webnovel

Penuduhan 2

Apakah karena aku kurang bersyukur?

Tadi malam hujan deras. Sisa genangan airnya satu persatu dilewati oleh nuzila. Perkataan haru ada benarnya. Tak seharusnya ia menyalahkan keadaan apalagi tuhan. Ia selalu percaya bahwa akan ada pelangi setelah turunnya hujan. Setelah turun air mata pasti ada keajaiban. Jika saja ia terus mempercayai datangnya keajaiban itu ia pasti termasuk orang yang beruntung.

Nuzila sampai didepan kelasnya. Ternyata benar, para siswa masih banyak yang membicarakannya dibelakang. Ia sampai ke kursinya lalu duduk. Namun anehnya bagian rok terasa basah. Ia melihat Raffa yang cekikikan bersama empat temannya. Lalu Hana, gina, putri dan Sinta. Semua siswa dan siswi cekikikan dibelakangnya.

Nuzila bangkit dan melihat roknya. Ada cairan merah di rok putihnya. Setelahnya muncul suara Bahakan tawa.

"Hahaha tembus! Parah! Cewek jorok woo!" Teriak Raffa.

Tiba tiba pak Joko datang dan turut memeriahkan kegaduhan kelas.

"Loh loh loh. Ini kenapa kok pada berisik gini? Kayak anak SD aja kalian

Raffa, Andre, Rian."

"Rok nuzila tembus pak!"

"Butuh softex dia pak!"

"Pfft parah Lo."

"Banyak banget lagi pak. Pantesan aja nih kelas jadi bau amis gitu."

"Buang aja orangnya pak!"

Pak Joko mengendus endus udara dan menutup hidungnya. "Nuzila kamu kan perempuan. Harusnya udah ada persiapan. Sudah kamu ganti sana."

Nuzila meneteskan air mata. Hari merasakan kesedihannya. Sorakan mereka semakin besar kala gadis itu berlari keluar dari kelas.

Mengapa begitu banyak masalah...

Mengapa ketika aku coba untuk menghiraukan segalanya dan fokus dengan kasih sayang Allah makin banyak masalah yang muncul. Apa karena aku tidak pantas?

Lima belas menit kemudian nuzila usai mengganti roknya dengan rok cadangan. Penjaga UKS berkata itu bukan darah menstruasi melainkan obat merah. Ia dikerjai oleh mereka. Padahal sudah bergulung tisu ia habiskan untuk menyeka air matanya.

"Mereka menyebalkan sekali." Kata hari jengkel. Dia rela menunggu nuzila berlama - lama di toilet.

Suasana kelas kini sepi. Tak ada orang selain nuzila dan hari. Gadis itu melihat ke buku dan mengerjakan sesuatu. Hari memperhatikan wajah nuzila yang sembab. Nuzila melihatnya. "Apa?"

"Nggak, kirain mau nangis lagi."

"Heh" Nuzila tersenyum hambar.

"Kamu nggak sehina itu. Itu semua bukan salahmu" Ungkap hari. Nuzila terkejut, ia sedikit terenyuh dengan yang dikatakannya barusan. Bahkan ia pernah menganggap hantu ini makhluk astral yang menjengkelkan.

"Terima kasih, hari."

Tiba tiba muncul seorang gadis dari depan pintu. Dia Febby. Wajahnya terlihat panik. "Gawat. Ada tulisan itu lagi di halaman belakang sekolah!"

Nuzila dan hari terkejut. Gadis itu segera keluar dari dalam kelas.

###

Sekolah kepar*t, sarang iblis! Hypocrite,You’r all loser!, sekolah bajingan, DIE!

Dihadapan coretan dinding berpylox hitam itu nuzila berdiri. Ia tak percaya tulisan itu ada lagi. Padahal hari ini tim akreditasi dari Bandung akan sampai. Bagaimana jika ketahuan? Sekolah ini pasti akan tercoreng namanya.

Hari melihat kaleng Pylox itu. Nuzila ikutan melihatnya. Ia mengambil kaleng Pylox itu. Ternyata masih berat. Isinya masih banyak. Kenapa pelaku tidak menyimpan kaleng Pylox ini untuk tulisan terror selanjutnya? Atau jangan jangan dia mencoba mengelabui kalau nuzila adalah pelakunya? Nuzila langsung membuang kaleng Pylox itu.

