webnovel

Dimana Dia?

.

.

.

Setelah Nyonya Besar Tua kembali ke rumahnya, Mu Shenan terlihat mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan jari-jemarinya yang panjang. Sesekali, ia membolak-balikkan dokumen dihadapannya itu, namun seakan ada hal yang yang sedang dipikirkannya.

Dari arah luar, nampak asisten Bai mendongakkan kepalanya untuk mengintip apa yang sedang bosnya itu lakukan. Setelah mengetuk pintu di depannya beberapa kali, asisten Bai segera masuk ke dalamnya untuk menyerahkan beberapa dokumen penting lainnya.

Berdiri dihadapan Mu Shenan, asisten Bai hanya bisa terdiam. Bosnya ini, meskipun sudah dipanggil beberapa kali, namun belum juga meresponi keberadaan asisten Bai.

"Tuan..." Asisten Bai memanggilnya, namun sepertinya bosnya itu terlihat masih saja asyik dengan dunianya sendiri.

"Tuan Mu.." ucapnya kembali menanti sebuah jawaban.

Entah mengapa, kali ini, Mu Shenan sulit untuk berkonsentrasi dengan pekerjaannya, seakan ia sedang memikirkan sesuatu, tapi sesuatu apakah itu, hanya dia dan surga yang tahu. Saat lamunannya itu telah menjeratnya, sayu-sayu ia mendengar suara dehaman dari asisten yang seakan menuntut untuk mendapat perhatiannya.

"Ehem.. Tuan Mu, ini adalah laporan yang anda minta." Asisten Bai sembari menyodorkan berkas yang ada ditangannya itu.

Tanpa meresponi kata-kata asisten Bai, Mu Shenan terdengar memberikan sebuah pertanyaan lain yang sepertinya tidak dimengerti oleh asisten Bai.

"Dia... Dimana?" Mu Shenan bertanya sambil mengetik sesuatu di layar laptop Luvaglio One MDL-nya yang elegan dan mewah dengan warna coklat kayu yang menawan.

"Emm... Dia... Dia siapa yang Tuan maksudkan?" Asisten Bai mengernyit memikirkan siapa kira-kira orang yang dimaksud oleh bosnya saat ini.

Setelah berpikir beberapa saat, asisten Bai tetap tidak mengerti orang yang saat ini dimaksudkan oleh bosnya. Huh! Apakah bosnya ini mengira dirinya adalah seorang peramal yang bisa mengetahui isi pikiran seseorang?!

Melihat penampakan asisten Bai yang sedang menggaruk kepalanya kebingungan, Mu Shenan pun kembali berujar.

"Memangnya ada wanita lain yang pernah kusebutkan?!!" Mu Shenan sedikit menaikkan suaranya karena tidak suka dengan respon asistennya yang sangat lambat!

Mendengar itu, asisten Bai kemudian terkejut. Ya, benar sekali, selain nyonya muda, istri yang tidak disukai bosnya itu, rasanya asisten Bai tidak pernah mendengar bosnya membicarakan wanita lainnya.

"O... Nyonya Muda. Kalau Nyonya, saya tidak mengetahui beliau sedang dimana Tuan." jawab asisten Bai dengan santai se-akan itu bukanlah sebuah masalah yang besar. Benar, selama ini, Shen Yiyi tidak pernah berarti bagi Mu Shenan. Sehingga asisten Bai tidak pernah terlalu perduli untuk mengurusi wanita yang terabaikan itu.

Mendengar asisten Bai tidak bisa menjawab pertanyaannya, seketika raut wajah Mu Shenan menjadi berubah! Gelap, bagai pusaran kekelaman pada lubang hitam di angkasa.

"Apa?!" Langsung menutup laptopnya dengan keras, Mu Shenan terlihat sedikit marah dengan nada yang sepertinya agak tinggi ditelinga asisten Bai.

Melihat bosnya bersikap begitu, keringat dingin asisten Bai mulai bercucuran. Aduh, sepertinya, ia telah mengatakan hal yang salah! Bagaimana ini?! Dengan sedikit rasa gemetar, asisten Bai kemudian memperbaiki kata-katanya.

"Maaf, Tuan Mu, saya akan segera mencari keberadaan Nyonya." Asisten Bai seketika bergegas keluar dari ruangan CEO nya yang menyeramkan itu untuk mencari informasi tentang keberadaan Shen Yiyi.

Kali ini, CEO Mu terlihat sangat garang. Ia harus segera keluar untuk menyelamatkan dirinya!

.

.

.

