webnovel

Airplane Accident

Cassie Qianzie Putri mengalami kecelakaan pesawat beberapa hari setelah wisudanya disaat dia sedang berlibur bersama temannya. Saat itu dia terjatuh di negara tetangga hingga terjebak di dalam kehidupan Agatha Carls Christian yang merupakan CEO muda yang angkuh, sombong, dingin, dan menakutkan. Agatha mengira jika dia adalah kekasihnya yang hilang karena wajah mereka yang sedikit mirip, Cassie pun mulai hidup sebagai Mirachelia Larissa karena dia kehilangan ingatannya disaat kecelakaan itu terjadi. Namun semuanya berubah disaat Mirachelia Larisa yang sesungguhnya kembali. Akankah Agatha tetap bersama Cassie atau dia akan kembali kepada masa lalunya?

Nova_Fajarna · Teen
Not enough ratings
12 Chs

Dia Mengecewakanku

Dia bagaikan langit yang tidak perduli seberapa terang lelaki itu, seberapa teduh senjanya, dan seberapa pekat malamnya berlalu. Yang dia impikan adalah dunianya yang nyata, dia sama sekali tidak ingin jika suatu hari nanti semua kenyamanan yang dia dapatkan disana hanyalah sebuah ilusi dalam angan-angannya. Itu tempatnya, Agatha bilang dia miliknya, tidak ada satu orangpun yang bisa menggantikan posisinya.

"Agatha adalah rumahku, apapun yang terjadi aku akan kembali kepadanya, Tuhan ingatkan aku untuk selalu kembali kepadanya, meski suatu hari nanti ingatanku telah kembali" gumamnya pelan

Setelah membersihkan bekasan minuman yang tanpa sengaja Melissa tumpahkan ke bajunya, Rachel keluar dari toilet wanita dan langsung menemukan Agatha yang sedang berbicara dengan seorang gadis disana. Hatinya seakan ingin meledak disana, matanya masih saja menatap jengkel kearah Agatha yang tersenyum lepas disaat menatap gadis didepannya. Baginya sikap itu sangat tidak cocok dengan Agatha yang biasanya mengabaikan wanita lain selain dirinya, jarang tersenyum, dan selalu dingin kepada siapapun.

Rachel hanya melintas didepan mereka seakan dia tidak tau apa yang terjadi disana. Tetapi Agatha begitu bodoh, dia tidak tau Rachel marah dan sengaja berlagak tidak perduli didepannya. Dia tidak mengerti jika Rachel cemburu dan kesal kepadanya. Tapi sepertinya Agatha mencoba memancing harimau, namun yang keluar adalah singa. Rachel benar-benar marah sehingga dia keluar dari gedung itu sendirian.

Tak lama setelah Rachel keluar, dia mendapatkan satu notif dari handphone nya

"Aku tidak bisa ke kota C besok, ada rapat mendadak"

Hatinya semakin hancur ketika Agatha tidak ingin menepati janjinya setelah dia menyakiti perasaannya. Gadis itu mengamuk sendirian sampai dia membanting handphonenya kejalan, lalu dipijak-pijaknya handphone itu hingga tak berbentuk.

"Sebenarnya dia anggap gue apa sih hikss..." Tangisnya

Entah apa yang Agatha lakukan sampai dia tidak menyadari jika Rachel telah pergi. Dia masih duduk dengan teman-temannya sambil menikmati kopi

"Rachel dimana?" Melissa baru saja menghampiri Devano yang tak lain adalah pacarnya

"Lo kan temennya, kenapa nanya sama pacar Lo yang gak tau apa-apa" sahut Ryan

"Karena disini ada pacarnya, harusnya dia lebih tau dari gue. Cuma sekedar informasi kalau gue udah telpon dia puluhan kali tapi nomornya gak aktif" Melissa menyapa, ahh lebih tepatnya menyinggung Agatha. Melissa percaya jika terjadi sesuatu antara Rachel dan Agatha. Gadis itu tidak akan pergi begitu saja tanpa ada alasan yang pasti. Lagi pula gadis mana yang tahan dengan tingkah Agatha? Dia memang tampan dan kaya, namun Agatha sangat tidak becus jika bersangkutan dengan perasaan.

