webnovel

BAB 9 : KARIN DAN LUKANYA

Plakk!!!

Betapa terkejutnya Karin melihat apa yang dilakukan Indah pada Sabiru, ia menamparnya dengan tangis yang sejak tadi sudah membasahi pipinya. Indah kini benar-benar marah pada Sabiru. Karin kira ia akan kecewa pada dirinya, namun tidak Indah malah membelanya.

"Lo jadi cowok kalau udah enak-enak tanggung jawab dong. Enaknya aja ya lo suka, giliran anak orang bunting lo malah pergi. Itu anak lo begok, lo pikir mudah hamil di luar nikah, lo pikir enak hamil tapi bapaknya ngga mau tanggung jawab? Lo mah enak tinggal kencing aja habis itu lo cuci terus pergi. Karin, dia nanggung beban Bajingan." Indah dengan air mata dan amarahnya yang kian meninggi menuding-nuding wajah Sabiru.

"Bukan anak gua, Ndah. Dia itu pelacur, bisa aja dia main sama orang lain." Ujar Sabiru kembali menyakiti hati Karin.

"Lo emang bajingan Biru. Karin ngga berhak mempertahankan lo lagi." Indah kini menatap Karin dengan sangat lama. "Lo yakin, lo bakalan mempertahankan bajingan ini. Lo yakin dia bakalan tanggung jawab Rin? Kalau gua udah ngga percaya sama bajingan ini. Sekarang aja perilakunya kayak gini, bisa jadi hal yang lebih parah akan terjadi kalau lo pertahanin dia."

"Tapi, Ndah?" Karin sudah menangis sejak tadi, rasa mualnya seketika hilang, tergantikan dengan rasa sakit di dadanya.

"Ngga ada tapi, Rin. Sekarang lo ikut gua! Gua muak ada di satu ruangan dengan Bajingan. Perilakunya aja udah kayak binatang. Najis gua deket-deket dia lagi." Indah menarik tangan Karin, keluar dari UKS, kebetulan bel istirahat sudah berbunyi, Indah mengajak Karin kekelas namun bukan untuk melanjutkan pelajaran melainkan ia mengambil tasnya dan tas Karin.

"Fa, izinin gua sama Karin ya hari ini. Gua mau anterin Karin pulang. Dia lagi sakit." Ujar Indah pada Rafa yang tercengang melihat kedua sahabatnya itu nampak tak baik-baik saja.

"Ngga gua aja yang anterin, Ndah?" Indah menggelengkan kepalanya menolak usulan Rafa. Akhirnya Indah dan Karin pun keluar kelas, meminta izin ke satpam hingga akhirnya menunggu taxi online datang. Tak butuh waktu lama taxi online itu datang, di dalam mobil mereka tidak ada sama sekali berbicara, keduanya saling memikirkan apa yang ada dalam pikiran mereka masing-masing.

Mereka berdua berhenti di rumah Indah, rumahnya hari ini kebetulan sedang sepi, hanya ada pembantu dan kakaknya yang tidak begitu perduli dengan kehidupan Indah. Indah lantas mengajak Karin kedalam kamarnya.

"Ceritakan semuanya sama gua Rin. Apa yang sebenarnya terjadi? Lo beneran hamil? Ini juga alasan lo bunuh diri?" Semua rentetan pertanyaan itu ia lontarkan pada Karin. Karin hanya menunduk malu tak bisa menjawab.

"Ngga kenapa-napa kalau lo belum mau cerita, lo istirahat aja." Indah pun berdiri hendak pergi keluar, namun Karin akhirnya angkat bicara.

"Malam itu, gua pergi ke rumah Rafa sama Sabiru, gua diajak minum. Okey kita udah biasakan minum, Sabiru juga udah biasa bukan? Tapi entah kenapa malam itu gua mabuk berat, gua ngga sadarkan diri. Dan lo tahu, saat gua sadar. Gua udah ngga dirumah Rafa, gua ada di hotel dengan tanpa busana di dalam selimut putih, lo tahu di sebelah gua Sabiru juga tanpa pakaian sehelai pun. Badan gua sakit semua, bagian bawah gua kerasa perih ada darah juga di selimut itu. Gua ngga tahu harus ngomong apa saat itu, gua bingung. Gua ngga nyangka kalau Sabiru tega melakukan hal itu ke gua. Cinta pertama gua, Ndah. Dia hancurin hidup gua. Dia buat jadi ngga berdaya." Karin menangis sejadi-jadinya di kamar Indah.

