webnovel

BAB 8 : KEBENARAN TERUNGKAP

Pagi ini perut Karin begitu sangat tidak bisa diajak bersahabat, mual-mual bahkan mencium bau masakan pun ia tidak sanggup. Mbok Darmi yang sejak tadi sibuk menyiapkan sarapan pagi akhirnya menghentikan aktivitasnya senjenak.

"Mbok Karin nggak kuat, mual-mual terus. Mbok Darmi bikin apa sih baunya ngga enak banget. Karin ngga suka mbok." Karin yang sejak tadi meringkuk di kasurnya terus menahan mual yang sejak tadi subuh tak juga kunjung usai. Maharani dan Putra tak mau tahu soal Karin. Mereka masih asik berkelana di dunia mimpi mereka.

"Non, Karin hari ini jangan sekolah dulu ya!" Mendengar itu Karin menggeleng keras, mana mungkin dia bisa melewatkan hari tanpa menatap wajah Sabiru, dia adalah kekasihnya. Orang yang selalu ada dalam pikirannya. Seberapa kuat pun Sabiru menyakiti hatinya, Karin tetap akan menganggap Sabiru adalah orang yang amat sangat ia cintai. Karin kekeh ingin pergi kesekolah hari ini, meskipun sudah berkali-kali mbok Darmi membujuknya tetap saja hal itu tidak akan mengurungkan niatnya.

Karin akhirnya pergi ke sekolah dengan keadaan masih mual, ia mengenakan jaket kesekolah, serta masker agar menghindari dari bau-bau yang tidak ia sukai, hal ini pun yang di sarankan mbok Darmi.

Karin turun dari mobil, dengan penuh semangat ia melangkah, ia sekilah melihat Sabiru yang baru saja datang dengan motor kesayangannya. Karin meniatkan diri untuk datang menemui Sabiru, sudah sangat senang dan semangat Karin melangkahkan kakinya, namun semuanya itu seketika musnah, Olivea justru lebih dulu mendekati dan merangkul tubuh Sabiru. Mereka nampak sangat mesra, laiknya seorang kekasih.

Karin mengurungkan niatnya, ia akhirnya langsung menuju kelas dengan keadaan hancur untuk kesekian kalinya. Semangatnya untuk datang kesekolah tadi pagi hancur seketika, ia bahkan menyesali tidak menuruti kata Mbok Darmi agar tidak ke sekolah hari ini. Karin muak dengan apa yang ia lihat hari ini, mengapa kehidupannya berubah 180 derajat dari sebelumnya. Karin yang dulu tidak semenyedihkan ini kehidupannya, setiap pagi ia akan selalu di sambut oleh senyuman hangat Sabiru, tapi semenjak kejadian malam itu. Kehidupan Karin benar-benar berubah suram.

"Rin lo ngga apa-apa kan?" Tanya Rafa yang melihat Karin menunduk saja sejak masuk kedalam kelas, bahkan pertanyaan Rafa saja ia tak jawab, sejujurnya ia memang tak mendengarnya.

"Karin!" Kali ini Indah menyenggol lengan Karin, hingga ia kembali tersadar.

"I-iya. Kenapa-kenapa?"

"Lo yang kenapa?" Rafa membalikkan pertanyaan yang di tanyakan Karin barusan. Karin benar-benar tidak sedang baik-baik saja. Ia banyak melamun dan wajahnya pun tak sesegar biasanya, sekarang lebih pucat.

"Lo sehat kan Rin, wajah lo pucet banget loh." Pertanyaan Indah kali ini berhasil membuat Karin sedikit gelagapan, pasalnya kedua sahabatnya ini belum tahu kalau sebenarnya ia sedang hamil.

"Gua baik-baik aja kok. Santai aja ya!" Dan apa yang di katakana Karin tadi tidak terbukti apa-apa. Mual-mual yang ia rasakan tadi pagi kembali muncul saat seorang Guru masuk dan mulai mengajar, kali ini bukan karena bau makanan, namun bau parfum yang digunakan guru tersebut. Karin yang sudah tidak betah lagi dengan bau itu lantas langsung keluar berlari menjauh, sembari menutup mulutnya dengan tangan. Semua siswa bahkan guru tersebut heran melihat Karin yang tidak wajar hari ini.

Karin berlari ke toilet sekolah, ia memuntahkan semua isi perutnya, badannya sudah sangat lemah, apalagi tadi pagi ia belum sempat memakan apapun. Indah yang sudah meminta izin untuk melihat kondosi Karin, bergegas menemui Karin di toilet. Dari Karin sudah penuh akan keringat basah.