Sore harinya di kediaman Shen, Shen Yiyi terlihat begitu elegan dengan memakai dress selutut berwarna putih dengan tampilan atas yang sedikit terbuka menampilkan kulit putihnya yang halus dan menawan.

Rambut hitam lebatnya yang tergerai terlihat halus dan berkilau, kedua mata cokelatnya yang indah, bulu matanya yang panjang dan lentik, hidungnya yang mancung dan bibir pinknya yang ramun membuat bunga-bunga di taman itu se-akan merasa iri karena keindahannya.

Ya, sore ini Shen Yiyi terlihat sedang berjalan-jalan di taman bunga mawar kesukaannya! Sudah lama ia tidak menikmati keindahan yang menakjubkan ini!

Dahulu, dialah yang menaman seluruh bunga yang ada disana, satu per-satu. Coba, lihatlah sekarang. Bunga-bunga itu sudah tumbuh besar dan memenuhi kebun yang ada disana dengan warna-warni yang penuh keceriaan.

Memang, Shen Yiyi begitu bodoh dalam hal pelajaran akademik. Entah mengapa, otak-nya seakan tidak sanggup untuk memikirkan hal-hal yang terlalu sulit untuk dipahami! Berbeda halnya dengan hamparan bunga itu, Shen Yiyi merasa tidak perlu melakukan apa-apa untuk menanam dan mengatur mereka. Sungguh sangat mudah.

Saat memandangi hamparan bunga mawar merah yang memanjakan matanya, Shen Yiyi sangat tergoda untuk memetik beberapa tangkai untuk diletakkan di atas meja makan mereka malam ini.

"Pasti indah.." gumamnya dalam hati.

Namun sebelumnya, ia meletakkan bunga-bunga itu dikeranjangnya dan sedikit menghiasnya. Sepertinya ada sesuatu yang akan dilakukannya terlebih dahulu dengan bunga-bunga itu. Sembari membuka sebuah kotak hadiah yang diberikan oleh ayahnya beberapa waktu lalu, Shen Yiyi terdengar bersenandung dengan riangnya.

Benar! Itu adalah kotak peralatan lukis lengkap dengan kanvasnya. Shen Haoran sangat mengenal putrinya itu. Meskipun anaknya tidak pintar, tetapi dia memiliki kelebihan dalam menggambar!

Setelah mengatur semuanya, Shen Yiyi kemudian mulai duduk diatas rumput dan memandang bunga yang akan dilukisnya. Bunga-bunga itu begitu cantik, namun entah mengapa hati Shen Yiyi sedikit merasa tergores sebelum melukisnya.

Perasaan itu begitu mendominasi, sehingga ia kemudian mengambil kuasnya dan mulai mengoleskan tinta disana dengan goresan-goresan kuat seperti ada yang ingin ia sampaikan di dalamnya.

Mengambil warna merah, ia memoleskannya dengan penuh tekanan, mengingat darahnya yang dahulu pernah mengalir! Tangannya sedikit bergetar, dan nafasnya sedikit tidak beraturan ketika ia mengambil warna hitam untuk menunjukkan betapa kelamnya kehidupan yang dulu pernah dialaminya. Pahit! Sangat pahit!

Berhenti sejenak, Shen Yiyi mengambil nafas dalam-dalam. Sepertinya, emosinya saat ini meluap pada lukisan mawar merah itu!

Setelah beberapa waktu kemudian, entah mengapa, sorot matanya yang memerah seketika berubah menjadi sorot mata yang lembut dan penuh kemurnian. Dengan jemari lentiknya, ia kemudian menggoreskan tinta putih dan hijau disana sebagai sebuah harapan baru yang akan menebus semua duka yang pernah dilaluinya dimasa lalu.

Setelah semuanya selesai, ia pun tersenyum lebar. Lukisannya kali ini begitu indah dan mengagumkan seakan-akan itu adalah bunga hidup yang sebenarnya. Sambil menghela nafas penuh kelegaan, samar-samar Shen Yiyi dapat mendengar suara kepala pelayan memanggilnya dari arah rumah.

"Nona... Cepatlah, ada yang mencarimu." kata pelayan tua itu dari kejauhan, melambaikan tangannya pada sang nona.

"Baiklah.. Aku datang!" Shen Yiyi menjawab kepala pelayan itu sambil beranjak membawa beberapa tangkai bunga mawar merah dalam sebuah keranjang, serta membawa kanvas lukisan itu bersamanya. Berjalan perlahan, ia kembali ke dalam rumahnya.

****