webnovel

Neneknya yang Unik

.

.

.

Di kediaman Shen, setelah Wei Yuna pergi dari sana, Shen Yiyi merasa lega karena tidak perlu melihat paras munafik sepupu yang tidak sedarah dengannya itu.

Di depan semua orang, Wei Yuna tampak begitu lembut dan penyayang, tapi siapa yang menyangka bahwa wanita itu bahkan tanpa segan melumuri tangan kotornya dengan darah orang lain untuk mendapatkan keinginannya.

Sudahlah!! Shen Yiyi tidak ingin memikirkan wanita ular beludak itu. Saat ini belum tiba waktu bagi Shen Yiyi untuk membuka topeng Wei Yuna!

Sejak Shen Yiyi bangkit dari kematiannya, ada begitu banyak hal yang terjadi, terutama adalah kecelakaan yang terjadi antara dirinya dan Mu Shenan semalam. Mengingat itu, sekelebat memori seketika membuat tubuh Shen Yiyi bergidik! Mu Shenan benar-benar serigala busuk! Kemudian dengan langkah gontai, Shen Yiyi melangkah menuju kamar pribadinya yang sudah sangat dirindukannya itu.

Perlahan, ia membuka pintu dan mengarahkan pandangannya menyusuri setiap sudut yang ada disana. Furniture dan segala hal disana masih tetap sama, tidak ada satu-pun yang berubah.

Berjalan beberapa langkah, Shen Yiyi merasakan kembali tubuhnya yang telah remuk redam tersebut. Kemudian sambil meletakkan tas kecil dan paket hadiah dari kakeknya, ia langsung merebahkan tubuh rampingnya di atas ranjang tipe Majesti Vi yang terbuat dari enam ribu busa yang sangat nyaman dipadu dengan bahan katun, kasmir dan sutera yang sungguh terasa lembut itu.

"Nyaman sekali... " Shen Yiyi bergumam sambil melihat ke langit-langit kamarnya. Putih gading dengan ornamen-ornamen alam, membuat kamar itu terasa sejuk, sangat sejuk, sampai-sampai mengantarkan Shen Yiyi ke dalam alam mimpi. Kali ini, Shen Yiyi harus benar-benar beristirahat dan memulihkan kekuatannya kembali.

Sementara itu, diruang kerja, Shen Haoran nampaknya telah menyiapkan sesuatu untuk menyambut kepulangan anak perempuannya.

Dari dalam lacinya, ia mengambil sebuah kotak besar yang sedikit terasa berat itu. Perlahan, Shen Haoran, mengambil kotak itu dan membuka isinya, hanya untuk melihat apakah isi didalamnya masih sama.

Benar, itu adalah hadiah yang sudah Shen Haoran persiapkan selama dua tahun lalu. Tetapi sayangnya, kepergian anaknya secara tiba-tiba, membuat Shen Haoran tidak dapat memberikannya ketika itu.

Dengan langkah pasti, Shen Haoran yang pendiam itupun berjalan menuju ke kamar putri kecilnya yang saat ini telah tertidur dengan lelapnya. Mendengar putrinya sampai mendengkur, membuat Shen Haoran menyunggingkan senyumnya sembari menggelengkan kepalanya perlahan.

Menaruh kotak hadiah itu di atas meja, Shen Haoran berlalu meninggalkan Shen Yiyi yang saat ini tengah memeluk guling besar itu.

.

.

.

Beberapa hari kemudian, di perusahaan Mu, asisten Bai terlihat sibuk membantu Mu Shenan yang sedang memimpin rapat pemegang saham dengan terampil. Rapat itu begitu penting karena dihadiri oleh semua stakeholders di perusahaan Mu, termasuk Nyonya Besar Tua yang sangat ingin bertemu dengan cucu yang dirindukannya.

Sebenarnya, beberapa hari lalu, Nyonya Besar Tua selalu menelepon cucu dinginnya itu untuk segera membawa cucu menantunya berkunjung ke Kediaman Mu, tapi sayangnya, telepon Mu Shenan selalu dijawab oleh asisten Bai yang mengatakan bahwa bosnya sedang ada rapat.

Mu Shenan ingin bersembunyi dari Nyonya Besar Tua Mu dan memakai asisten Bai untuk mengelabuhinya! Dasar cucu kurang ajar! Mengingat asisten Bai tidak pernah bisa diajak bekerjasama, Nyonya Besar Tua pun sedikit merasa jengkel.

