webnovel

Bersama dengannya

Hasil dari rapat kemarin nuzila diskors, Bu Aisyah terkejut saat melihatnya masih ada dirumah. Gadis itu menceritakan semuanya.

"Masa semuanya pada percaya begitu sama kamu? Keterlaluan banget mereka."

"Iya bude"

"Yaudah sekarang kamu dirumah aja. Nemenin kakakmu."

"Iya."

Tujuh hari sudah berlalu dari semenjak nuzila diskors. Ia kerap ditemani Bu Aisyah mengurus kak fany. Ia juga sering bertemu Irfan saat mengantarkan makanan. Keluarga mereka sangat baik. Tiap hari mas Irfan selalu mengantarkan makanan ke rumah nuzila. Baginya mereka seperti keluarga.

Akhir- akhir ini nuzila tidak menemukan hari. Ia bahkan bingung kemana perginya hantu itu.

Di malam hari, nuzila menyempatkan melihat bintang diatas loteng. Ia naik menggunakan tangga. Nuzila sering main ke atas loteng waktu kecil, bersama kakaknya, melihat bintang dengan teropong.

Hingga saat ini teropong itu masih ada.

Ia duduk diatas genteng. Sayang sekali hari ini mendung, tidak terlihat bintang.

Tiba tiba ia mendengar suara hembusan nafas. Ternyata hari tepat berada disebelahnya. Nuzila kaget hingga hampir terjatuh.

"Hari kenapa kau ada disini?! Bilang bilang dong dari tadi."

Nuzila langsung menjaga jarak dengannya.

"Apa yang kau lakukan disini heh?"

"Memandang bintang."

"Mana? Nggak kelihatan. Orang mendung begini."

"Heh, lagi lagi yang kita rasakan tidak sama. Penglihatan kita mungkin berbeda. Aku melihat jutaan bintang diatas sana dan juga planet."

"Sungguh? Apa, apa itu benar?"

"Kita memang berbeda nuzila."

"Hari aku sangat ingin melihatnya. Sejak kecil aku sangat menyukai hal hal astronomi."

"Sayang sekali kau tidak bisa melihatnya."

"Apa kau percaya, diatas langit ini masih ada langit yang lain."

"Masa?"

"Iya, setelah langit ada surga. Apa kau tahu surga seperti apa?"

Ia menggeleng.

"Seperti kerajaan fantasi, negeri dongeng. Kolam susu, istana, malaikat, bidadari. Mas Irfan pernah menceritakan itu padaku."

"Irfan lagi."

"Eh, iya. Indah kan?"

"Aku tidak tahu dari mana asalku. Mengapa aku diciptakan seperti ini."

"Hari didalam penciptaan pasti ada alasan. Allah pasti menciptakanmu dengan alasan."

"Allah? Kau menyebut nama itu lagi. Siapa Dia?"

"Dia lah pencipta kita semua."

"Penciptamu dan aku?"

"Benar, pencipta yang membuat kita semua bisa bernafas dan hidup. Dialah yang membuat dunia ini seimbang dan tidak goncang. Dia tempat kita semua bergantung"

"Allah ya."

###

Pagi menjelang, nuzila sudah rapih dan bersiap mendorong kursi roda kak fany. Saat ini mereka berencana pergi ke danau bersama Bu Aisyah dan pangeran impiannya. Mas Irfan. Hari masih setia bertengger disamping nuzila.

Sepanjang perjalanan mereka tertawa, bershalawat dan mengobrol.

"Mas Irfan masih lama kuliah diturkinya?"

"Masih Zil, tapi beberapa bulan ini mas akan magang di sebuah sekolah."

"Wah, berarti beberapa bulan ini masih tinggal disini ya."

"Iya benar."

"Mas di Turki ke masjid biru nggak?"

"Iya pernah."

"Wah kereen."

"Kamu pingin kesana? Nanti deh mas ajak."

"Nggak mas. Cuma nanya doang kok."

"Melihat mas Irfan aja sudah cukup." Ucap hari, mengikuti perkataan hati nuzila.

Nuzila langsung berkobar dan memberikan hari kepalan tangan. Hantu itu langsung kabur. "Kurang ajar! Jangan kabur kamu!" Kesumatnya dalam hati.

"Nah sampe."

Akhirnya mereka sampai didepan danau. "Zil kamu masih ingat permainan lempar batu?"

"Masih mas. Waktu itu aku kalah dari mas."

"Mau coba lagi?"

"Mau mas."

Disaat kak Fany disuapi oleh Bu Aisyah, nuzila dan irfan saling bermain lempar batu. Siapa yang melempar batu paling jauh dia yang menang. Nuzila dan irfan langsung melempar batu ke air danau. Nuzila tertawa karena batunya malah nyangsang ke atas pohon dan jatuh ke kepalanya. Irfan tertawa. Kak Fany tersenyum melihatnya.

Nuzila langsung menyadari senyuman kakaknya. "Lihat mas, kak Fany tersenyum mas!"

Irfan ikut bahagia melihatnya. Ia coba melempar batu lagi dengan Irfan. Akhirnya nuzila menang. Batu itu terlempar jauh ke seberang. Nuzila jingkrak jingkrak menyambut kemenangannya.

"Sekarang sudah lega?"

"Maksudnya mas?"

"Beberapa waktu lalu kamu teriak sambil menangis. Sekarang pikiran kamu sudah lega?"

"Sudah mas Alhamdulillah."

"Seperti dalam surat At thuur ayat 48 : "Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu dalam penglihatan Kami." Ketika kamu merasa sendirian dan takut ingatlah selalu namaNya, maka kamu tidak akan merasa sendirian."

"Iya mas." Ucapnya dengan wajah tersipu

"Nuzila!!"

Suara hari dari kejauhan menyadarkan nuzila. Ia menoleh dan mengabaikannya.

"Hey cepat kesini! NUZILA! NUZILA! ZILA! ZILA! ZIL! NUZILA !"

Rasanya sangat ingin menutup daun telinganya dengan tutup panci. Tidak bisakah ia melihat situasi sedikit? Ia sedang menikmati waktu berharganya dengan pangeran impiannya. Kenapa dia berisik sekali !

"NUZILAAA!"

"Ishh!!"

Nuzila langsung ijin pada Irfan. "Mas aku kesana sebentar ya."

"Eh? Iya."

Gadis itu berlari ke arah hari. Menyeberangi jalan raya dan beberapa pedagang "Ada apa?"

"Aku ingin kau membantu ibu itu menyebrang." Tunjuk hari ke arah ibu diseberang jalan

"Hanya karena itu?"

"Memangnya kenapa?"

Nuzila pun menuruti permintaan hari. Dia berjalan cepat ke arah ibu diseberang jalan.

"Ibu mau nyebrang?"

"Eh iya neng, ibu dari tadi nyariin barengan tapi sampe sekarang nggak ada yang mau nyebrang. Kepala ibu pusing soalnya."

"Yaudah ibu pegang tangan saya ya."

"Iya."

Nuzila menuntun ibu tersebut menyeberang. Selepas menyebrang ibu itu mengucapkan terima kasih pada nuzila. Ia kemudian pergi menuju hari. "Aku yakin kau pasti mendengar suara pikiran ibu tadi."

"Tepat."

"Dasar makhluk aneh."

"Zil, aku melihat orang misterius itu lagi."

"Pria kunang kunang hitam?"

"Iya. Tapi aku kehilangan jejaknya."

"Yasudah tidak usah dikejar."

"Baiklah."