Dibilang bodoh? Tidak juga, Agatha bahkan menjadi CEO muda yang telah memenangkan banyak penghargaan untuk perusahaan IT nya. Dibilang pura-pura bodoh? Tidak juga, Agatha sangat mencintai Rachel, tidak mungkin jika dia ingin membuat Rachel marah kepadanya. Dia hanya kurang paham tentang perasaan dan melakukan apapun sesuka hatinya, namun dia membatasi orang lain untuk tetap berada di dalam lingkaran yang dia ciptakan. Dia hanya ingin selalu menang dan tidak suka ditentang.

Setelah mendengarkan perkataan Melissa, Agatha mencoba untuk menghubungi Rachel berkali-kali tetapi tetap saja tidak bisa. Hatinya mulai cemas dan dia menghubungi Aksa untuk segera menemukan Rachel.

"Ini handphone Rachel bukan sih? Gue temuin di depan gedung, hancur banget" Raquelle baru saja menghampiri kakaknya dengan sebuah benda yang entah masih layak dikatakan handphone karena bentuknya yang sudah tidak beraturan lagi

"Gila tuh cewek, punya masalah hidup apa sampe handphonenya dihancurin gitu" Devano

"Dia tidak ada disekitar gedung ini tuan" Aksa menghampiri mereka

"Jujur gue gak pernah liat Rachel emosi gitu, setau gue dia orangnya sabar banget" Melissa

"Iya gak sih Mel, gue pikir dia juga agak aneh, wajahnya juga aneh. Itu pas kecelakaan otaknya kebentur parah banget kali ya?" Ryan

"Ryan Alveno Harion dengerin gue ya, kecelakaan pesawat itu bukan kecelakaan sepeda, Lo pikir kalau jatuh dari pesawat itu cuma satu meter dua meter? Syukur kalau Rachel masih hidup, syukur sih kalau cuma otaknya yang berubah, dari pada orangnya mati?" Akhirnya Devano kembali mengeluarkan semua cemoohan nya untuk memojokkan Ryan

Tidak ingin mendengar terlalu banyak omong kosong dari teman-temannya, Agatha pergi sendiri sambil menelpon seseorang sambil berjalan. Dia pergi kesebuah ruangan lalu hanya bersantai didepan sebuah komputer yang mengatur CCTV diarea sekitar gedung tersebut. Dia terus memperhatikan satu persatu sampai dia menemukan sebuah kamera yang memperlihatkan Rachel disaat dia sedang menghancurkan handphonenya. Agatha bisa melihat betapa marahnya Rachel saat itu, dia juga mendengar umpatan Rachel meskipun samar karena letak CCTV yang agak jauh dari keberadaan Rachel saat itu.

"Dia marah?" Agatha

Agatha meraih handphone disaku celananya

"Pergi kearah taman wisata sekarang, jemput Rachel lalu bawa dia pulang" ujarnya

Semudah itu untuk Agatha mendapatkan apa yang dia inginkan, dia hanya perlu berbicara lalu keinginannya akan muncul. Jika tidak? Bersiaplah bawahannya yang tidak bisa mendapatkan apa yang dia minta menjadi sorotan media di keesokan harinya. Entah akan ada berita kehilangan orang, atau berita tentang ditemukan mayat tanpa identitas di pinggir hutan

Dilain sisi, Rachel si gadis yang sedang marah itu telah benar-benar jatuh kedalam jebakan Agatha, dia mulai benar-benar jatuh cinta dan menginginkan Agatha dihidupnya. Dia tidak tau siapa Agatha, apa yang Agatha inginkan, dan apa yang agatha sembunyikan darinya. Yang dia tau adalah Agatha sangat menyayanginya, Agatha sangat mencintainya.

"Roller coaster, aku membencinya" gumam Rachel

"Tapi kenapa?"