Jika Nyonya Besar Tua tidak bisa menggaet hati asisten Bai untuk menjadi mata-matanya, maka terpaksa Nyonya Besar Tua akan memakai cara yang lainnya untuk mengawasi cucu nakalnya itu, mungkin saja... dengan memasang kamera pengintai, menyewa detektif, atau bahkan membeli satelit untuk merekam jejaknya!

Ya, Nyonya Besar Tua pasti akan melakukannya!

Setelah rapat pemegang saham selesai dan semua tamu pergi meninggalkan ruang rapat, tinggal-lah Mu Shenan dan neneknya itu di dalam sana. Tidak menunggu lama, Nyonya Besar Tua bergegas menghampiri Mu Shenan dan langsung memukul bahunya yang kokoh dengan tongkat kayu yang dipegangnya.

Keras, Nyonya Besar Tua memukulnya dengan sangat keras! Bahkan hampir dengan seluruh tenaga di-usia senjanya.

"Aww!! Nenek!" Mu Shenan sedikit meringis menahan rasa nyeri di bahu kirinya yang habis dipukul oleh wanita tua itu.

"Lihatlah, kau begitu kurang ajar!" Sang nenek lalu menghentikan pukulannya.

Bukankah ini sangat memalukan? Seorang CEO Besar yang sangat dihormati telah dipukul oleh tongkat neneknya!

"Bocah nakal! Ke mana saja kau beberapa hari ini?! Bukankah aku sudah menyuruhmu membawa Yiyi pulang ke kediaman Mu?! Tapi kau malah- aduh.. aduh.. kepalaku!!" perkataan Nyonya besar Tua terpotong karena rasa sakit yang tiba-tiba menjalar di kepala nya.

Ia memegang dan mengusap-ngusap pelipisnya yang tidak sakit itu dan memperlihatkan kepada Mu Shenan betapa menderitanya dirinya di-usia yang sudah sangat tua!

"Nenek, mana yang sakit?" Mu Shenan terlihat panik melihat neneknya itu mengaduh kesakitan.

"Dasar bocah bodoh! Aku sakit karena ingin melihat Yiyi!!" Nyonya besar Tua mulai memamerkan tipuan dahsyatnya kali ini.

Mendengar kata-kata sang nenek, Mu Shenan terlihat sedikit kesal. Namun, ia menurunkan ego-nya supaya neneknya yang sudah sangat tua itu tidak terlihat menderita.

"Baiklah.. Baiklah.. aku akan membawa Yiyi ke Kediaman Mu hari ini." Langsung memapah lengan neneknya yang rapuh, Mu Shenan berjanji untuk menenangkan hati nenek nya itu. Entah, dia bisa memenuhinya atau tidak, yang pasti untuk saat ini, dia hanya bisa sedikit memberikan janji manis kepada Nyonya Besar Tua.

"Anak pintar... uhuk... uhuk..." Nyonya besar Tua tersenyum dengan sangat puas! Jika saja ia tahu kelemahan Mu Shenan adalah kesehatan tubuhnya yang telah tua, mengapa tidak dari dulu saja ia berakting?

Melihat Mu Shenan sudah berada dalam genggamannya, Nyonya Besar Tua-pun bergegas untuk pamit pulang karena malam ini ia ingin mempersiapkan makanan untuk cucu menantunya itu. Namun, saat ia baru sampai di lobi perusahaan, tanpa sadar, Nyonya Besar Tua mendengar suara bisik-bisik dari para wanita yang ada disana.

"Wah, CEO Mu tampan sekali.." puji seorang karyawan yang memakai rok begitu ketat.

"Iya, sangat tampan, mungkin nanti saat ia keluar, aku ingin sedikit menggodanya." timpal yang lainnya.

"Cih! Jangan harap, mungkin aku yang duluan mendapatkannya!" jawab yang lainnya.

Mendengar semua kata-kata bualan itu, Nyonya Besar Tua sedikit merasa tidak terima! Bagaimana mungkin para itik buruk rupa itu mampu bersaing dengan Yiyi-nya?! Karena rasa jengkel, Nyonya Besar Tua memutuskan berjalan dengan perlahan dan dengan sengaja menabrak para gadis itu yang sedang membawa cangkir kopi panas di tangannya.

"Awww. Aduh! Aduh! Panas!" seru mereka semuanya yang telah terguyur air kopi pada baju dan roknya.

"Oh, maaf. Nenek tidak sengaja." kata Nyonya Besar Tua diiringi oleh anggukan para wanita yang bergegas untuk pergi mengganti pakaiannya.

Sekelebat senyuman licik terlihat menghiasi wajah wanita tua itu. Berlalu dari sana, ia segera menyuruh sopirnya untuk mengantarkannya pulang, kembali ke kediaman Mu.

****