webnovel

Aku dan Kau "bukan kita"

Aku tidak ingin menjadi jalan raya,yang kau lewati setiap hari tanpa mau kau singgahi. Aku juga tidak mau menjadi sebuah cafe yang kau singgahi saat sunyi dan kau tinggalkan saat semua seakan membaik. Tapi izinkan aku menjadi rumah bagi mu,tempat kau pulang dari lelah nya kau berpetualang di luar sana. Walau rumah tak selalu hangat, setidaknya rumah tak akan pernah berpindah,tapi ingat rumah bisa roboh dan rusak karna sering tidak di pedulikan. Karna menjatuhkan hati ini pada mu bukan lah ingin ku. Perihal alasan mengapa aku menjatuhkan nya padamu,aku tak punya alasan yang tepat untuk itu. Tapi mungkin karna saat bersama mu aku merasakan perasaan yang berbeda,perasaan yang belum pernah ku rasakan di manusia lain. **** Apa yang akan terjadi saat nyaman mampu menciptakan rasa dan seolah ingin menjadikan nya nyata,tapi dia tak kunjung merasakan cinta

Soneta_Sitohang · Teen
Not enough ratings
108 Chs

utuh

Setelah Niko selesai mengajari Acha, ia berniat untuk segera pulang.

Acha mengantar kan Niko sampai ke tempat motornya diparkirkan. Acha mencoba untuk membuka pembicaraan tentang keluarga Niko karena sudah beberapa kali ini menunda untuk membicarakan hal ini pada Niko.

la pikir ini adalah saat yang tepat.

"Nik, lo ga ada niat untuk tinggal bareng sama om Wildan?" ucap Acha pelan agar tidak merusak mood Niko.

Acha langsung mengarah ke topik utama tanpa basa basi terlebih dahulu. Karena Acha memang tidak pandai basa basi dan ia juga tahu bahwa Niko tidak suka bada basi.

Niko menghembuskan nafas nya pelan.

"kan dia sekarang udah tinggal sama keluarga nya."

"Nik, om Wildan beneran sakit, kata papah udah satu Minggu om Wildan gak masuk kerja. ltu pasti karena om Wildan mikirin lo, mikirin gimana keadaan lo. Lala kan juga udah minta maaf sama lo nik, dia udah tau kalo semua ini salah mamanya,"

"Kita gak tau apa masalah orang tua kalian di masa lalu sampe ini terjadi, tapi mau gimana pun itu, lo harus belajar nerima kenyataan, jangan menyiksa diri lo sendiri. Mungkin kalau lo tinggal di rumahnya Lala suasananya gak akan sama kaya di rumah lo bareng sama keluarga lengkap lo, Tapi lo pastinya om Wildan akan lebih seneng kalau  tinggal bareng lo."ucap Acha mencoba untuk membujuk Niko

"Gue pikir pikir dulu. udah yah gue pulang!" ucap Niko sambil menghidupkan mesin motor nya.

Perlahan suara motor Niko tak terdengar lagi di telinga Acha.

 ....

Niko sampai dirumahnya. Di halaman rumah itu sudah terparkir mobil putih yang tampak tak asing untuk Niko.

Niko langsung masuk ke rumahnya, dan ia mendapati kakeknya dan om Roni  yang sedang menunggu Niko di ruang tamu.

Melihat kehadiran mereka dengan cepat Niko langsung berlari ke arah mereka.

Niko langsung memeluk pria yang usianya kira kira 70 tahun itu, yang tak lain adalah ayah dari Jania.

Dari dulu Niko memang lebih dekat dengan keluarga mamanya dan Niko juga sangat dekat dengan kakeknya ini.

Tapi saat mama Jania meninggal beberapa Minggu lalu, kakeknya tidak bisa datang karna sedang ada di luar negeri untuk mengurus beberapa bisnisnya.

"Kakek kenapa baru datang sekarang sih?" tanya Niko setelah melepaskan pelukannya

"Maaf, kemaren itu ada beberapa bisnis yang gak bisa kakek tinggal." jawab kakek Niko

"Kakek udah umur segini masih aja mikirin bisnis!"

"Kamu pikir kakek udah tua, umurnya doang itu yang udah kepala 7, tapi jiwanya masih kepala 3" ucap laki laki yang datang bersama kakek Niko yang tak lain adalah Roni, paman Niko.

