webnovel

SEKOLAH

Lastmi bungsu dari 11 bersaudara, ayah dan ibunya adalah buruh tani serabutan, mereka tidak punya majikan tetap, mereka membantu orang-orang mengurus ladang mereka. Saat musim panen dan tanam, banyak yang ingin menyewa jasa mereka, bahkan mereka bisa bekerja pada 3 ladang sekaligus dalam sehari. Tapi jika bukan musimnya mereka akan mencari pekerjaan lainnya. Mereka sendiri tidak punya ladang.

Terkadang orang yang menyewa jasa orang tua lastmi akan memberikan upah berupa hasil panen mereka, dan ada juga yang memberi uang. 75 rupiah perladang. Jika ladang yang mereka kerjakan sangat luas dan tidak selesai dalam satu hari, mereka akan dapat bayaran double. Saat diberi hasil panen, entah itu singkong atau lainnya, orang tua lastmi akan memasaknya dan membagikan pada anak-anaknya.

Seperti saat ini, lastmi dan kakak-kakaknya, memakan singkong yang sudah dibagi oleh ibu mereka. Dengan ditetesi minyak jelantah, bekas goreng ikan asin, singkong bakar itu terasa sangat nikmat.

Lastmi yang saat itu berusia 8 tahun, menikmati singkong bakarnya sambil tersenyum. Pasalnya dia baru dapat upah, setelah bekerja bersama ibunya dan 2 saudaranya mengupas satu karung besar kacang tanah.

Uang itu ditambah tabungannya yang sudah dia kumpulkan selama satu tahun. Sudah cukup untuk dia gunakan untuk sekolah. "Kak, nanti antar aku ke sekolah. Aku pengen daftar" Ucap lastmi pada kakak pertamanya yang sudah lebih dulu sekolah.

"Uangnya udah ada" Tanya kakak pertama lastmi.

"Udah" Jawab lastmi dengan senyum yang tidak lepas dari wajahnya.

Selain kakak pertama lastmi, tidak ada saudaranya yang sekolah. Karena keluarganya sangat miskin, jadi untuk pergi ke sekolah, mereka harus berusaha sendiri. Seperti kakak pertama lastmi yang bekerja sebagai kuli dipasar, sejak berusia 7 tahun, untuk bisa sekolah. Sekarang dia sudah kls 4 di madrasah.

"Aku juga pengen sekolah, tapi uangnya masih belum cukup" Kata kakak ke 9 lastmi.

"Gak usah sekolah, belajar itu gak mesti disekolah" Ucap kakak 3 lastmi, meskipun kakak ke 3 lastmi tidak sekolah, tapi selain kakak pertama, dia adalah saudara lastmi yang bisa membaca. Karena dia rajin belajar dari buku-buku bekas kakak pertama yang memang disimpan. Selain itu kakak lastmi juga tidak pelit ilmu, dan dengan senang hati mengajari adiknya yang ingin belajar.

"Mending uangnya dikumpulin, dari pada dikasih sekolah. Nanti kalau udah banyak buat jualan di pasar" Kakak lastmi yang ke 8 ikut berkomentar. Sekarang dia memang sudah mulai jualan di pasar dari pagi sampai sore. Dia berjualan daun untuk bungkus makanan beserta tusukannya.

****

Lastmi berjalan bersama kakak laki-lakinya ke sekolah untuk mendaftar kelas. Dengan tas kombot dan sandal jepit. lastmi memasuki pelataran sekolah.

Sekolah di desa mereka hanyalah satu bangunan. Ruang kelasnya pun hanya ada 4, biasanya para murid di sana akan belajar secara bergiliran.

Kakak lastmi yang sudah kelas 4 belajar pada sore hari, setelah bekerja di pasar. Tapi hari ini dia datang sebelum berangkat ke pasar, untuk mengantarkan lastmi mendaftar.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam" Para guru melihat kearah pintu, sambil menjawab salam.

Lastmi mengeratkan genggamannya pada kakak laki-lakinya, saat memasuki ruang guru. Dia benar-benar gugup.

"Pak, ini adik saya, mau daftar" lastmi dituntun untuk maju ke meja salah seorang guru laki-laki dengan sarung gajah, peci hitam dan kumis tebal.

"Yah, namanya siapa? " Tanya guru itu sambil tersenyum.

"Lastmi" Jawab lastmi dengan gugup.

"Lastmi aja gak ada yang lain" Guru itu kembali bertanya sambil menulis di buku besar.

Lastmi bingung dengan pertanyaan guru tersebut. " Emang ada yang lainnya pak"

"Maksud saya, nama kamu lastmi aja, gak ada kepanjangannya" Guru itu menjelaskan.

"Gak pak, nama saya lastmi aja gak ada kepanjangannya" Jawab lastmi.

"Tanggal lahir kamu"

Lastmi memandang kakaknya bingung, karena dia sendiri tidak tahu tanggal lahirnya. Bahkan orang tuanya sendiri tidak tahu tanggal lahir anak-anak mereka.

"Kamu ngarang aja, mas juga asal ngasih tanggal saat ditanya tanggal lahir mas"

Guru itu melihat kearah dua bersaudara itu, tapi tidak mengatakan apapun. Ini bukan pertama kalinya dia melihat anak-anak yang asal memberikan tanggal saat ditanya tanggal lahir mereka. Bahkan dia bisa berkata, hanya 10% anak-anak yang memberikan atau tahu tanggal lahir mereka yang sebenarnya disini.

"Kalau gitu 10 November 1968"

"Kenapa kok 10 November" Tanya guru itu sambil kembali menulis dibuku besar.

" Karena kemarin 10 November, bapak pulang bawa ikan tongkol"

" Kamu suka tongkol"

"Yah"

****

Setelah selesai mendaftar, lastmi langsung masuk kelas sementara kakaknya pergi ke pasar. Kebetulan saat itu kelas satu, baru memulai pelajarannya.

Hanya ada 17 murid didalam kelas, dia menjadi yang termuda, sementara yang tertua berusia 11 tahun.

Lastmi mengeluarkan buku tulis dan pensil dari tas kombot miliknya. Dengan semangat dia mendengarkan pelajaran dari guru di depannya.

cerita ini, didasari cerita ibu saya. saat beliau bercerita tentang perjuangannya untuk sekolah

lukai_haticreators' thoughts