webnovel

Makan Siang

Di salah satu sudut restoran tampak Nathan dan Adelia duduk berhadapan. Adelia sibuk membolak-balik menu menghindari tatapan tajam Nathan di depannya. Tak lama datang seorang pelayan menghampiri mereka.

"Selamat Siang pak Nathan, mau pesan apa hari ini? Bapak ngga ada janji ya sama ibu Lia, soalnya ibu Lia nya meeting di Bogor", ujar pelayan itu ramah.

"Aku seperti biasa aja ya. Bawakan kue black forest yang Minggu lalu aku cicip juga ya. Oh ya ngga usa kasih tau Lia aku kesini, aku juga dadakan kok ke sininya.", ujar Nathan ramah. Lalu dia menepuk lembut tangan Adelia yang ada di atas meja.

"Kamu pesan apa sayang?. Disini makanan nya enak, masakan Sunda", tegurnya yang membuat kaget pelayan itu sementara yang ditegur tetap cuek membolak-balik menu ditangannya.

Si pelayan menatap ke arah Adelia menunggu jawaban sambil mencari-cari tahu siapa wanita cantik yang bersama Nathan. Nathan sepertinya tahu tatapan mata pelayan itu lalu berujar, " Ini tunangan saya, sebentar lagi menjadi istri saya", makin kaget lah pelayan itu.

"Wah selamat ya pak. Saya pikir calon bapak itu ibu Lia, ngga taunya ... uppss maaaf.", tampak pelayan itu serba salah.

"Aku pesan jus jambu merah aja deh mba.", singkat ucap Adelia sambil menutup buku menu agak keras.

Lalu pelayan itu meninggalkan mereka berdua. Nathan tersenyum melihat tingkah Adelia, "Kenapa? Makin cemburu ya.", goda nya dengan senyum yang amat manis.

"Hah? Pak Nathan, kamu Uda minum obat?. Cepetan gih minum, ntar kambuh lagi deh.", ujar Adelia agak kesal.

Tertawa lepas lah Nathan melihatnya. Tak lama ada notif pesan masuk ke HP Adelia, lalu dengan segera dia menghubungi kembali no yang memberi pesan.

"Sayang, kalo kamu mau pulang, jangan lupa pesan aku tadi ya. muaaach love you.", ujarnya mesra. Raut muka Nathan berubah.

"Siapa itu?.", sambil tangannya berusaha meraih HP Adelia.

Adelia seperti sengaja memberikan HP nya, Nathan langsung mencari-cari nomor HP yang baru ditelp Adelia. Dia hanya menemukan nama Sekertaris Heru di nomor panggilan keluar. Tertawa lepas lah Adelia melihat muka panik Nathan.

"Kamu tuh ya sengaja ngerjain aku?.", nada suara Nathan terdengar kekesalannya.

"Makanya Bapak Nathan, jangan suka mempermainkan aku, aku juga bisa melakukan apa yang bapak lakukan.", ujar Adelia disela tawanya.

Tak lama pesanan datang. Adelia segera saja menyeruput jus jambu merah nya sementara Nathan mulai menyantap hidangan ayam bakar dengan sayur asem nya.

"Kok kamu makan sederhana banget si?. Ngga makan kaya semacam steak atau western food?.", tanya Adelia heran.

"Uda gitu biasanya bos besar macam kamu tuh kan makannya di restoran mewah di atas puncak tapi ini malah makan di restoran sederhana gini. Enak banget si suasananya, suka aja si.", ujarnya lagi.

"Ini salah satu restoran aku. Join sama kawanku, Lia. Aku penanam modal, dia yang menjalankan. Kebetulan tanah resto ini milik keluarga ku jadi aku ngga perlu sewa tempat. Lia itu adik kelas ku di SMA, dia sudah seperti adikku sendiri.", panjang lebar Nathan menjelaskan sambil tetap menyantap makanannya.

Sambil makan, dia memperhatikan perubahan di raut muka Adelia.

"Lalu cewe tadi yang masuk mini market siapanya kamu? Adik sepupu atau Adik ketemu gede?", goda Adelia lagi.

"Kok kamu bisa tau si?. Dia anaknya Tante Nani, adik mama. Dia baru pulang dari Ausi, baru tiba kemaren, makanya Minggu lalu kamu tidak melihat dia. Lidya itu anaknya manja banget sama aku, karena dia anak tunggal. Kalau lihat aku ya seperti itu, nempel kaya perangko. Kami tuh ke mini market mau menemui pacarnya dan Uda ketemu makanya aku berani tinggal dia. Aku kenal baik pacarnya, dia temanku.", ujar Nathan menjelaskan.

Nathan makan dengan lahap, sebentar saja makanan yang dihadapannya sudah habis. Lalu ia melap mulutnya dan berjalan menuju wastafel di dekat mereka lalu mencuci tangannya. Adelia hanya duduk diam di tempatnya tanpa tau harus berkata apapun.