webnovel

Abjad DY

Darla, merupakan seorang yang ingin mengejar impiannya di bidang jurnalistik, sementara Yerlla seorang pemimpi yang juga ingin mengejar impiannya di bidang Melukis. namun, tak semuanya berjalan mulus hingga hal hal yang tak masuk akal dapat menghampiri mereka. Semuanya berawal dari sebuah kompetisi, ia yang membuat segala hal itu terjadi. Menjadi lebih rahasia, hingga biasa.

Atmuras · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

Abjad C

"Jadi, Kamu Darla?" Kira, Kakak Yerlla, mengangguk pelan. Yerlla tersenyum, Darla menutupi lengannya, ia tak mau menjelaskan lebih panjang dan panjang lagi dari awal mulanya kejadian itu.

"Ya, sudah, kakak mau ke kamar dulu, Yerlla temani temanmu ini ya!" Suaranya menggema, hingga terdengar di taman, hingga terdengar pintu kamar di kunci.

Yerlla menyerahkan pulpen bermerk 'Abjad' itu. Darla mendongakkan kepalanya. Perempuan 13 tahun itu tersenyum, lantas ia berkata, "Pulpennya terbawa, kau bawa saja"

Darla menggelengkan kepala, "Nanti aku kembalikan saja" kemudian mengambil pulpen itu dari jemari Yerlla.

"Oh iya!"

Darla mengambil handphone nya dari tas 'dark borwn'-nya itu—merk tas yang di pakai Darla.

Ia men-tap tombol history kemudian men-tap aplikasi online shop nya kembali.

di laman pencarian itulah, semua nya akan terjadi.

Keypad handphone nya itu ia ketik dengan cepat kalimat 'Pulpen Abjad'

meski baru kata 'pul' langsung Kata 'Pulpen Abjad' menjadi daftar pencarian teratas.

"Ternyata pulpennya sudah terkenal" Bibir berdarah tadi bergerak, namun disambut mata yang terbelalak.

"bagaimana bisa? Daftar ini pasti palsu, iya kan?" Merasa tak percaya Yerlla mengambil handphone nya. Ia men-tap aplikasi online shop yang sama, kemudian ia mengetik kata yang sama, namun, hal itu tak terjadi.

'Pulpen Abjad' itu tak kunjung muncul, malah sinyal memperburuk suasana.

Yerlla menghela nafas, ia terus mengetik di halaman pencarian itu.

"Kenapa?!"

Darla yang dari tadi juga menyibukkan diri melihat Yerlla bekerja keras, ikut bingung.

"Seharusnya Internet nya bekerja!" Omelan Yerlla menyalahkan si sinyal terkutuk itu, yang membuatnya sekarang mulai kesal.

Darla tak mau diam, ia mengetik sesuatu kata yang sama. Tapi, kalimat 'Pulpen Abjad' masih terus saja di daftar pencarian teratas.

"Hshhh, dasar!" Gerutuan Darla, bukan menjadi 'nasib buruk' nya. Ia terus menggerutu, melihat daftar di layar beradiasi itu tetap sama.

"Arrghhh!" Yerlla menggentakkan kakinya lebih keras. Darla yang merasa telah di permainkan itu pun mematikan handphone nya. kemudian menatap Pulpen itu lamat-lamat.

"Tunggu-" Kata-kata Darla terpotong.

kemudian bersamaan berkata, "Jangan-jangan ini bukan pulpen biasa?!"

"Nah, itulah yang membuatku bingung" Yerlla membunyikan jarinya.

"Bagaimana tidak? Daftar ditempat ku berbeda, padahal kita menggunakan aplikasi online shop yang sama?" Yerlla menyimpulkan. Jemari nya mencoba menghitung berapa jumlah huruf dari kata 'Abjad'. lima jumlahnya!

"kita harus menunggu 5 detik lagi, kalau masih sama, 5 menit lagi, kalau masih sama 5 jam lagi, kalau masih sama 5 hari lagi, kalau masih sama 5 tahun lagi, kalau masih sama 5 dekade lagi, kalau masih sama juga paling tidak 5 abad lagi, kita akan mewariskan pulpen ini kepada keturunan kita, agar diselidiki" Yerlla bergurau di suasana genting ini.