"Sesuatu pasti pernah terjadi"

Rachel terus melihat roller coaster dihadapannya. Orang-orang sangat bersemangat untuk menaikinya, terutama dikalangan remaja. Namun sayangnya dia sama sekali tidak tertarik dengannya, dia hanya tertarik kepada pikirannya yang tiba-tiba membenci roller coaster tanpa alasan yang pasti

"Rachel" sapa seseorang dibelakangnya

"Aaric" Rachel menyapanya kembali

Rachel kebetulan bertemu dengan Aaric yang sedang berada ditaman wisata tersebut. Aaric membeli dua ice cream Yang Salah satunya diberikan kepada Rachel

"Gue pikir doktor itu cuma suka ke lab, gak nyangka bakalan ketemu lo disini" Rachel

"Jadi doktor itu gak mudah, terkadang gue juga stress mikirin pasien mulu makanya gue kesini" sahut Aaric

"Gimana sama Agatha?" Lanjut Aaric

"Agatha? Laki-laki brengsek itu?" Rachel masih fokus dengan ice cream ditangannya

Aaric tersenyum tipis, lalu sekejap dia menatap wajah Rachel yang membuat jantungnya memicu lebih cepat. Jangan tanyakan mengapa, laki-laki mana yang tidak tertarik dengan wanita cantik yang duduk disebelahnya. Aaric mencoba mengalihkan pemikirannya, dia ragu dengan perkataan "brengsek" yang baru saja Rachel tujukan kepada Agatha, padahal setahunya pasangan itu saling mencintai. Tapi entahlah, hatinya bilang Rachel sedang marah kepada agatha.

"Makan yang baik" Aaric mengusap ujung bibir Rachel yang kotor dengan ice cream

Seketika Rachel tercengang, detik kemudian dia mencoba untuk tersenyum dan menstabilkan keadaan agar tidak canggung.

"Aa-aahhaha maaf" ujarnya

"Lagi ada masalah ya sama Agatha?" Tanya Aaric

"Hmm" Rachel hanya mengangguk pelan dengan sedikit bergumam

"Udah jangan marah, Agatha sayang banget sama lo, percaya deh" Aaric

"Gimana gue gak marah coba, dia larang gue deket sama cowok lain, dia bahkan gak bolehin gue ketemu sama lo, padahal gue ketemu sama lo buat konsultasi doang. Dia selalu ngatur hidup gue sedangkan gue gak bisa ngatur kehidupan dia, cuma dia yang bebas Aaric" Rachel mencurahkan semua masalahnya kepada Aaric

"Itu karena dia sayang sama lo, dia gak mau kalau gue suka sama lo. Tapi udah terlambat" Aaric memelankan suaranya diakhir kalimat sehingga Rachel tidak bisa mendengarnya

"Dia deket sama cewek lain, gue gak suka Aaric. Kalau aja gue bicara sama lo terus gak formal gini, pasti dia udah marah gak jelas. Lagian kenapa coba dia bicara kaku banget, pakek aku kamu segala, gue tuh gak ngerti sama dia" Rachel

"Gue juga gak paham kenapa Agatha bisa berubah sedramatis itu, seingat gue dulu pas SMP dia gak kaku gitu, bicaranya santai juga" Aaric

"Kalian satu sekolah?" Rachel

"Satu sekolah tapi beda kelas sih, tapi gue pernah denger dia ngomong sama temennya, gak kaku kok, normal buat remaja seusianya" Aaric

Sekitar lima menit Rachel dan Aaric sama-sama diam dan menghabiskan ice cream yang tersisa.

"Rachel lo ngerasa ada yang aneh gak sih?" Ujar Aaric secara tiba-tiba

"Kenapa?" Rachel

"Gue pikir Agatha gak cemburu pas gue bicara atau pun deket sama lo" Aaric

"Jadi?" Rachel menjadi bingung

"Dia cuma takut kalau gue bisa sembuhin ingatan lo. Agatha pasti menyembunyikan sesuatu dibalik hilangnya ingatan lo" Aaric

"Maksud lo?" Rachel

"Agatha mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui Rachel" Aaric

"Lo nuduh Agatha?" Rachel menatap tak suka kepada Aaric

"Gue cuma nebak Rachel, karena itu bisa jadi kemungkinan besar kenapa Agatha ngelarang kita dekat" Aaric

"Good luck, pilih jalan lo sendiri Rachel"