webnovel

Lamaran Mas Irfan

"Guru!" Teriak Kyle. Suaranya menjadi gema di hutan itu. "Guru kau dimana?"

Asap hitam itu adalah gurunya. Sudah hampir sepuluh tahun dia mengabdi padanya.

"Guru!"

Febby tiba tiba muncul bersamaan dengan rena, nuzila, hana, gina dan raffa. "Asap hitam itu sudah menghilang." Ucap Febby.

Kyle langsung naik pitam. "Apa katamu bocah!"

"Dia sudah musnah."

"Kalian menghancurkan semuanya!”. Kyle mengeluarkan senjata.

Tiba tiba muncul tiga orang polisi dengan todongan pistol. “Jangan bergerak. Kau sudah kita kepung.”

Kyle balik menodong polisi.

“Sudah paman! Hentikan!” Teriak febby.

“Tante Kinara meninggal dalam keadaan baik. Tante pasti tidak akan menyesal jika ia harus meninggal dalam keadaan seperti itu. Beliau juga memiliki suami yang begitu penyayang seperti paman. Bagaimana mungkin aku tidak iri.”

“Anak kecil tidak akan tahu penderitaan kami!”

“Aku tahu! Paman diremehkan oleh banyak orang karena kehilangan pekerjaan, disaat yang sama Tante Kinara harus meninggal dalam keadaan hamil. Paman tidak memiliki banyak uang saat itu, tidak memiliki uang untuk persalinan hingga Tante tidak bisa terjamin keselamatannya. Padahal kalian, keluarga bahagia, Tante orang yang baik. “

“Kau salah! Dia akulah yang membunuhnya!”

Febby tak percaya. Air matanya langsung terbendung dan mengalir.

“Apa maksud”

“Akulah yang membunuhnya saat sebelum persalinan itu.”

“Iblis..”

“Hahaha apa kau masih tetap menyukai pria iblis ini?”

Nuzila menghentikan Febby yang niat berbuat sesuatu terhadapnya.

“Sekarang ayo tangkap aku kalau bisa.”

Kyle menembak ketiga polisi. Bu Mega coba mengeluarkan febby dan Nuzila dari intaian mereka.

Mereka beradu tembak diantara pepohonan.

“Dasar kalian semua pengecut!”

Dua polisi terkena tembakan. Namun Kyle langsung ditembak bagian kaki dan dadanya hingga ia roboh.

Febby tak percaya. Namun ia merasa itu pantas diterimanya. Ia merasa sangat sakit hati. Bagaimana mungkin kyle melakukan semua dengan sangat rapih. Orang sebaik Tante Kinara tega teganya ia bunuh.

Kyle mati ditangan polisi. Kenangan tentang istrinya saat tersenyum terlintas di detik terakhirnya. Ia berguguran air mata melihat gantungan kunci hello Kitty di tangannya.

Setelah istrinya tidak bisa selamat saat melahirkan ia pun memutuskan untuk membunuhnya. “Aku mencintaimu Kinara..”

Hari terkejut saat melihat lintasan pikiran Kyle. Hatinya sakit. Seolah ia merasakan apa yang Kyle pendam.

Air matanya mengalir.

Nuzila terkejut melihat hari menangis. Ini pertama kalinya ia melihatnya bersikap seperti itu.

###

Nuzila berada diatas loteng rumahnya lagi. Dipandanginya langit berbintang diatasnya. Hari duduk di paling ujung. Jarak mereka berjauhan. “Apa hal yang membuat Kyle seperti itu hari?”

“Dia sangat mencintainya, hingga tidak ingin melihatnya sakit lebih lama. Namun pada akhirnya Ia menyesal telah membunuh istrinya dan ingin menghidupkannya lagi.”

Nuzila terus melihat hari. Lelaki itu heran

“Kau juga sempat menangis ya kemarin.”

“Seorang Kyle ternyata memiliki pikiran yang menyakitkan. Ternyata benar kata Febby, dia orang yang penyayang.”

“Jadi kau sudah mengubah pandanganmu tentang Kyle?”

“Entahlah. Dia telah banyak membuat orang mati.”

Nuzila dan hari sama sama menghela nafas panjang.

Hari menatap keatas langit. “Cinta itu apa?” Tanya hari

Nuzila melihatnya lagi. “Apa ya, perasaan senangmu terhadap suatu objek.”

“Apakah bisa disebut cinta jika pada akhirnya harus menyakiti orang yang dicintai itu.”

“Entahlah, kalo kata orang cinta itu buta. Makanya setan banyak yang menjadikan cinta sebagai alat untuk menyesatkan banyak orang.”

“Contohnya?”

“Zina."

“Begitu ya.”

“Contohnya kemarin juga Kyle diperalat oleh setan atas nama cinta."

“Heh. Definisi tentang cinta apa lagi?”

“Apa ya. Seperti kau memiliki perasaan khusus terhadapnya dan tidak ingin ditinggalkan olehnya.”

“Seperti mas irfan maksudmu?” Nuzila langsung tertawa. “Apaan sih. Mana mungkin.”

“Kau tidak bisa berbohong dariku zil.”

“Haha lucu banget sih kamu, tuh lihat di kepalamu banyak nyamuk.”

“Lihat, kau terlalu senang. Itu benar kau mencintainya. Hingga tak rela dirinya pergi ke Turki lagi.”

Nuzila bergumam coba mengalihkan pembicaraannya dengan melihat ke atas.

Tiba tiba ada suara ketukan pintu dari luar. “Siapa?” Tanya hari. Nuzila mengangkat pundaknya.

Ia segera turun dan hampiri pintu. Naya terkejut ketika melihat mas Irfan membawa rantang makanan lagi. “Mas Irfan bawa apa lagi.”

“Ini Zil dari Ibu saya. Tadi masak kebanyakan. Dimakan ya.”

“Makasih ya mas.”

“Iya Zil

Nuzila tersenyum. Ia melihat hari yang coba mengejeknya. Mas Irfan melihat ke belakang Nuzila. "Kakakmu lagi apa zil?”

“Eh? Kakak? Lagi tidur mas.”

“Oh gitu.” Mas Irfan terdiam.

“Mas Irfan mau ketemu kakak?”

“Eh nggak kok zil. “

“Iya mas.”

Mas Irfan masih terdiam di tempatnya, padahal biasanya jika sudah tidak ada urusan ia langsung bergegas pergi. Kali ini ia seperti ingin mengucapkan sesuatu.

“Zil.”

“Iya?”

“Apa boleh mas irfan--”

“Boleh apa mas?”

“Melamar kakakmu.”

Nuzila terkejut. Nadinya berdenyut dan jantungnya seolah berhenti.

Barusan dia ngomong apa?

Hari menggeleng, ia salah kaprah ternyata. Nuzila juga sepertinya demikian. Lihat, betapa murungnya ia saat ini.

“Mas berjanji akan selalu menjaganya."

“Tunggu, bukannya mas mau balik lagi ke Turki?”

“Iya rencananya sehabis pulang dari Turki mas ingin melamar kakakmu.”

Naya semakin murung. “Mas percakapan ini dilanjut besok aja ya. Sudah malam. Assalamualaikum.”

Nuzila langsung menutup pintunya. Dan bersandar di tubuh pintu.“Aku tidak percaya.” Ucap hari. Nuzila pergi meninggalkannya.