"Lo bilang ngga kenapa-napa. Ini buktinya apa? Lo sakit kan Rin. Udah kita keUKS, gua temenin lo di sana. "

"Tapi Ndah?" Indah tak mengubris penolakan Karin, ia bergegas menarik tangan sahabatnya itu untuk datang ke UKS. Sementara Karin, dia benar-benar khawatir jika Indah tahu kondisinya seperti apa saat ini, apa yang akan terjadi jika Indah tahu kalau saat ini ia sedang mengandung seorang anak. Mungkin saja Indah akan menjauhinya. Suatu hal yang benar-benar di takuti oleh Karin.

Namun sebelum mereka berdua sampai di UKS, tanpa sengaja Karin menabrak Sabiru. Mereka berdua saling bertatapan lama. Hingga salah satu dari mereka mengalihkan pandangan.

"Biru." Sapa Karin, namun bukannya membalas sapaan Karin, Sabiru malah melanjutkan jalannya, mengabaikan Karin yang masih menatapnya dengan kesedihan. Sabiru benar-benar sudah melupakan Karin.

"Emang tu cowok ngga ada hati ya, peka dikit kek. Udah tahu pacar lagi nyapa kok ya ngga di jawab. Hatinya tu ditaruk di bokong kali ya." Ujar Indah marah-marah, namun marahnya segera mencair sangat ia teringat harus membawa Karin ke UKS.

Setibanya di UKS ternyata petugas UKS sedang tidak ada, Karin akhirnya hanya tidur di brangka UKS. Sementara Indah mengambilkan minyak kayu putih untuk di usapkan ke perut Karin. untuk beberapa saat Indah masih menemani Karin, entah kemana putugas UKS hari ini, kenapa tidak satu pun yang datang.

"Rin, gua ketoilet bentar ya! Lo jangan kemana-mana!" Karin hanya menganggukkan kepalanya saja, ia sejak tadi bahkan ingin memejamkan matanya, namun merasa tidak enak dengan Indah akhirnya ia urungkan niatnya.

Indah akhirnya pergi meninggalkan Karin, namun selang beberapa saat kemudian, seseorang masuk kembali.

"Kok balik lagi Ndah?" Tanya Karin, namun tak ada jawaban sama sekali. Akhirnya Karin membuka matanya, lihatlah siapa yang sedang berdiri di sebelahnya, Sabiru. Sabiru datang, wajahnya datar. Karin yang tak kuasa menahan rindu akhirnya bangkit dan memeluk Sabiru dengan sangat erat.

"Biru, gua kangen banget sama lo. Please jangan tinggalin gua lagi. Sekarang gua ngga sendiri. Gua berdua, gua sedang berjuang untuk mempertahankan anak kita." Karin masih memeluk Sabiru, napasnya sudah tak teratur, bahkan air matanya kini sudah membanjiri pipi dan seragam Sabiru.

"Anak kita lagi rewel banget, gua dari pagi mual-mual. Rasanya ngga enak banget, semua makanan ngga enak Biru." Ujar Karin penuh semangat bercerita kepada Sabiru, namun respon Sabiru justru membuat Karin terkejut, di luar ekspetasi yang ia kira. Sabiru melepaskan pelukan Karin, ia menatap Karin dengan sangat tajam.

"Lo bisa diem ngga sih? Dan berhenti cari-cari gua lagi. Gua muak liat muka lo, gua muak denger suara lo. Gua ke sini bukan karena kasian sama lo Karin. Gua cuma mau memperingatkan, berhenti berhenti berharap kepada gua." Sabiru menuding Karin dengan sangat menyakitkan. Dunia Karin benar-benar hancur hari ini.

"Dan satu lagi, gua ngga mau tahu dengan urusan kehamilan lo. Dan itu bukan anak gua. Lo tinggal jujur aja sih, sebenarnya lo bisa aja kan main sama orang lain. Lo kan PELACUR." Semakin hancur hati Karin, namun Karin tak tinggal diam, emosinya seketika meluap. Refleks Karin pun menampar wajah Sabiru, dan di saat bersamaan Karin melihat Indah yang tercengang mendengar percakapan mereka berdua.

"Jadi lo Hamil Rin?" Tanya Indah pada Karin dengan tatapan benar-benar sedih dan kecewa.