webnovel

Airplane Accident

Cassie Qianzie Putri mengalami kecelakaan pesawat beberapa hari setelah wisudanya disaat dia sedang berlibur bersama temannya. Saat itu dia terjatuh di negara tetangga hingga terjebak di dalam kehidupan Agatha Carls Christian yang merupakan CEO muda yang angkuh, sombong, dingin, dan menakutkan. Agatha mengira jika dia adalah kekasihnya yang hilang karena wajah mereka yang sedikit mirip, Cassie pun mulai hidup sebagai Mirachelia Larissa karena dia kehilangan ingatannya disaat kecelakaan itu terjadi. Namun semuanya berubah disaat Mirachelia Larisa yang sesungguhnya kembali. Akankah Agatha tetap bersama Cassie atau dia akan kembali kepada masa lalunya?

Nova_Fajarna · Teen
Not enough ratings
12 Chs

Rachel Yang Sesungguhnya

Dua tahun berlalu tapi tidak ada yang berubah diantara Agatha dan Rachel. Agatha masih saja tidak peka dan Rachel masih saja bergantung dengan aturan Agatha dihidupnya. Setiap hari Rachel akan mengabari Agatha jika dia berpergian dan Agatha hanya sibuk mengurus perusahaannya yang kini semakin menjadi pusat perhatian orang, perusahaannya baru saja meresmikan kerja sama dengan perusahaan terkenal dari Negara tetangga. Dengan berpadunya kedua perusahaan ini, maka mereka akan menjadi semakin kuat, terutama perusahaan Agatha yang lebih banyak mendapatkan keuntungan. Hari semakin berlalu hingga tibalah saatnya Rachel akan mengikuti ujian kompensi dikampusnya.

"Mau ujian kan? Harus dapat banyak nilai ya, kalau dapat A aku akan kasih kamu hadiah" ujar Agatha disaat mereka sedang makan pagi bersama

Meski selalu disibukkan dengan pekerjaan kantor, Agatha masih tetap memanjakan Rachel, hanya saja sesekali dia sangat tidak peka terhadap perasaan Rachel  kepadanya. 

"Malam ini pokoknya aku tidur dikamar kamu" bantah Rachel

"tidak boleh" tolak Agatha mentah-mentah

Rachel langsung menaruh garpu dipiringnya, lalu dia segera meraih tasnya tanpa memberikan aba-aba apapun kepada Agatha

"AKSA ANTERIN GUE CEPETAN" teriak Rachel dengan keras, padahal aksa berdiri tepat disebelahnya. Aksa hanya diam mematung karena dia belum mendapatkan perintah dari Agatha untuk mengantar Rachel ke kampus. Dan Rachel sadar jika aksa berada dipihak Agatha, bukan dipihaknya.

"oke, gue pergi sendiri" Rachel langsung pergi

"antar dia" ujar agtaha setelah Rachel keluar dari rumah

"dia bukan anak kecil, dia bisa pergi sendiri, sekarang katakan dengan siapa kau bekerja sama? Kamu terlalu gegabah Agatha, harusnya kamu selidiki dulu perusaan itu" Aksa

Agatha tidak tampak mengindahkan pertanyaan Aksa, dia sibuk dengan makanannya diatas meja.

"Agatha" sapa Aksa kembali

"kau telah melewati batasanmu Aksa, sepertinya aku sudah cukup bersabar" ujar Agatha ketika mengingat betapa lancang bawahannya disaat dua tahun yang lalu, dia bahkan berani bekerja sama dengan orang tua Agatha untuk mengirim Rachel ke Negara X tanpa sepengetahuannya. Jika saja saat itu mereka tidak merencanakan semua itu, mungkin Rachel tidak akan berubah, dia tidak akan kehilangan ingatannya. Dan hal yang sangat membuat Agatha marah adalah disaat semua orang mengatakan jika gadisnya sudah berbeda, dia bukan Rachel. Saat perkataan itu terdengar di telinganya, sangat ingin rasanya Agatha menikam mulut yang berani mengatakan itu.