"Ibu benar benar nggak nyangka."

Tiba tiba muncul Bu Mega dari belakang. Ia ditemani pak Leo dan beberapa siswa dan siswi.

"Ternyata itu beneran Lo nuzila!"

"Tapi Bu, ini fitnah!"

"Nggak ada tapi tapian sekarang kamu ikut Ibu ke kantor!"

Nuzila dibawa paksa oleh Bu Mega dan pak Leo pergi dari sana. Hari melihat Febby yang juga ada disana. Gadis itu diam diam tersenyum.

Nuzila berdiri di tengah lapangan, dibawah sorotan tajam cahaya matahari. Ia ditertawai oleh mereka. Mereka para siswa dan siswi yang masih sempatnya menjadikan nuzila tontonan meski di pertengahan jam pelajaran seperti ini. Hari masih setia berdiri disampingnya, ia terus memperhatikan siswa yang lalu lalang membaca karton yang dikalungkan di leher nuzila.

"I'm the loser. Munafik tak terkalahkan"

Ada pula beberapa dari mereka yang menertawai, menyoraki hingga melemparnya dengan es. Nuzila hanya terdiam, coba mengacuhkan.

"Aku yakin Febby adalah pelakunya." Ucap hari

"Benar, aku juga yakin itu dia." Jawab nuzila.

"Tenang saja, semua ini pasti akan ada ujungnya. Dia pasti akan kena batunya." Mendengar hari bersemangat nuzila terdiam. Bibirnya memucat. Dua jam sudah ia berdiri ditengah lapangan. Pada akhirnya nuzila tergeletak pingsan ditengah lapangan. Ada beberapa siswa yang menyadari hal itu. Namun mereka justru mengacuhkannya dan malah menertawainya. Hari jengkel dengan hal itu. Ia coba membangunkan nuzila.

Setelah satu jam akhirnya nuzila terbangun. "Aku dimana?"

"Masih ditempat yang sama. Kamu pingsan." Jawab hari.

"Berapa lama aku pingsannya ?"

"Cukup lama hingga aku hampir gosong. "

"Heh, mana nggak kelihatan." Nuzila mengekeh.

"Mereka tidak punya hati, bisa bisanya membiarkan seorang perempuan tergeletak pingsan. "

Nuzila memperhatikan hari. Dia terkesima dengan perkataan hari. Bagaimanapun dia pernah menganggap hari hantu yang menyeramkan.

Tibanya waktu dzuhur nuzila menyempatkan sholat di masjid. Ada beberapa gadis yang melihatnya dan lantas membicarakannya. Mengatakan ia tidak pantas berada disana dan shalatnya tidak mungkin diterima. Mukena yang ingin diambilnya juga banyak dibooking orang. Untung ada rena yang meminjamkannya mukena. Ia merasa sangat berterima kasih.

Nuzila baru ikut jam pelajaran keempat. Siang itu tidak ada guru, para guru sedang mengadakan rapat di kantor guna menyambut tim akreditasi. Kelas ramai, ada yang membuat pesawat dari kertas. Ada juga yang sibuk memakai bedak.

Nuzila menunduk ketika berasa dilihat oleh Sinta, gina, Hana dan putri.

Mereka terus membicarakan nuzila dibelakang. Rena diam saja. Dia sendiri.

Raffa dan temannya cekikikan, mereka bulatkan kertas dan dilempar ke tubuh nuzila lalu tertawa. Rena melihat nuzila yang tetap diam saja. Ia tetap menulis sesuatu di bukunya. Lima kali lagi Raffa melempar kertas bersama temannya ke arah nuzila. Gadis itu tetap diam saja. Hari kasihan padanya. "Mereka keterlaluan."

Tiba tiba seorang siswi masuk ke kelas. "Ada tim akreditasi! Cepat bersihkan kelas!"

Semua rusuh, Rena menyeru semua agar bangkit membersihkan kelas. Dia dan keempat temannya bergegas menyapu kelas. Sampah sampah kertas berserakan.

