webnovel

Abjad DY

Darla, merupakan seorang yang ingin mengejar impiannya di bidang jurnalistik, sementara Yerlla seorang pemimpi yang juga ingin mengejar impiannya di bidang Melukis. namun, tak semuanya berjalan mulus hingga hal hal yang tak masuk akal dapat menghampiri mereka. Semuanya berawal dari sebuah kompetisi, ia yang membuat segala hal itu terjadi. Menjadi lebih rahasia, hingga biasa.

Atmuras · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

Abjad D (special chapter)

Asing.

Itulah kata pertama yang ada dibenak Darla dan Yerlla, sebelum mereka mengetahui sebenarnya.

"Ka.. Kak! aku rindu! dimana kakak?" Yerlla bersiap mendekap kakaknya, hilang begitu saja hanya tinggal bayangan, yang berubah menjadi angan-angan yang belum terwujud.

"dimana?" tertegun. Bingung mencari sumber ilusi itu, dan dimana ia?

"Kak Wini!" Darla berteriak saking kerasnya, hingga Ratu Viston—ratu dari kerajaan Queenland, dimana Darla dan Yerlla berada itu terbangun.

"Hurrggghh!" Ratu berwatak antagonis, dengan kemampuan sihirnya itu berjalan ke depan cermin.

"Siapa makhluk yang membangunkan ku?! huh?! dasar makhluk tak tau sopan!" Ratu Viston mengomeli 'cermin' nya.

Ia mengambil tongkat emas, yang disandarkan di dekat cermin. Digoyangkan tongkatnya itu. Membentuk sebuah lingkaran bulat.

Buff.

"Bocah bumi lagi?! kemana tukang pulpen sialan itu?! huh?!" Ratu Viston berjalan menggunakan tongkat nya, ia kemudian berganti pakaian menggunakan gaun ratu yang disiapkan Batur (pelayan) nya itu.

Menjinjing gaun panjang sekaligus teribet nya ia berjalan cepat, terdengar ketukan sepatu perak berkilauan.

Di lorong Istana, Ratu Viston membelokkan langkahnya ke kanan dan disana terdapat satu ruangan, dimana 'tukang pulpen' itu berada.

"Dasar, bikin repot saja!" gerutunya sepanjang berjalan.

Pintu kayu dengan corak garis-garis itu ia buka lebar dan berkata, "apa yang akan kau lakukan tukang pulpen?!"

"Berhenti memanggilku tukang pulpen nyonya ratu, saya tahu anda pasti terbangun karenanya" Seseorang berpakaian rapi dengan baju berwarna Abu-abu dan celana kulot berwarna hitam, serta rambut ala laki-laki pada jamannya di negeri Queenland.

"Huh, baiklah, apa yang akan kau lakukan dengan manusia bumi?! Kenapa kau mengajak orang-orang bumi itu tinggal disini?! Ilmuwan kerajaan?!" Ratu Viston berteriak, tapi sekeras-kerasnya berteriak tak ada yang mendengar, ruangan itu kedap suara.

lantai berbatuan itu tak cocok dengan sepatu perak sang ratu. Melihat itu Ilmuwan kerajaan, menyuruhnya untuk keluar secara halus.

"Maaf Nyonya Ratu.." Ia kemudian berdehem, dan mendekatkan mulutnya ke telinga Ratu Viston.

"Ini Rahasia" Bisik 'tukang pulpen'. Yang dibalas anggukan sinis Ratu Viston

"oh, jadi kau merahasiakan nya?!" Alis ratu Viston terangkat sebelah. Bersiap memukul Ilmuwan kerajaan itu dengan tongkat emasnya.

"Bu-bukan begitu nyonya ratu, alasannya sepatu perak anda tak cocok dengan lantai batu ini.." Ilmuwan mengelak, ia kemudian menunjuk sepatu perak atasannya itu.

"Memangnya sepatu perak ku, tunggu- apa katamu? sepatu perak?!" Ratu Viston melihat sepatu yang ia kenakan, pasti karena terburu-buru. Tapi, ia langsung menggunakan pakaian dan sepatu yang Batur nya siapkan.

oh, tidak!