"Kau pikir aku bodoh? Jika mereka mempermainkanku disebatas negara maka akan kutunjukkan permainan yang sesungguhnya, akan kupermainkan mereka sampai ke benua" Agatha

"Aku lupa jika kau masih memiliki jiwa psikopat meski bertahun-tahun telah berlalu" Aksa

Agatha hanya mengerutkan keningnya lalu pergi kekamar untuk beristirahat. Sedangkan Aksa masih gelisah dengan pilihan yang Agatha tentukan, dia merasa ada yang janggal dari rekan kerja Agatha yang berasal dari luar negeri itu. Dia pikir mereka memang benar-benar berani mengganggu Agatha, perusahaan dinegara B saja sangat segan untuk berhubungan dengan Agatha apalagi untuk menipunya. Semua penduduk negara B sudah tau jika Agatha bagaikan setumpukan berlian diatas menara. Dia menarik, sulit untuk didapatkan, dan terlalu menakutkan untuk menggapainya.

Siang harinya Agatha pergi ke dapur untuk mengambil minuman kalengnya. Namun sebuah pergelangan tangan melingkar di pinggangnya dengan erat. Untuk beberapa saat Agatha membiarkan gadis itu memeluknya dari belakang, hingga akhirnya pelukan itu berakhir ketika Agatha berbalik arah.

"Sudah pulang?" Tanya Agatha

"Belum, masih di kampus. LO LIAT GUE DISINI MASIH AJA NANYA" bentak Rachel yang kesal dengan pertanyaan random dari Agatha

"Galak banget sih, apa terjadi sesuatu?" Agatha masih berbicara dengan lemah lembut

Hal yang mengejutkan Agatha adalah dimana saat itu juga Rachel menangis dihadapannya padahal dia tidak melakukan apa-apa. Gadis itu terus menangis dengan suara yang lantang lalu mengomeli Agatha hanya karena masalah sekecil itu. Agatha bahkan tidak percaya jika Rachel menangis hanya karena pertanyaannya yang bermaksud untuk berbasa-basi dengannya.

"Ada masalah kan? Sini cerita sama aku" Agatha menarik Rachel untuk duduk didekatnya

Gadis itu masih terisak dan belum bisa mengucapkan apapun, dia hanya memaksakan dirinya untuk berhenti menangis. Agatha bingung apa yang harus dia lakukan, dia tidak terbiasa dalam mengatasi sifat manja wanita, dia tidak bisa bersikap romantis dengan tersengaja. Namun terkadang hal kecil yang dia lakukan bisa menjadi hal manis yang tidak bisa orang lain lupakan. Itulah Agatha, dia hidup seperti air mengalir, dia hanya akan menuju kearah yang hatinya inginkan. Kepribadiannya memang aneh, namun jika sudah menyukai sesuatu dia akan menjaganya sebaik mungkin, melakukan apa saja agar bisa memilikinya, tidak terkecuali untuk menyingkirkan siapapun yang menghalanginya.

Yang Agatha pikirkan sekarang hanyalah memeluk gadisnya agar dia tenang, lalu berbicara baik-baik untuk mengatasi masalah yang Rachel rasakan sekarang. Dia pikir Rachel mempunyai masalah lain diluar yang membuatnya emosi sehingga dia pulang lalu melampiaskan semua kemarahannya kepada Agatha

Perlahan Agatha memeluk gadis itu, mencoba mengendalikan emosi yang tak tertahan, memadamkan api yang sedang berkobar dengan hebatnya, hingga pelukan itu malah membuat Rachel menangis semakin kuat dari sebelumnya. Rachel membalas pelukan Agatha, dia memeluknya erat seakan tidak ingin dipisahkan lagi.

"Lo sa-sayang kan sama gue?" Tanya Rachel terbata-bata karena dia masih menangis di dalam pelukan Agatha

"Hmm sayang banget" Agatha

"Lo mau kan janji buat g-gak ninggalin gue, mau kan?" Tanya Rachel lagi

"Kamu kenapa sih hmm? Ada apa?" Tanya Agatha kembali

"Jawab aja" Rachel

"Iya, aku gak akan ninggalin kamu" Agatha

Agatha mengusap jejak air mata Rachel yang membekas di pipinya. Kemudian dia melangkah menuju ke kulkas untuk mengambil minuman untuk Rachel.

