webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

32.

"Pending dulu bapak Juno Mahendra, kita sambung besok lagi ya" Ledek Lily sambil berlari keluar kamar dan melambaikan tangan kepada Juno.

"Agrhhhh...." Juno mengacak acak seprei dan meremas remas bantal.

Pagi hari

"Ayo sayang, kita sarapan." Ajak Lily sambil mengandeng tangan Embun.

Sampai di meja makan sudah ada Juno yang duduk sambil membaca berita online. Raut wajahnya sedikit berbeda. Lily meladeni suaminya dengan sangat baik. Kemudian Lily menyuapi Embun. Tidak ada obrolan yang begitu hangat hingga Lily tiba tiba berdiri.

"Papa mau teh hangat?" Tanya Lily pada Juno sambil berdiri di samping Juno.

"Hemm." Jawab Juno singkat dan cuek.

"Oke, Embun mau apa? Sekalian Bunda ambilin." Ucap Lily sambil mengecup pipi Embun.

"Susu Agi" ucap Embun sambil memberikan gelas kosong pada Lily.

"Papa mau apa lagi? sekalian nih" ucap Lily sambil mencium pipi Juno tiba tiba.

Juno terkejut dan menatap Lily lalu tersenyum. Embun yang masih makan hanya cuek dan terus fokus pada piringnya. Mata Juno menjadi berbinar dan nampak lebih ceria.

"Jangan manyun terus, jelek loh" bisik Lily pada Juno sambil menepuk nepuk lembut pundak Juno.

"Godain aja terus, mainya mah gagal melulu." gumam Juno kesal.

" Aku denger ya!" Teriak Lily sambil berjalan membawa gelas kosong.

Ting tung...

"Iya, biar aku aja yang buka" ucap Juno sambil berdiri dan hendak membuka pintu.

Lama Juno hanya berdiri di depan pintu dan menatap penuh kebencian seseorang yang berada di luar. Lily yang sedang menikmati sarapanya ikut bingung dan menghampiri suaminya.

Lily dengan bingung berdiri di depan pintu dan kemudian memasang senyum manis.

"Mama, ayo masuk ma. Sayang kok Mama enggak di ajak masuk sih" ucap Lily sambil menarik tangan Mama Kim.

Juno nampak sangat tidak menyukainya lalu berjalan dan langsung menggendong Embun dan masuk kedalam kamarnya tanpa sepatah kata pun. Lily menghela nafas panjang melihat tindakan Juno yang sangat dingin itu. Lily yang merasa iba kepada nyonya Kim lalu mengajak mertuanya makan bersama.

"Udah sarapan ma? Mari makan sama aku yuk!" ucap Lily menawari makan sang mama mertua.

Mama Kim hanya menunduk dan duduk di kursi yang telah Lily siapkan. Matanya semakin berkaca kaca. Sesekali Mama Kim mengusap air matanya. Lily melihat itu dan mengerti benar akan kesedihan ibu mertuanya.

"Terimakasih, Mama datang kemari hanya ingin mengucapkan selamat kepada kalian" Ucap Mama Kim dengan suara parau yang bergetar.

"Iya ma, terimakasih atas kunjungan Mama"

"Ma, maaf ya tentang sikap mas Juno. Nanti aku usahakan sampaikan ini sama dia" Imbuh Lily sambil menggenggam tangan Mama mertuanya.

"Terimakasih, Mama tidak akan berlama lama karena putra Mama juga belum mau menerima kehadiran Mama" ucap Mama Kim sembari menyeka air matanya.

Lily hanya diam sambil mengusap usap tangan sang mertua. Tak lama Mama Kim beranjak pergi. Lily dengan sigap membawakan mertuanya makanan yang dia masak tadi pagi.

"Ini untuk Mama. Karena tadi Mama tidak mau makan maka bawalah ini ma. Semoga Mama suka" Ucap Lily yang berdiri di ambang pintu sambil melambai dengan senyum manis di bibirnya.

Mama Kim berbalik badan dan pergi meninggalkan rumah Juno putranya.

*Sepertinya akan sangat mudah mendekati gadis lugu itu. Lumayan bisa ku manfaatkan* Batin nyonya Kim yang sudah mulai mencari akal licik kembali.

🌼🌼🦜🏵️🦋🥰

Di kamar Juno.

"Hallo Bim. Kamu kesini sekarang juga ajak putri. Ada tugas untuk kalian" ucap Juno mealui sambungan telepon.

"Iya pak, segera" jawab Bimo cepat.

*Apalagi ini, nada bicara bapak seperti orang marah?* batin Juno sambil menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal.

Lily datang membuka pintu sambil membawa potongan buah karena Juno tadi belum sempat memakan buah untuk pencuci mulut.

"Permisi pak, boleh saya masuk?" seru Bimo dari balik pintu.

"Ya masuklah, bawa Embun untuk membeli mainan baru. Ajak dia jalan jalan kemana dia mau." ucap Juno sambil merapikan rambut Embun.

Lily hanya diam dan bingung dengan apa yang sedang terjadi. Embun berjalan dengan riang menggandeng tangan Bimo dan putri.

