webnovel

VONIS DOKTER

Bagai disambar petir, lastmi menerima kabar buruk itu. Dia divonis kanker getah bening, dan sekarang sudah stadium empat. Rasanya seperti langit runtuh di kepalanya. Lastmi tidak pernah menduga, benjolan yang ada di lehernya ternyata adalah tumor ganas. Dan sekarang sudah terlambat, dia mengetahuinya sudah sangat terlambat.

Lastmi adalah seorang janda berusia 53 tahun. Sudah 10 tahun dia menderita penyakit gula darah. Awalnya dia memiliki badan yang gemuk, tapi karena penyakitnya, berat badannya banyak turun selama 10 tahun ini.

Hingga 2 tahun lalu tumbuh benjolan di lehernya. Seorang dokter umum yang membuka praktek di kampungnya berkata, itu akibat gula darahnya yang terlalu tinggi, menyebabkan kelenjar di lehernya membengkak.

Setelah di obati, benjolan di leher lastmi menghilang. Tapi 4 bulan kemudian, benjolan itu datang lagi. Dokter itu mengatakan hal yang sama dan memberinya obat yang sama. Kali ini lastmi juga melakukan pengobatan alternatif, karena benjolan di lehernya tidak kujung hilang seperti sebelumnya, justru semakin membesar.

6 bulan lalu lastmi tiba-tiba pingsan, hingga membuatnya masuk rumah sakit. Setelah itu berat badan lastmi turun drastis, tubuhnya hanya tinggal kulit dan tulang. Benjolan di lehernya terlihat semakin jelas.

Saat ditanya apa sebabnya berat badan lastmi turun drastis dan benjolan apa yang ada di leher lastmi. Dokter di rumah sakit kecil itu berkata hal yang sama. Dan lastmi beserta keluarganya kembali percaya.

Hingga 2 hari lalu dokter klinik, yang sudah lama menangani penyakit lastmi. Memintanya untuk pergi ke rumah sakit besar, dan melakukan tes Rontgen.

Sejak itu lastmi tahu kalau dirinya mungkin sakit parah. Tapi tidak pernah dia duga kalau penyakitnya adalah kanker, dan sudah memasuki stadium empat. Kini yang dirasakan lastmi, hanya keputusasaan, ketakutan, seolah dunianya benar-benar hancur.

Lastmi tidak bisa menahan air matanya. Isak tangis terdengar di ruangan dokter onkologi muda itu. Lia putri lastmi dan naya menantunya, ikut menangis bersama lastmi. Tidak ada yang menduga, penyakit lastmi akan menjadi kanker, bahkan sudah stadium empat. Ditambah usia dan keadaan lastmi, yang sudah memiliki berbagai penyakit lain, seperti gula darah, darah tinggi,dan kolesterol. Kemungkinan lastmi untuk sembuh sangatlah kecil.

"Saya akan buatkan jadwal, besok ibu kesini lagi, bertemu dengan dokter yang lebih senior, dan membahas tentang kemoterapi yang akan ibu jalani" Dokter muda itu menyerahkan kembali laporan hasil tes Rontgen milik lastmi.

Lia menerima laporan itu, dan mengangguk kepada dokter. Lia dan naya membantu lastmi keluar dari ruangan dokter. Mereka masih berderai air mata. Mereka masih belum bisa menerima, kabar buruk yang baru saja mereka dengar.

"Mbak kamu hubungi mas ridwan"

Naya mengangguk kemudian menghubungi suaminya. Dia menghapus air matanya yang tidak berhenti menetes, dan mencoba menstabilkan suaranya.

"Ada apa dek" Tanya ridwan saat mendengar permintaan istrinya untuk segera pulang.