"Pck! herrrggh, dasar Batur sialan itu! mau-maunya aku menggunakan sepatu perak 'tipuan' ini!" Ia menggerakkan sepatu peraknya. kemudian, ia copot begitu saja di ruangan Ilmuwan Kerajaan.

Ratu Viston berjalan keluar tanpa menutup pintu ruangan Ilmuwan kerajaan.

"Nyonya.. Ratu.. selalu saja, jika menggunakan sepatu perak yang diberikan Raja Gier tak mau" Ilmuwan kerajaan itu menggelengkan kepalanya, kemudian menutup pintu, dan memungut sepatu perak itu.

di atas almari ramuan ia letakkan.

Diruangan luas, dimana para Batur beristirahat dan melakukan aktivitas seperti memasak untuk para Batur, makan, minum, tidur, mandi, mencuci pakaian, beristirahat, melakukan hobi, dan lain sebagainya.

Dikagetkan dengan kedatangan Ratu mereka.

Pintu tak terkunci itu, dibuka dengan cepat, mengagetkan semua orang didalam ruangan itu.

Melihat Ratu mereka berkunjung, para Batur merapat, berkumpul dan berbaris menghadap ke arah Ratu Galak itu.

"Ekhem" Ratu Viston berdehem.

Mengangkat tongkatnya kemudian diputarnya tongkat itu kepada seluruh Batur yang sedang berkumpul, sekarang waktunya para Batur istirahat.

"siapa diantara kalian yang menyiapkan pakaianku?! huh?!!" Kedua alisnya terangkat, menunjukan amarah lewat wajahnya. Suaranya terdengar hingga depan istana. Ratu Viston menggertak para Batur, semuanya menunduk kepada si galak itu.

Tangan ratu Viston terangkat, menunjuk salah satu pelayan yang berdiri paling depan.

"Sa.. saya ratu?" katanya, tangan kanannya mengelus leher bagian depan.

"Ya!"

Batur itu menelan ludah. Matanya tak kuasa menatap Ratu Viston, pandangannya ia palingkan ke bawah.

Namun, ketika pandangan matanya tepat jatuh di kaki Ratu Viston, ia terbelalak.

"Oh, tidak!"

Serunya, ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Maafkan, saya ratu, mungkin saya lupa menyiapkan sepatu" Batur itu berjongkok, sambil membersihkan kaki Ratunya, debu-debu ruangan para Batur itu menempel di kaki Ratu.

"Panggil saya nyonya ratu! Jadi kamu?! Dasar! lepaskan!!" Batur di depannya itu ia tendang, tersungkur di depan para Batur lain, melihat Batur Baru terjatuh, hingga tangannya terluka akibat tergores bebatuan lantai, Batur didekatnya membantu berdiri.

"Tapi ia masih baru Nyonya Ratu, Ia menggantikan Batur yang baru pensiun" Batur Di sampingnya memberi penjelasan.

"Batur baru?! jadi, kamu Batur baru itu?!" Ratu Viston memasang tatapan tajam, matanya tertuju pada wajah Batur barunya itu.

"Huh, suruh Batur Sill menjelaskan, Jangan sampai dia tersesat!" Teriak Ratu Viston, yang kemudian menggentakkan tongkat emasnya.

"Cuacanya dingin, buatkan aku tie daun sier!" Perintah Ratu Viston, ia menjinjing gaun panjangnya kemudian berjalan keluar, tanpa menutup pintu lagi.

Batur bernama Leen su itu, menutup pintu kemudian, "Nyonya Ratu selalu begitu, ini waktu istirahat kita kan? Apa kita perlu membuatkannya tie daun sier?"

"Buatkan sajalah, sebelum ia mengomel lagi" Batur dengan pemilik Nama Sill itu menyahut, ia adalah pemimpin para Batur, lebih tepatnya senior, umurnya 29 tahun.

Baru-batur yang bekerja disini harus berumur minimal 16 tahun, dan jika sudah berumur 34 tahun, para Batur 'dipersilakan' untuk mengundurkan diri dari istana.

Batur baru biasanya bertugas mengganti Batur yang baru saja pensiun.

