webnovel

KABAR BURUK

"Buk, ibuk kita udah sampai buk" Lia menggoyang-goyangkan tubuh lastmi pelan untuk membangunkannya.

Lastmi membuka matanya, dan melihat mereka telah sampai di rumahnya. Dengan di bantu lia lastmi turun dari mobil mercedes-benz itu. Sementara naya dan pak Ustman membawa barang-barang mereka.

Rani keluar dari dalam rumah dengan perutnya yang membuncit. Rani anak ke 3 lastmi memang sudah hamil 8 bulan. Rani menghampiri lastmi kemudian mencium punggung tangannya.

"Apa kata dokter mbak" Tanya Rani pada lia.

" Nanti aja didalam " Lia tidak menjawab, dia terus membawa lastmi masuk ke dalam rumah.

"Buk" Lastmi dan yang lainnya terkejut kecuali Rani yang memang sudah tahu, nia puteri bungsu lastmi berada didalam rumah. Padahal dia harusnya ada di surabaya "ibuk katanya sakit? " Nia menghampiri lastmi dan mencium punggung tangannya di belakangnya akhbar juga melakukan hal yang sama.

"Kamu kok pulang, kuliah kamu gimana?, jangan sering bolos, kamu udah bukan sma lagi" Bukan menjawab lastmi justru memarahi nia.

"Ih ibuk, nia kan khawatir sama ibuk, makanya nia pulang" Nia cemberut karena ibu yang dikhawatirkannya justru memarahinya.

"Gak usah alasan, pokoknya nanti kamu harus balik ke Surabaya, ibuk gak mau kuliah kamu jadi keteteran"

Lastmi kemudian memandang akhbar yang terlihat salah tingkah. "Saya lagi cuti mbah, mau balik nanti atau besok ok, saja." Tanpa ditanya akhbar langsung menjawab dengan cengengesan.

Akhbar adalah cucu kakak pertama lastmi. Meskipun nasabnya adalah keponakan nia, tapi akhbar 3 tahun lebih tua dari nia, seumuran dengan rizky.

Kakak pertama lastmi pindah ke gresik kota setelah menikah. Dia dan istrinya berjualan kulit sapi, di pasar gresik.

Sedangkan akhbar mendapatkan pekerjaan di surabaya, Tidak lama setelah lulus. Setelah tahu nia berkuliah di surabaya, akhbar berinisiatif menghubungi lastmi, dan secara sukarela menjadi penjaga, pengasuh, nia merangkap mata-mata lastmi di sana.

Karena kedatangan nia dan akhbar, niat lastmi untuk beristirahat, dia urungkan. Dengan bantuan lia dan Rani, lastmi duduk di kursi ruang tamu. Sementara naya dan pak Ustman, membawa barang-barang mereka ke ruang tengah.

Nia mengekori naya dan bertanya apa sebenarnya penyakit lastmi. "Nanti aja, biar ibuk sendiri yang cerita" Naya membawa nia kembali ke depan.

Di ruang tamu lastmi tengah berbincang dengan akhbar "gimana keadaan mbah Putri kamu"

"Baik mbah"

Lastmi menghela napas, setelah kematian kakak pertamanya, kakak iparnya seperti memutuskan hubungan dengan keluarga mereka. Dia sudah tidak pernah lagi datang ke desa bahkan pada hari lebaran. Jadilah lastmi yang pergi ke kota untuk menyambung silaturahmi. Tapi sejak kesehatan lastmi menurun drastis, dia sudah tidak bisa kesana lagi.

Untungnya lia dan suaminya harris mau menggantikannya menyambung silaturahmi. Ditambah dengan nia yang sekarang kuliah di surabaya. Terkadang ketika akhir pekan, akhbar akan membawanya pulang kerumahnya, agar dia juga tidak keluyuran.

"Karena kamu udah disini, kamu nginep aja. Kamar rizky juga kosong"

"Iya mbah"

"Ya udah, mbah mau istirahat dulu" Lastmi bangkit kemudian berjalan menuju kamarnya. Sesampainya dikamar lastmi langsung merebahkan dirinya di kasur.

"Buk, naya mau pulang dulu, bentar lagi ilham pulang sekolah" Ilham adalah anak naya, yang sekarang kelas 6 SD.

"Ya udah hati-hati, biar pak Ustman anterin kamu, pak Ustman masih disini kan"

"Masih buk"

Setelah berpamitan naya pulang diantar pak Ustman. Lia memijat kaki lastmi sementara nia memijat tangannya. Rani juga duduk di bangku sambil memijat tangan yang satunya.

Akhbar berdiri melihat kondisi lastmi yang terlibat semakin tua, bahkan terlihat lebih tua dari mbah putrinya. Padahal lastmi masih terhitung muda.

"Kamu istirahat bar, kamu pasti capek. Nia anterin akhbar ke kamar kak rizky"

"Emang akhbar gak tahu kamar kak rizky dimana"

"Ya enggak lah, kan itu bukan kamar aku"

Nia memutar bola matanya, kemudian dengan malas mengantarkan akhbar ke kamar rizky.

"Ini kamarnya, di ingat-ingat jalannya, biar nanti gak kesasar" Akhbar yang tengah fokus memperhatikan kamar rizky, langsung mengalihkan pandangannya kepada nia.

"Bawel banget sih" Akhbar mendorong nia agar segera keluar dari kamar.

Setelah akhbar menutup pintu nia mencebikan mulutnya, kemudian berjalan turun, kembali ke kamar ibunya. Tapi langkahnya terhenti saat melihat lia dan Rani tengah bicara serius. Bahkan terlihat lia dan Rani yang tengah menangis.

"Mbak" Nia menghampiri mereka. Rani langsung berhamburan kepelukan nia dan menangis di sana.

"Ibuk nia, ibuk, ibuk kena kanker, sekarang sudah stadium empat" Ucap Rani di sela isak tangisnya. Lia juga memeluk kedua adiknya dan menangis bersama.

Nia terpaku ditempatnya. Dia masih mencoba mencerna informasi yang diberikan Rani kepadanya. "Ibuk terkena kanker, kanker ibuk sudah stadium empat" Dalam pikirannya nia terus mengulang kata itu. Hingga tidak dia sadari air matanya mengalir begitu saja dari pelupuk matanya.