"Dan yang paling menyakitkan saat Sabiru bangun, dia juga nampak kebingungan, dia terkejut. Bergegas ia pakai baju dan celananya, sama sekali dia tidak mengatakan apa-apa. Sabiru pergi begitu saja ninggalin gua di kamar hotel. Pagi itu adalah pagi yang menyakitkan bagi gua Ndah. Gua bagaikan sampah yang udah ngga di harapkan lagi. Bagaikan kaleng minuman yang udah habis isinya langsung di buang." Indah akhirnya memeluk Karin, ia tahu betul bagaimana hancur perasaan sahabatnya ini.

"Keesokan harinya, dia datang nemuin gua, semua seperti normal-normal saja, seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Sabiru ngajak gua makan, bahkan beliin boneka besar. Dan seminggu berlalu, gua heran kenapa gua belum juga datang bulan, akhirnya gua beli tespack, hal menyakitkan kembali gua rasain, gua hamil Ndah. Tepat saat alat tespack itu masih di tangan gua, Sabiru ngechat gua ngajak ketemuan di taman. Gua siap-siap, gua kira itu akan mengubah kesedihan gua. Tapi nyatanya Sabiru mutusin gua malam itu juga. Bahkan saat gua bilang gua hamil, Sabiru tetap pergi. Dia ngga peduli, Ndah."

"Orang berengsek kayak dia perlu di kasih pelajaran Rin, kita boleh diem aja. Lo harus lebih tegas."

"Gimana gua mau tegas, lo tahu sendiri, ngga ada sama sekali yang dukung gua. Bokap sama Nyokap gua, ngga peduli sama gua. Mereka hanya peduli sama jabatan dan karir, gua hamil aja gua dibentak-bentak. Malah di suruh gugurin kandungan gua. Orang tua macam apa yang kayak gitu. Hidup gua sekarang tersiksa Ndah. Ngga ada sedikit pun bahagia bakalan datang. Hidup gua udah hancur. Mimpi gua sekarang pun akan susah gua gapai. Gua ngga bakalan bisa jadi dokter Ndah."

"Lo masih punya gua Rin, dan mimpi lo masih bisa lo kejar kok. Di luar sana single perents banyak yang berhasil. Lo harus kuat ya Rin. Lo harus buktikan kalau lo bisa bertahan." Ujar Indah ada benarnya. Tangis keduanya masih berlanjut hingga sore, hingga kedua orang tua Indah datang. Orang Tua Indah sangatlah baik, berbeda sekali dengan orang tua Karin. Bahkan jika boleh memilih Karin lebih memilih untuk tinggal di tempat ini lebih lama lagi. Karin bahkan tak pernah merasakan kehangatan keluarga. Dia terkadang iri dengan kehidupan teman-temannya yang normal-normal saja.

Lamunan Karin tentang keluarga bahagia akhirnya buyar, sebuah pesan masuk datang membawa berita yang kurang menyenangkan. Itu pesan dari mbok Darmi.

Non, Non pulang ya! Bapak non. Bapak kecelakaan.

Deg.

Seketika jantung Karin seakan berhenti berdetak, napasnya seorang sesak. Bahkan di saat kedua orang tuanya tak sayang kepadanya, masih ada rasa peduli dan khawatir kepada mereka. Karin berdiri dan meminta Indah untuk mengatarnya pulang.

Entah apa lagi yang terjadi, kehidupan seakan tak pernah berpihak padanya. Karin dengan ketidak bahagiannya. Apakah akan ada sisa bahagia yang dirasakan Karin suatu saat nanti? Adakah seseorang yang akan mengubah nasibnya. Entahlah, ini masih menjadi rahasia alam.