webnovel

Meeting Pagi

Waktu di jam tangan Adelia baru menunjukkan pukul 7.15 namun gadis itu telah tiba di kantornya. Memasuki ruang meeting masih belum ada orang yang datang. Adelia mengambil posisi duduk disamping kiri Direktur Utama, Andika Putra yang merupakan sahabat nya sejak kecil.

Adelia dan Andika merintis perusahaan ini sejak dari nol, dan karena kegigihan mereka, perusahaan mereka kini diakui sebagai yang lumayan besar di industri hiburan. Taklama masuklah sosok pria yang sangat bersahaja, dialah Andika Putra, langsung menempati posisi diujung meja meeting.

"Kamu baru datang?", tanya nya ramah kepada Adelia.

"Iya ne. Aduh pagi-pagi macet banget jalanan menunju ke sini. Gimana kabar Naomi? Aku kemaren di telpon dia tapi dia lagi nangis. Aku ngga ngerti maksudnya. Dia akan menelpon lagi kalo sudah tenang, trus udahannya aku lupa telpon balik ke dia", ujar Adelia menyelidik.

"Nanti aku cerita deh", ujar Andika pelan, saat ia melihat satu persatu pegawai nya masuk ke ruang meeting.

Sebentar saja ruang meeting sudah penuh. Meeting berjalan dengan cepat karena sepertinya mood Direktur sedang jelek, Andika sempat marah-marah di ruang meeting. Andika keluar dari ruang meeting dengan kesal, di ikuti Adelia dibelakangnya. Saat memasuki ruang kerjanya, Andika membanting dirinya duduk di bangku kerja dengan agak keras. Adelia menutup pintu ruang kerja Andika dan membawakan secangkir teh melati ditangannya. Teh itu ia letakkan di meja depan Andika.

"Ada apa? Kok kayaknya mood kamu lagi jelek banget hari ini", ujar Adelia sambil duduk dihadapan Andika.

"Itu para manajer artis ngga beres kerjanya", ujarnya sambil mengambil cangkir teh nya. Kemudian dia tampak menyeruput teh nya dan ketenangan mulai dilihat dimuka Andika.

"Aku tau, pasti bukan itu alasannya kan?. Kenapa?", desak Adelia. Dia lalu beranjak berdiri dibelakang Andika lalu mulai memijat bahunya. Andika sangat menikmati setiap pijatan Adelia.

"Kamu selalu tau apa yang aku mau dan membuat hatiku tenang. Naomi benar-benar membuatku kesal. Aku hampir saja menamparnya kemarin", ujar Andika berkeluh kesah.

"Loh kok gitu? Emang dia salah apa? Jangan gitu akh sama perempuan, ngga baik. Apalagi kamu mau menikah dengannya", nasehat Adelia.

Andika menepuk punggung nya menyuruh Adelia memijat punggung nya. Adelia kemudian menepuk ringan punggung Andika.

"Cape akh, bayar dong pijatan aku", ujarnya merajuk. Andika langsung mengeluarkan kartu ATM dan kartu kredit dari dompetnya.

"Tuh ambil sendiri tapi pijitin punggung ku juga", ujarnya sambil tangannya meraih tangan Adelia menuju ke punggung nya. " Dasar", tetap saja Adelia memijat punggung Andika.

"Pijatan kamu enak, bikin orang relaks", ujar Andika memuji.

Tak berapa lama terdengar nafas teratur Andika yang menelungkup di meja kerja nya.

"Lah ini orang tidur", bisik Adelia.

Dia lalu memposisikan Andika menyandar di bangkunya lalu menarik sofa kecil ke dekat bangku Andika dan meletakkan kaki Andika di atasnya. Makin relaks tubuh Andika dalam tidurnya. Kemudian pelan-pelan Adelia beranjak keluar dari ruangan Andika, menutup pintunya pelan sekali.

" Roni, bos besar lagi jelek moodnya. Dia lagi tidur sekarang, jadi kalo ada yang datang dan belum ada janji, suruh buat janji dulu, bilang aja dia ngga ada di kantor. Tapi kalau Uda ada janji, suruh ke ruang kerja saya", instruksi Adelia ke sekertaris Andika.

" Oh baik Bu Adelia. Iya Bu, seperti nya bapak sudah 2 hari ini moodnya jelek Bu", ujar Roni mengangguk. Kemudian Adelia melangkah menuju ke ruang kerjanya.

"Bu Adelia yang paling tau kuncinya pak Andika. Sampai Bu Naomi aja ngga tau mau nya pak Andika", desah Roni memandangi punggung Adelia. Kemudian dia kembali melanjutkan pekerjaan nya.