webnovel

Penuduhan

Semua mata saling mengecutkan pandangan. Nuzila terkejut. Dia baru sampai didepan kelas. Tahu tahu sebuah kaki mengait kakinya. Nuzila hampir terjatuh, untungnya dia memegang dinding. Hari cemas "Kamu nggak apa apa?"

Perempuan yang mengait kakinya adalah putri. Hana dan gina saling berbisik "Dia pelakunya."

"Gue gak nyangka."

"Iblis."

"Besok mau ada tim akreditasi, kalo mereka ngeliat gimana?"

"Apa sih salah kita sama Lo? Nyontekin bahasa inggris? banyak yang lebih pinter dari Lo."

Semua mata mengarah padanya. Pak Leo dan Bu Mega ada didalam kelas berdiri tepat didepan kursinya. Sebuah kaleng pylox dikeluarkan dari dalam tas nuzila. Gadis itu terkejut, mengapa bisa ada kaleng pylox didalam tasnya.

Rena mendekati nuzila. "Semua orang nuduh Lo pelakunya."

"Nuduh apa?" Tanya nuzila.

"Nuzila jadi kamu pelakunya. Pelaku yang sudah mencoret dinding belakang sekolah dengan pylox dan menulis kata kata tidak manusiawi?!" Ucap pak Leo lantang.

Gadis itu tak percaya, dia hanya terdiam dan menggeleng. "Nggak.."

"Ngaku aja Lo! Iblis berbulu domba!" Teriak Raffa.

Semua saling menyoraki nuzila. "Ngaku! Ngaku! Ngaku!"

" Nggak, itu bohong" sangkalnya dengan suara kecil

"Ngaku! Ngaku! Ngaku"

"Bu Mega tolong saya Bu ini semua fitnah, tolong saya." Nuzila mengiba pada Bu Mega seraya memegang tangannya.

Bu Mega memelototi nuzila, tangannya dilepas

"Masih punya muka kamu minta tolong sama saya. Kamu nulis saya guru bodoh kan?"

Nuzila menggeleng, air matanya bergulir.

"Nuzila aku yakin kamu di fitnah." Ucap hari.

"Sekarang kamu ikut Ibu ke kantor." Ucap Bu Mega mencengkeram tangannya.

Semua siswa menyoraki. Nuzila dibawa pergi.

Dihadapan dinding yang penuh coretan, nuzila bergeming. Hari khawatir. Hantu itu menemani dirinya menangis. "Ini bukan salahku hari."

Ada berbagai macam tulisan didepan

"Suck, evil, you idiot Bu Mega. This school is worse, useless, tidak berpendidikan, you are all loser. Die!"

"Ini semua bukan salahmu." Ucap hari coba menenangkan tangisannya

"Kenapa harus terjadi seperti ini. Mereka bilang akan segera menelpon ayah. Bagaimana jika ayah tahu. Ini bukan salahku."

Hari tiba tiba mendengar sesuatu. Ia mendengar suara pikiran orang lain. "Aku mendengar suara pikiran pelakunya."

"Eh?"

Nuzila menghapus air matanya. "Orang itu ada disana. Dibalik dinding sana."

Hari berjalan mendekati dinding yang lima ratus meter berdiri diujung sana. Nuzila mengiringinya.

Langkah demi langkah mereka berjalan menuju dinding itu. Nuzila yakin itu pasti Raffa dan teman temannya. Lelaki begajulan yang sering kedapatan merokok di halaman belakang sekolah itu memang terkenal keisengannya. Dia bahkan sering menjahili nuzila hingga gadis itu sering menangis karena ulahnya.

Nuzila terkejut saat mengetahui orang dibalik dinding. Hari berbisik. "Dia pelakunya"

Seorang gadis. Dia Febby. Gadis pendiam yang sering kedapatan menyendiri di kelas.

"Febby? Kamu ngapain disini?"

"A,aku.. aku habis menelepon ibuku."

"Oh, kirain habis ngapain."

"Kamu kenapa, habis menangis?"

"A,aku. Nggak. Aku kelilipan. Akhir akhir ini sering banyak angin hehe. Kena debu."

"Oh. Aku pulang dulu ya."

"Iya."

Sepanjang perjalanan hari terus memicing ke arah nuzila. Gadis itu membalas "Aku hanya tidak ingin kejadian penuduhan terhadapku berulang. Dia orang baik mana mungkin aku menuduhnya."

"Jadi kau tidak percaya denganku? Aku mendengar sendiri dia tertawa dan mengatakan kalau dialah pelakunya."

"Ah percaya padamu musyrik."

Tiba tiba di persimpangan lewat sekelebat pria berjubah hitam didepan nuzila. Hari terkejut. Ia melihat begitu banyak kunang kunang hitam menyelubungi pria itu. Disaat yang sama, jatuh seorang wanita berambut panjang dari atas gedung. Nuzila terkejut. Wanita itu dua ratus meter tepat didepannya. Dia bunuh diri kata banyak orang.

Beberapa orang ada yang menutupi jasad wanita itu dengan koran. Mereka saling menutup hidung dan menjadikannya tontonan.

"Hari itu barusan.."

"Aku yakin pria itu dibalik aksi yang dilakukan wanita ini. Wanita itu menyebut kata Kyle dan pria itu didalam pikirannya mengatakan misinya berhasil."

"Pria itu?"

"Nuzila, pria barusan yang melewatimu memiliki aura jahat. Kunang kunang berwarna hitam menyelubunginya."

"Eh, pria mana?"

"Yang tadi, kau harus berhati hati dengan orang itu."

###

Nuzila muncul dari balik pintu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Kamu udah pulang Zil."

"Sudah bude."

"Kok lesu gitu? Kamu kenapa?"

"Nggak kenapa kenapa." Nuzila berangsur cemberut diatas sofa. "Lagi mikirin masalah sekolah aja."

Bu Aisyah khawatir. Hari melihat kebohongan nuzila didepan Bu Aisyah.

"Oh iya bude bisa pulang kok sekarang. Kak Fany bisa aku urus sendiri."

"Kamu yakin?"

"Iya nggak apa apa. Makasih ya bude."

"I,iya. Bude pulang dulu ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Pintu ditutup. Hari terus memperhatikan nuzila. "Ada apa denganmu?"

"Aku hanya khawatir dengan yang akan terjadi besok. Bagaimana jika mereka masih menuduhku? Dan mengatakan aku macam macam? "

"Lalu apa hubungannya dengan ibu barusan? Asal kau tahu ibu itu sangat khawatir dengan keadaanmu. Jika saja kamu mengatakan padanya masalah sekolahmu. Dia pasti akan memberi solusi."

"Hari, kamu tidak mengerti. Aku merasa sangat kecil. Tidak bisa apa apa. Apalagi besok akan datang tim akreditasi sekolah. Mereka khawatir jika tim akreditasi melihat tulisan itu. Aku bingung harus bagaimana."

"Bukankah disaat seperti ini kau harusnya percaya kepada tuhanmu? Dia pasti akan membantumu, bukan?"

"Aku tidak tahu. Kenapa Tuhan memberiku cobaan seperti ini."

"Itu artinya kau tidak percaya kepadaNya."

"Aku percaya. Aku hanya.."

"Itu sama saja."

"Kau tidak mengerti."

Nuzila pergi ke kamar. Dia tutup pintunya dan tidur. Ia tutup wajahnya dengan bantal.