"Gimana ujiannya?" Agatha

"Nilainya A" sahut Rachel dengan cepat

"Bagus sayang, mau hadiah apa tahun ini?" Tanya Agatha

Setiap tahun jika nilai Rachel bagus maka Agatha akan memberikannya hadiah. Seperti tahun lalu Rachel meminta liburan ke kota C sebagai ganti dari perjanjian Agatha dua tahun lalu yang dibatalkan olehnya. Agatha menyetujuinya dan mereka berdua pergi ke kota C selama satu Minggu untuk bersenang-senang. Biasanya Rachel sangat senang jika akhir semester tiba karena akan mendapatkan hadiah dan juga pujian dari Agatha. Tapi ditahun ini rasanya dia berbeda

"Emm.... Enggak usah, aku gak butuh apa-apa" sahut Rachel setelah beberapa saat berpikir

"Yakin?" Tanya Agatha

Rachel mengangguk

"Mau masuk kamar dulu, mau ganti baju" Rachel segera pergi dari dapur

"Aneh" Agatha

✓✓✓

Tit...tit...tit...

Suara Elektrokardiogram terus berbunyi disebuah ruangan rumah sakit di negara A. Gadis itu sudah koma selama dua tahun karena tragedi kecelakaan pesawat di perbatasan antara negara A dengan negara B. Dari hari itu sampai sekarang tidak ada yang tau keberadaannya kecuali seorang laki-laki yang selalu menjenguk gadis itu.

"Mirachelia Larissa, cepat sadar" ujar laki-laki tersebut

"Ayo menikah setelah kau sadar, aku tidak bisa membiarkan keluarga Agatha menyakitimu lagi" lanjutnya

"Sudah dua tahun, apa lagi yang kau tunggu? Bahkan gadis itu sudah terlalu menjiwai perannya sebagai dirimu disisi Agatha. Agatha bahkan tidak bisa membedakan mana dirimu yang asli dan yang palsu" laki-laki itu membasuh sisi dahi Rachel yang sesungguhnya dengan handuk kecil ditangannya

"Cepat bangun Rachel"

Laki-laki itu masih membasahi wajah Rachel dengan handuk basah. Kemudian jari telunjuk Rachel sedikit bergerak, lama kelamaan pergerakannya semakin nyata. Laki-laki itu menyadari adanya pergerakan, dia segera memanggil doktor untuk memeriksa keadaan Rachel.

Doanya terkabulkan, Rachel yang sesungguhnya kini telah sadar meski dia masih dalam keadaan sangat lemah dan belum mampu untuk menggerakkan mulutnya, setidaknya dia sudah sanggup untuk membuka kedua matanya. Rachel memutar kedua bola matanya disaat laki-laki itu memandangnya, sangat jelas jika Rachel ingin mengatakan sesuatu tetapi dia tidak bisa melakukannya.

"Bersabarlah dulu, tunggu sampai kamu benar-benar bisa berbicara" ujarnya

Rachel memejamkan matanya sedikit lama, menandakan jika dia menuruti apa yang dikatakan laki-laki itu.

"Kedipkan matamu dua kali dengan cepat jika apa yang aku katakan benar dan kedip sekali jika perkataanku salah" laki-laki itu memberikan isyarat kepada Rachel yang masih terbaring lemah

"Apa Agatha bisa mengenalimu? Apa dia tau jika gadis disampingnya itu bukan kamu?" Pertanyaan pertamanya pun terlontarkan kepada Rachel

Rachel mengedipkan matanya dua kali, menandakan jika apa yang dikatakan oleh laki-laki itu benar

"Maksudmu Agatha tau jika itu bukan kamu tapi dia berpura-pura tidak tau didepan semua orang?" Tanyanya lagi untuk memastikan

Lagi-lagi Rachel mengedipkan matanya dua kali

"Ahh tentu saja dia tau persis bentuk wajahmu, jadi apa yang akan dia lakukan disaat dia tau jika kamu masih hidup? Mana yang akan dia pilih?"

"Dia laki-laki yang gegabah rupanya"

"Dia menganggap adik kandungku sebagai dirimu, satu hal baik juga karena adikku tidak bisa pulang kesini" senyum laki-laki itu mulai berkembang lebar

"Allen"