"Ya harus gitu dong!" ucap kakek Niko yang membuat Niko tertawa kecil.

Setelah mereka bersenda gurau sebenar, baru lah kakek Niko mulai untuk membicarakan hal yang serius. Yaitu membahas hal yang menjadi alasan mereka mengunjungi Niko saat ini.

"Kamu tinggal sendiri di sini?" tanya kakek Niko sambil melihat seisi ruangan itu

"Enggak, Niko di sini sama bibik, pembantu di sini!" ucap Niko

"Niko, kamu tinggal sama papa kamu yah"

"Kakek sama om udah lama di sini? makan dulu yuk" ucap Niko mengalihkan pembicaraan

"Niko....mungkin udah saatnya kamu tau kebenarannya." ucap kakek Niko kembali fokus pada topik pembicaraan

"Sebenernya....mama mu udah tau dari dulu kalo papa mu punya keluarga lain." ucap kakek Niko yang seketika membuat Niko tercengang

Niko mengerut kan dahinya heran.

"maksud kakek gimana sih?"

"Jadi mama mu sama papa mu itu di jodoh kan oleh nenek mu dulu, mereka berdua gak saling cinta, mereka terpaksa menikah karena nenek mu mengancam ingin bunuh diri bila mama mu gak nikah sama papa mu" jelas kakek Niko.

"Jadi mama diem aja tau papa punya keluarga lain? jadi udah belasan tahun mama biarin papa kaya gitu?"

Roni menghela nafas.

"mama sama papa kamu itu sebenarnya tidak saling mencintai, mereka hanya melakukan pernikahan ini demi orang tua, makanya mama mu tidak keberatan papamu punya keluarga lain. Asalkan kamu tidak tau!" tambah Roni

"Dan istri kedua papa kamu itu adalah teman mama kamu, mama kamu minta semua ini di rahasiakan dari kamu, tapi mungkin ini udah saat nya kamu tau Niko" ucap kakek Niko

"Niko gak ngerti sama jalan pikiran mama. kenapa mama mau di dua in kaya gini sih!" ucap Niko yang tidak terima dengan keputusan almarhum mamanya

"Mama kamu itu orangnya baik banget Niko, dia gak pernah mau nyakitin siapa pun. mama mu juga gak  mau memisahkan papa mu dari istri kedua itu karna mama mu tau kalau mereka saling mencintai." ucap kakek Niko

"Mama mu seperti udah ada filing bahwa dia akan meninggal sebelum kamu tau semuanya, jadi mama mu titip pesan sama kakek untuk jangan biarkan kamu terpisah sama papa kamu. papa mu itu sayang Niko sama kamu, tolong jangan buat mama mu kecewa. tinggal sama papa kamu yah?" bujuk kakek Niko lagi

"Kek gimana cara nya Niko tinggal sama keluarga yang udah menghancurkan keutuhan keluarga Niko!" ucap Niko memberontak

"Niko, mereka gak menghancurkan keluarga kamu! tolong jangan kecewakan mama kamu. Isti kedua papa mu itu temen baik mama mu, dia pasti akan memperlakukan kamu seperti anaknya juga." tambah  kakek Niko

"Niko, papa mu sekarang lagi sakit. kamu udah kehilangan mama, jangan tunggu kamu kehilangan untuk yang kedua kalinya baru kamu sadar." ucap roni

"Kamu laki laki Niko, harus berani ambil keputusan sebelum semuanya terlambat"

Setelah mengetahui semua nya dari kakek dan omnya. Akhirnya Niko jadi sedikit menurunkan egonya, tidak ada salahnya juga ia mencoba untuk berdamai dengan masa lalu keluarga nya, yang menyebabkan semua ini terjadi.

Hari ini sepulang sekolah Niko mengajak Acha untuk menemaninya datang ke rumah Wildan beserta keluarganya. Niatnya ke tempat itu tentu untuk melihat keadaan Wildan yang kata nya sudah 1 Minggu jatuh sakit.

Setelah sampai di rumah itu, rasanya Niko sangat sulit melangkah masuk kedalamnya. Tidak dapat di pungkiri hati Niko masih sulit menerima kedatangan keluarga ini di hidup nya.

Tapi lagi lagi Acha mencoba meyakinkan Niko bahwa semua akan segera membaik.

