. Tapi tidak begitu jelas pak" Laporan Leon kepada Nando.

"Secepat ini, ceritakan kenapa kamu bisa lebih cepat dari pada pak Burhan?" Ucap Nando sambil memutar mutar pulpennya.

"Akan saya bawa pak Burhan ketempat anda dan menjelaskan semuanya pak" jawab Leon dengan lugas.

"Hemm..." Sahut Nando sambil manggut manggut.

Tak butuh waktu lama Leon datang sambil menyeret pak Burhan yang sudah nampak kacau dan babak belur. Tamapak ada beberapa lebam di wajah pak Burhan. Di lemparkannya pak Burhan di hadapan Nando yang tengah duduk sambil menatap keluar jendela.

"Mulailah" Ucap Nando sambil berdiri di hadapan pak Burhan yang berlutut.

Sambil menyimpangkan kakinya dan satu tangannya masuk kedalam saku celana Nando dengan santai menatap pak Burhan yang kesakitan.

"Ampuni saya tuan"

Nando tak bergeming dan masih menatap tajam pak Burhan.

"Mulailah, ceritakan sekarang!" Teriak Nando di ruangannya. Gelegar suaranya membuat karyawan yang berada dekat dengan ruanganya bergidik ngeri.

"Maaf tuan, selama ini saya terlalu banyak mengulur ngulur waktu dan menyimpan apa yang sudah saya ketahui dari lama dengan harapan imbalan akan selalu mengalir setiap bulanya" Ucap pak Burhan dengan suara bergetar.

"Oh, jadi selama ini kamu sudah tau keberadaan adik saya. Tapi malah menyembunyikannya?"

"Kamu yang kami percayai selama ini ternyata mempermainkan kami? Sampai saat Mamaku meninggal dunia kamu juga masih kamu ambil keuntungan. Kamu fikir keluargaku adalah penopang dan sumber daya untuk keluargamu?" Kata Nando sambil menginjak tangan pak Burhan dengan sepatu mahalnya yang sudah pasti sangat keras di bagian tungkai.

"Ampuni saya pak, Saya melakukanya hanya untuk menafkahi keluarga saya" Ucap Pak Burhan sambil memeluk kaki Nando.

"Baik, ceritakan tentang keluargamu sekarang!" Seru Nando sambil menyeruput secangkir kopi lettenya.

"Aku mempunyai seorang istri dan 5 orang anak pak" Ucap pak Burhan sambil menangis.

"Apa kau punya anak perempuan?" Tanya Nando dengan santai.

Pak Burhan mengangguk dengan cepat. Smirik dan lirikan tajam melayang dari wajah Nando. Leon mengangguk seperti mengerti maksud dari tatapan mata Nando.

"Leon, bawa anak perempuan tua Bangka ini kesini!" seru Nando sambil kembali duduk di kursi kerjanya.

"Jangan tuan, aku mohon jangan. Kesalahan ini tidak ada kaitannya dengan anak dan istriku" Ucap pak Burhan memohon sambil menangis.

"Siapa bilang tidak ada. Setiap bulir nasi yang masuk ke perutnya adalah hasil dari caramu mempermainkan keluargaku selama ini. Jadi aku rasa ini adalah pembayaran yang setimpal" Ucap Nando yang kini sudah berdiri dan memakai kacamata hitamnya.

"Aku mohon, jangan tuan! Anda akan jijik melihatnya. Dia itu gadis buruk rupa."

"Buruk rupa? Ohh, aku semakin tertarik. Setidaknya aku punya satu piaraan baru lagi selain anjing. Ohh atau dia bisa menjadi teman untuk anjing penjaga rumahku!" ucap Nando santai.

"Bukankah itu bagus Leon?"

Leon hanya mengangguk dengan muka datarnya.

"Aku mohon jangan tuan. Biarkan saya saja yang menanggung ini. Secara hukum pun akan saya terima tuan" ucap pak Burhan Memohon dengan air mata yang terus menetes.

"Oh, itu sudah pasti. Leon, urus semua ini. Jangan beri dia celah Dan untuk adikku segera temukan dia dan segera lakukan tes DNA pada sampel rambut yang sudah ada" Perintah Nando sambil menggerakkan jari seperti mengusir tanpa suara.