Sekolah Pelita Nusantara dikenal banyak orang sebagai sekolah dengan jumlah siswa yang banyak. Namun akreditasinya masih B, jika penilaian tim akreditasi saat ini turun menjadi C maka ujian nanti diharuskan menumpang disekolah lain. Guru dan para siswa tidak menginginkan hal itu. Maka saat ini semua guru dan siswa saling bekerja keras agar penilaian tidak turun.

Itu kenapa kejadian kemarin sangat tidak diinginkan, hasil dari rapat hari ini. Nuzila akan diskors.

Berita itu akan disampaikan oleh guru. Itulah alasan nuzila dipanggil keluar ditengah jam pelajaran ini.

Di jalan menuju koridor gadis itu tiba tiba dicegat oleh seorang pria paruh baya. Ia berbatik rapih dan membawa sejumlah berkas.

"Good morning."

"Morning."

Nuzila tegang. Ia diajak berbicara bahasa inggris. Apakah mungkin ini dari tim akreditasi?

"Can you please describe about this school?"

“This school had a big dream through its student. Not only huge about its building. This school surrounded by a lot of trees. Principal ia very fond about the green environment. He said plant trees provides many benefits for the environment, people and themselves. From there also we can take a lesson if take care the tree like take care yourself."

"Sekolah ini mempunyai impian yang besar lewat anak-anak muridnya. Bukan hanya besar karna bangunannya saja. Sekolah ini juga tampak dikelilingi oleh banyak pepohonan, pak kepala sekolah sangat rajin menanam pohon ia sangat menyukai lingkungan yang hijau, katanya menanam pohon itu memberi banyak manfaat, bagi lingkungan, sesama, dan khususnya bagi diri kita sendiri. Dari situ juga kita bisa mengambil pemahaman bahwa merawat pohon itu seperti pembelajaran untuk bisa merawat diri. ”

“Do this school have some vision or mission? Can you please tell me”

"Apakah sekolah ini memiliki visi dan misi? Bisa tolong jelaskan?"

“Yes, Perhaps its same with others, every school must have the same good purpose thats why its build. Our vission is first pious to the god just like basic principle in first principle, its because believing in God is important. If we dont have god in our life we are aimless. Second is devoted to parents and teacher. Third respect to other student. Fourth moral, ethical, and comply with all regulations and then must implement it.."

"Mungkin pada intinya adalah sama, sebuah sekolah pasti memiliki tujuan yang baik makanya ia dibangun. Visi kami adalah pertama ketuhanan yang maha esa yang maha esa. Sama halnya dengan isi pancasila di sila pertama, karna tuhan adalah penting ketika kita tak memiliki tuhan berarti jalan hidup kita sudah tak berarah. Kedua adalah berbakti kepada guru dan orang tua, lalu ketiga saling menghormati sesama murid. Keempat berakhlak, berbudi pekerti dan mematuhi seluruh peraturan lalu wajib menjalankannya. ”

"When did you memorize it?"

“Kapan kamu disuruh menghafalnya?”

"First grade, when MOS."

“Waktu kelas satu saat pertama kali mos”

"Its been long time and you still memorize it."

“Sudah lama sekali, dan kamu masih menghafalnya”

"Do you already implement this vission?"

“Apakah semua visi dari sekolah ini sudah kamu jalankan”

"I'm not sure, i can't judge myself. But that four vission must have been embedded in each student. Because student is not only about school dan subject but they are learned in various ways."

“Saya kurang tahu tentang itu, dan saya tidak bisa menilai banyak tentang diri saya. tapi keempat visi itu memang seharusnya sudah tertanam di diri seorang siswa. karna siswa bukan hanya tentang sekolah dan mata pelajaran saja. Tapi mereka terpelajar dalam berbagai bidang.”

"Who is your name? And what grade?

“Oh iya kalo boleh tahu nama kamu siapa? dan Dari kelas mana?”

"Nuzila from class 2B"

"Okay, nice to have conversation with you"

"Same with me sir."

"Thank you."

"Your welcome."

Orang itu pergi. Nuzila tidak kuasa menahan degup jantungnya. Ia berbicara dengan sangat jelas. Ini semua pasti berkat Allah. Allah memudahkan segala urusannya dalam menjawab pertanyaan sulit barusan.