Jangkrik berbunyi disana.

"Aturan macam apa itu? Ada saja! Jelas, itu hanya seperti anak kecil, kau tahu?" Darla menggelengkan kepalanya, ia tak tahu harus menjitak kepala nya atau menjewer telinga nya (tentu bercanda)

perempuan 13 tahun an itu memperbaiki duduknya kemudian merebut pulpen dari tangan Darla.

"Dan lagi kau tahu? Pulpen ini jarang orang temukan?" Tangannya bersiap memotret pulpen misterius itu. Belum apa-apa tangannya seperti dikendalikan ia malah memotret wajah nya sendiri.

"Ah, tidak!"

Yerlla berteriak.

Pulpen misterius itu ia lemparkan.

"Ada apa dengan pulpen itu?"

Darla menyahut, memegang sofa erat-erat.

"Ada apa ini?!" dengan nafas tersengal Yerlla mencoba mendekati pulpen 'Abjad'. Badannya sedikit membungkuk, jemarinya tak kuasa menyentuh lagi, tapi haruskah ia menyentuhnya?

Hati nya jadi bimbang.

Berdiri tegak dan memundurkan diri selangkah.

"tunggu, jangan lakukan itu Yerlla" tangannya mengepal kemudian, "apa kau sudah gila?" ia menepuk-nepuk kepalanya sendiri.

"Ada apa?" Darla yang dari tadi menutup mata, sadar kalau Yerlla tak jadi mengambil pulpen itu.

"Astaga"

Bibir seni itu bergerak. menyaksikan sebuah pulpen yang mengeluarkan cahaya terang.

"Hei, Yerlla jangan mendekat!" Darla memperingatkan. Cahaya terang itu lebih tepatnya seperti portal. Portal yang menghubungkan Dunia Yerlla dan Darla dengan dunia lain.

Namun, apa yang dilihat Yerlla dan Darla di portal itu berbeda. Kebanyakan portal mempunyai corak bulat seperti lollipop, juga corak abstrak lain. Yang bergerak seperti jelly, jika digoyangkan.

Namun lagi, hal ini berbeda. Yang Yerlla lihat disitu adalah kakaknya yang entah bagaimana kabarnya selalu ia rindukan, sementara Darla melihat hal yang berbeda ia melihat kak Wini dia adalah seseorang yang selalu membantu dan mengajari Darla soal Jurnalistik-an sewaktu Darla kecil. Akan tetapi, Kak Wini yang ia sayangi pindah rumah, lantaran ia harus mengejar impiannya di S2, karena tempat kuliah nya jauh dengan rumah dimana ia tinggal satu kompleks dengan Darla. Nomor handphone kak Wini berganti, selain itu akun media sosial lainnya kak Wini tak pernah memberi tahu karena waktu itu Darla masih kecil dan tak tahu menahu soal media sosial-an hal itulah yang menyebabkan ia tak tahu kabar kak Wini lagi.

Layaknya seorang yang di hipnotis Yerlla dan Darla, mereka berjalan girang mendekati portal itu, tak sadar bahwa itu hanyalah sebuah ilusi untuk memancing mereka berdua.

"Kakak? kakak pulang kenapa enggak bilang-bilang!" Yerlla berteriak, kemudian berdiri terpaku. Kakak Yerlla, lebih tepatnya ilusi kakak Yerlla itu melambai-lambaikan tangannya. Seolah di kenyataan, ilusi kakaknya itu menyuruh Yerlla mendekati untuk berpelukan.

sementara Darla yang tadi mencegah, dengan munculnya kak Wini itupun akhirnya ia terhipnotis. Mereka 'luluh' dengan orang-orang yang mereka rindukan.

"kak.. kak Wini!" Darla berlari, berhenti tepat disamping Yerlla. ilusi kak Wini itu tersenyum.

Secara bersamaan mereka mendekati portal itu dalam hipnotis.

Mereka masuk ke portal itu tanpa ba-bi-bu lagi.

Mereka terjebak.

Di dalam portal.

Misterius itu.