"Ibu sakit, dia pengen ketemu kamu"

Ridwan dian sejenak sebelum menjawab "mas, masih di perairan internasional, belum mendarat. Nanti kalau mas, sudah sampai yunani, mas coba izin ke atasan untuk cuti"

"Berapa lama mas"

"Mungkin sekitar 2 bulan"

Naya menghela napas. Pekerjaan suaminya sebagai kapten kapal, memang mengharuskannya pergi sampai Berbulan-bulan. Dan tidak jarang dia melewatkan hal-hal penting yang terjadi dalam keluarga. Tapi kali ini tentang kehidupan ibu kandungnya, semoga dia tidak akan melewatkannya. Jika itu terjadi, maka itu akan menjadi penyesalan seumur hidupnya.

"Kamu usahakan pulang mas. ibu benar-benar sakit. Kamu anak tertuanya, kamu harus disampingnya."

Ridwan kembali diam, cukup lama sampai dia akhirnya berkata "mas usahakan. Kamu do'akan saja semoga semuanya lancar"

Panggilan mereka akhiri. Naya kembali melihat ibu mertuanya, yang berjalan dengan linglung, dibantu oleh lia. Naya menghela napas, kemudian ikut membantu lia menuntun ibu mereka ke parkiran.

Di parkiran ustman, sopir mereka telah menunggu. Saat melihat kedatangan majikannya ustman buru-buru membuka pintu dan membantu lastmi masuk mobil.

Mobil Mercedes benz itu berkendara dengan lancar menyusuri jalanan kota Surabaya, kembali ke kampung halaman mereka.

Di dalam mobil suasana hening tidak ada yang berbicara. Baik lastmi atau pun anak-anaknya. Ustman melihat ke kaca spion, melihat sang majikan melihat ke luar jendela. Dia sudah tidak menangis meski matanya masih terlihat sembab.

Lastmi mulai menerima keadaannya, sekarang dia memikirkan anak-anaknya. Nia putri bungsunya, baru saja masuk kuliah di sala satu universitas kenamaan di surabaya. Bagaimana nasibnya setelah dia meninggal nanti, apa yang akan dia lakukan. Dia masih sangat muda. Kehidupannya masih panjang, tapi dia mungkin tidak ada di sana untuk menemaninya melewati semuanya.

Rizky putra ke empatnya, sekarang dia sedang menjalani Internship di madura, setelah menyelesaikan sekolah kedokterannya di Universitas malang. Sudah 8 bulan dia menjalankan tugasnya di sana. Selama 8 bulan mereka hanya bisa berkirim kabar lewat telfon. Entah kapan dia kembali. Lastmi sangat ingin melihatnya.

Rani putri ketiganya, dia sedang hamil besar, sebentar lagi dia akan melahirkan anak pertamanya. Lastmi tidak tahu, apakah dia akan bisa melihat cucunya.

Lastmi juga ingin melihat ridwan putra sulungnya yang sudah 5 bulan tidak dia temui. Terkadang lastmi menyesal membiarkan ridwan menjadi kapten kapal. Meskipun itu cita-citanya tapi seharusnya lastmi melarangnya. Biarkan saja dia bekerja di rumah, meskipun hasilnya kecil, tapi dia selalu bisa menemaninya. Tidak seperti sekarang, lastmi bahkan belum tentu bisa melihatnya setahun sekali.

Saat semakin tua, lastmi semakin merindukan anak-anaknya.

"Buk, jangan putus asa, kita akan coba segala pengobatan. Siapa tahu ada yang cocok" Lia menggenggam tangan ibunya mencoba menguatkan.

"Iya buk. Selama kita terus berikhtiar, dan berdoa allah pasti memberi jalan" Naya juga memberi dukungan kepada ibu mertuanya.

Lastmi mengangguk, air mata kembali jatuh berderai dari pelupuk matanya. Lia memeluk ibunya dan mengusap punggungnya. Dia juga menghapus air mata yang turun dari pelupuk matanya.

Lastmi kembali menerawang jauh. Ingatannya kembali menyusuri kehidupannya selama ini.