Setelah mereka mengetuk pintu rumah itu, yang keluar adalah seorang wanita dengan rambut panjang yang tak lain adalah Sinta, mama Lala atau istri kedua Wildan.

"Haiii Tante" sapa Acha

Sinta tidak fokus mendengar sapaan Acha, ia hanya fokus melihat sosok yang datang dengan Acha kala itu yaitu Niko, anak dari suami dan sahabatnya.

Setelah 5 detik memandangi Niko, Sinta langsung memegang kedua tangan Niko

"Maafin Tante! kamu boleh benci sama tante dan Lala tapi tolong jangan benci sama papa kamu, karena dia sangat butuh kamu!" ucap mama Sinta dengan nada suara yang menahan tangis.

"Dimana papa?" tanya Niko sambil melepaskan genggaman Sinta.

"Papa ada di dalem ayo masuk"

melihat kehadiran Niko di kamarnya, dengan gerakan yang sedikit sulit  Wildan mencoba untuk duduk. Melihat Wildan kesusahan untuk duduk Niko langsung menolongnya.

Setelah Wildan berhasil duduk di atas tempat tidurnya, Wildan Langung memeluk Niko erat.

"maafin papa!" ucap wildan tanpa melepaskan pelukannya

Seketika ruangan itu menjadi penuh haru, Niko dan Wildan di banjiri air mata, Acha pun tak sanggup menahan air matanya yang juga terjatuh melihat adegan mengharukan ini.

"Niko udah tau semua kejelasan permasalahannya dari kakek dan om Roni!" ucap Niko dengan sedikit isakan

"Kamu tinggal di sini yah sama papa!" ucap Wildan memohon

Niko melihat ke arah Sinta yang berdiri tak jauh darinya seakan meminta persetujuan.

"Tante bakalan seneng banget kalo kamu mau tinggal di sini bareng kita, kita bakal coba mulai hidup baru sama sama" ucap Sinta dengan senyuman tulus.

"Papa gak mau ninggalin kamu lagi Niko, mulai sekarang kita harus bareng bareng lagi"

Niko mengangguk agungkan kepalanya tanda setuju.

Setelah keadaan di ruangan ini udah sedikit menghangat tiba tiba Lala masuk ke ruangan itu.

"Niko? Acha? " ucap Lala heran melihat kehadiran kedua temennya itu

"Mulai sekarang Niko akan tinggal bareng sama kita di sini sayang!" ucap Sinta sambil merangkul pundak Lala

"Ha... Serius?" ucap Lala antusias

"Akhirnya, pokoknya kalo Niko udah bareng di sini sama kita papa harus cepet sembuh ya." ucap Lala pelan

"Kalau semuanya udah kumpul pasti bentar lagi papa sembuh kok." jawab Wildan sambil tersenyum simpul.

"Yaudah kalo gitu Niko pulang dulu ya ngambil barang barang sekalian nganterin Acha pulang" ucap Niko lalu berdiri dari samping Wildan.

"Kamu bisa bawa barang barang sendiri? gak pernah di bantu?" tanya Sinta

"Ga usah tante, barang barang Niko dikit kok"

Niko keluar dari ruangan itu dan di susul oleh Acha,tapi sebelum Acha keluar Wildan sempat mengucapkan terimakasih pada Acha.

Walau sebenarnya ini bukan hanya karna Acha yang membujuk Niko, tapi Wildan percaya bahwa Acha juga membatu membujuk Niko.

.....

Setelah sampai di rumah Acha. Niko mengembuskan nafasnya pelan, penuh arti.

"Sedikit lega kan? perlahan semua bakalan membaik kok." ucap Acha setelah turun dari motor

"Semoga aja deh"

"Yaudah langsung pulang deh, beres beres barang yang mau di bawa. btw rumah kita jadi deket dong nih!" ucap Acha di sertai senyuman

"Iya, biar gue gak jauh jauh kalo lo tiba tiba pengen keluar makan sate"

"Hehehe udah sama pulang" Acha tertawa kecil.

Perlahan motor Niko mulai menjauh.

Acha tersenyum lega, akhirnya perlahan masalah keluarga sahabatnya itu membaik.

Segalanya permasalahan akan terasa sedikit ringan bila kita mau menurun kan ego masing masing.