"da da Bunda" ucap Embun berpamitan pada Lily.

Lily membalas lambaian tangan Embun diiringi dengan senyum manisnya. Lily menutup pintu setelah kepergian Bimo dan putri yang membawa Embun.

Juno yang masih duduk di tepian ranjang hanya menunduk dan diam. Lily menghampiri dan ikut duduk di sebelah Juno. Lily menyandarkan kepalanya di bahu Juno yang masih diam tak berkata.

"Kamu, kenapa tadi ajak dia masuk?" tanya Juno pada Lily dengan tatapan mata yang mengerikan.

"Sayang, dia yang kamu maksud adalah Mama kandungmu. Jangan terlalu keras padanya" ucap Lily lirih masih dengan tangan yang terus saja mengusap lengan Juno lembut.

"Hhh. aku tau kau pasti akan menyalahkan ku atas hal ini. jika kau ingin berkata seperti itu. Lebih baik kau diam!" kata Juno sambil beranjak berdiri.

Lily mengikutinya dan memeluk Juno dari belakang dengan jari jemari yang sesekali bergerak mengusap usap tangan satu sama lain. Juno tak mampu menolak atau bahkan menghindar dari perlakuan manis yang sudah lama sekali tak ia dapatkan dari seorang wanita.

"Baiklah, aku akan diam" jawab Lily singkat masih dengan pelukan yang erat.

"Sayang, kamu tau azab?" tanya Lily tiba tiba.

"Tau" jawab Juno singkat sambil berbalik badan.

"Pernahkah kamu berpikir bahwa selama kita hidup nanti, tidak selamanya kita akan menjadi manusia baik?" ucap Lily sambil menengadah keatas menatap Juno yang lebih tinggi darinya.

"Lalu?" ucap Juno penasaran.

"Aku hanya tidak mau jika suatu saat nanti kita melakukan kesalahan pada anak anak kita dan mereka menutup pintu hati mereka rapat rapat" ucap Lily sambil membenamkan kepalanya di dada suaminya.

"Aku tau arah pembicaraanmu. Biarkan semua berjalan seperti ini. Aku bersikap seperti ini karena tindakannya dahulu yang dengan lantang dia berkata tidak akan pernah menganggap dan mengakui Embun sebagai keturunannya. Apakah hal seperti itu bisa kamu terima dengan mudah?" kata Juno sambil mengecup bibir Lily.

"Sehh,, iyakah dia seperti itu? Aku sungguh kecewa. Bisa bisanya sampai tak mau mengakui cucunya sendiri. Maafkan aku sayang, aku tidak akan ikut campur atau memaksakan mu." Ujar Lily yang menatap Juno lekat.

Lily menghela nafas panjang dan memulai lagi usahanya untuk menghibur suaminya.

"Sayang coba nunduk dikit. itu ada apa itu?" ucap Lily sambil menunjuk rambut Juno.

Juno menurutinya dan menunduk. Tapi tiba tiba.

cup... Lily melumat bibir Juno dengan rakusnya seperti sedang kelaparan. Juno sedikit kaget tapi juga menikmati setiap detiknya sambil mengajari Lily tehnik bercinta.

Saling melumat bibir satu sama lain jengkal demi jengkal tubuh Lily tak terlewatkan oleh jari jemari Juno yang memanjakannya. Tangan Juno tak henti hentinya memainkan payudara Lily yang sangat menggoda.

*Tolong ya, bibir ga usah mendesah. jangan bikin malu* pikiran Lily fokus ke hal itu.

Tangan Lily pun tak henti hentinya menggerayangi tiap jengkal tubuh suaminya. Desahan itu keluar begitu saja saat Juno mulai menjilati puting payudara Lily dengan penuh hasrat.

Juno semakin bersemangat untuk memberikan kepuasan pada Lily. Dan

Cruss....

Benda tumpul berotot itu akhirnya mampu menjebol gawang pertahan Lily. Darah segar keluar dari liang yang kenyal lembut itu.

"Ahh...., au....!!" seru Lily mendesah kesakitan.

"Sakit sayang" Ucap Lily lirih.

Juno memelankan tempo permainannya untuk memberi kenyamanan pada Lily karena ini yang pertama kali untuknya.

"Maaf sayang, setelah ini akan terasa nikmat" Ucap Juno sambil mengecup kening Lily.

Hingga lima belas menit bermain akhirnya mereka sampai pada klimaks. Lily meremas rambut Juno dan menyebut nama Juno atas permintaan suaminya. Sedang Juno mengerang merasakan nikmat hingga ke ujung kepalanya.

🌼🌼🌼

"Istriku yang cantik, berhubung Embun belum pulang. gimana kalau kita.." bujuk rayu Juno pada Lily yang tengah berbaring di ranjang tanpa selembar baju.

"Lagi? tapi sakit sayang. Nanti ya?" ucap Lily memohon kelonggaran.

"Sakit tapi enak kan? lagi ya!" ucap Juno sambil meraba tubuh Lily.