Batur Sill mempunyai keluarga di desa, orangtuanya pernah bekerja sebagai Batur di istana ini, itulah sebabnya selain ia senior, ia selalu menjadi kepercayaan ratu Viston.

Anak dan pasangan batur Sill tinggal di desa, terkadang Batur Sill meminta cuti sekitar 3-5 hari (batasan cuti yang diberikan Ratu Viston untuk cuti adalah 7 hari) untuk berkumpul dengan keluarganya.

Mengingat ia mencari nafkah di istana, dimana pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang terbilang sangat terpuji di Negeri dimana Yerlla dan Darla terjebak.

Orang bekerja di Istana biasanya mendapat pujian dari warga-warga dan mendapat 'kesopan santunan' dari para warga yang bertemu walaupun ia bekerja sebagai prajurit atau Batur sekalipun.

"Batur Cei, ikut aku" Seru Batur Sill, kepada Batur Baru itu.

Batur Cei yang dipanggil meringis kesakitan, tangannya masih luka terkena goresan bebatuan tadi.

"Hei, Hei, Batur Sill jangan menyuruhnya sekarang, Kasihan dia tangannya masih berdarah dan dia yang kena akibatnya, kau seharusnya yang mengajari, dan ini juga salahmu. Akibat kau tak mengajarinya, ia kena marah Ratu Viston" Batur Kly (baca : klai) yang sedang merapikan seprai kasur Batur Cei, agar Batur Cei beristirahat menyahut. Kemudian mengibaskan seprai nya kencang-kencang. Berisyarat agar dapat paham sedikit kepada orang lain.

Batur Sill menghela nafas.

"Huh, iya Batur Sill aku hanya mengajaknya berobat saja kok, obat disini habis, jadi aku ingin mengajaknya ke ruang tabib istana, kau paham?" Batur Sill berjalan lebih dekat dengan Batur Cei.

"Ku pikir kau ingin mengajaknya ke perpustakaan, agar Batur Cei tak tersesat lagi" Yang tadinya mengomentari Batur Sill itupun Batur Kly tertawa.

Sementara Darla dan Yerlla..

"Dimana kita sekarang Yer?" Darla mengusap air matanya, ia menatap Yerlla yang menangis sesegukan.

Yerlla masih belum bisa berkata-kata karena syok apa yang dilihatnya itu hanyalah jebakan, Yella menggeleng pelan.

Pasrah.

"Bagaimana kalau sekarang kita mencari portal itu, barangkali kita masih bisa kembali, sebelum hari gelap" Darla mengusap punggung Yerlla, mencoba meredakan tangis Yerlla.

"Dar.. la.. aku pikir kita tidak akan bisa kembali lagi.. ke bumi.. kalau.. kita belum menemukan orang yang membawa kita ke.. si..ni" Yerlla mengusap matanya yang basah.

Darla tersenyum. Yerlla memang ceria.

"oh iya, handphone ku!" Darla berseru, ia baru menyadari jika tadi mengantongi handphone nya disaku celana.

"Nah, ini dia!" Serunya girang.

"Apa bisa digunakan?" Yerlla semakin tersenyum, tangis kecewanya sudah sedikit reda.

"Eh, masih bisa!" seru Darla yang kemudian tersenyum. Ia membuka aplikasi chatting nya.

"Mama" katanya, ia men-scroll ke bawah. Mencari kontak mamanya.

berharap, ia masih bisa berkontak dengan keluarganya dan juga keluarga Yerlla.

Noted : 1. tie daun sier adalah semacam minuman seperti teh tapi terbuat dari daun sier, daun sier lebih tepatnya adalah daun teh tetapi berwarna merah dan biru.

2. Yerlla dan Darla terjebak di dunia Abjad. Dimana mereka bertualang, dengan tujuan mencari hal yang membawa mereka ke tempat asing itu. Mereka tiba di negeri Q atau negeri Queenland, dimana di dunia abjad terdapat negeri dengan huruf A-Z, dan mempunyai pemimpin yang berbeda-beda.

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya.

Beri aku lebih banyak motivasi!

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Follow Instagram : atikamuradaf_

Atmurascreators' thoughts