webnovel

Perjanjian Pranikah

"Lima Tahun. Cukup hanya lima tahun usia pernikahan kita, don't you agree?", tegas Nathan setelah duduk dengan tenang dihadapan Adelia.

"Aku akan memberikan kebebasan untukmu dalam segala hal dan kamu tetap memiliki privasimu sendiri. Walaupun kita menikah, kita akan mempunyai kamar masing-masing jadi jangan takut, tidak akan ada kontak fisik antara kita.", Nathan berkata memperhatikan raut muka Adelia dihadapannya.

"Tiga tahun, aku rasa itu lebih dari cukup untuk meyakinkan keluarga kita kalau kita memang tidak ada kecocokan satu sama lain. Aku sangat setuju dengan semua perkataan kamu. Diantara kita tak perlu ada kepura-puraan. Tapi mungkin apabila berhadapan dengan para orang tua, setidaknya mereka tidak perlu tahu mengenai ini bukan?. Aku hanya tak ingin menyinggung hati papa dan mama ku.", balas Adelia dengan dingin.

"Pernikahan ini tidak perlu dipublikasikan, kita menikah cukup keluarga saja yang tahu, aku rasa kamu akan setuju usul ku.", tegasnya lagi.

"Sepertinya kita memang bisa bekerjasama. Aku telah memiliki rumah di pinggiran kota agak jauh dari rumah keluarga jadi setidaknya mereka tidak perlu tahu keseharian kita. Utamakan jangan ada skandal sampai akhir pernikahan kita. Setuju?", ujar Nathan sambil mengulurkan tangannya.

"Setuju", ujar Adelia mantap menyambut uluran tangan Nathan. Aliran hangat mengalir antara keduanya sehingga mereka saling menarik tangan mereka.

"Apakah perlu kita buat perjanjian tertulis dengan pengacara kita? Aku rasa pengacara aku atau kamu bisa membuatnya.", Adelia berkata sambil menyilangkan tangannya didepan dadanya. Nathan terpesona melihat wanita yang duduk dihadapannya, namun buru-buru dia mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

"Tidak usah. Kurasa tak perlu ada yang tau mengenai hal ini. Ingatanku kuat, kalau kamu ngga ingat, aku akan mengingatkan mu tentang perjanjian ini. Bukankan banyak cerita justru dengan adanya bukti tertulis malah hanya akan membuat masalah jadi rumit.", ujar Nathan tegas.

"Baiklah. Aku mempercayai mu jadi kurasa kamu ngga akan mengingkari perjanjian lisan kita. Jangan publikasi kan pernikahan ini, itu pintaku yang utama.", ujar Adelia.

"Oke, sepertinya sudah makin malam, aku pulang ya.", ujar Adelia berdiri dari kursinya.

"Aku antar, kamu kan ngga bawa kendaraan kesini.", ujar Nathan buru-buru bangun dan melangkah. "Aku bayar dulu ya".

Adelia mengangguk dan kemudian dia berjalan menuju keluar restoran. Menunggu di dekat mobil Nathan, taklama ada sebuah mobil yang memasuki halaman restoran. Dari mobil tersebut keluarlah seorang wanita cantik dari pintu supir. Seperti nya wanita cantik itu mengendarai mobil nya sendiri. Dari tempatnya berdiri, Adelia dapat melihat Nathan yang baru keluar dari restoran lalu dia menegur wanita cantik yang baru datang.

"Hai kamu baru kembali? Kenapa bawa mobil sendiri? Kemana pak Atmo?.", cerocos Nathan.

"Iya nih, cape banget. Pak Atmo ngga masuk, istri nya sakit. Bagusnya Uda aku daftarin mereka asuransi kesehatan.", ujar wanita cantik itu manja. Nathan mencari sosok Adelia, lalu ia menggandeng wanita itu berjalan menuju tempat Adelia berdiri.

"Kenalkan ini Lia, yang tadi aku ceritakan.", ujar Nathan ke Adelia. Adelia mengulurkan tangannya, Lia menyambut nya namun terlihat mukanya penuh pertanyaan.

"Ini Adelia, calon istriku.", jawab singkat Nathan.

Lia tampak kaget namun dia berusaha menyembunyikan, namun Adelia sudah dapat menangkap keterkejutan Lia.

Kemudian ia menarik tangan nya tersenyum tulus lalu berkata," Kamu masih mau disini? Aku mau pulang besok ada meeting intern pagi hari.".

"Iya aku antar sayang, sabar lah". Lalu membuka pintu untuk Adelia dan Adelia tersenyum lagi ke Lia lalu masuk ke mobil Nathan.

"Aku duluan ya, antar tuan putri itu dulu.", ujar Nathan menepuk lengan Lia pelan lalu masuk ke mobilnya.

Taklama mobil telah melaju keluar dari halaman restoran menuju kembali ke kota J. Saat yang sama, ada aura kesedihan dimuka Lia memandang kepergian Nathan.