webnovel

BAB 7 : OLIVEA HANS

Sabiru dan Rafa kini sudah berada di ruang BK, keduanya sama-sama akan discores karena sudah membuat keributan, dan ini adalah perkelahian yang kesekian kalinya. Bahkan guru BK ini tak mengerti lagi dengan jalan pikiran mereka berdua, bukannya kemarin mereka masih di beri hukuman, tapi mengapa sekarang berbuat ulah lagi. Mereka berdua masih tak angkat bicara, masih mendengarkan omelan guru itu saja. Hingga akhirnya mereka berdua keluar dari ruang BK.

"Bukannya kemarin kita habis baikan ya? Sekarang lo kenapa bikin ulah lagi?" Ujar Rafa namun tak ada jawaban dari Sabiru, ia malah memilih pergi. "Siapa perempuan yang jadi selingkuhan lo itu Ru?" Tanya Rafa tanpa difilter terlebih dahulu pertanyaannya. Namun Sabiru sama sekali tak membalas pertanyaan Rafa, ia meneruskan langkahnya hingga ke kelas. Ia masuk hanya untuk mengambil tas dan langsung pulang.

Namun saat ia keluar pintu kelas, perempuan yang ia temui tadi tiba-tiba saja melintas di depannya. Dan sekali lagi gelar mesum itu keluar dari mulut perempuan itu.

"Eh laki-laki MESUM. Gua tadi lupa bilang satu hal. Lo harus tanggung jawab." Sabiru yang tak mengerti apa yang dikatakan perempuan itu hanya bisa terbengong tak mengerti.

"Tanggung jawab apaan?" Tanya Sabiru yang merasa ada yang aneh dengan perempuan ini, tadi ia sangat marah dan kini amarahnya menjadi candaan yang sangat lucu. Bagaimana mungkin hanya berciuman saja harus bertanggung jawab.

"Minggir lo!" Ujar Sabiru pada perempuan itu, namun perempuan itu sama sekali tak membiarkan Sabiru beranjak pergi begitu saja.

"Gua ngga bakalan halangin langkah lo lagi. Tapi itu pun kalau lo mau tanggung jawab sama gua." Sabiru yang tak ingin berlama-lama akhirnya mengiyakan saja apa yang di katakana perempuan itu.

"Jadi apa yang harus gua lakuin?" tanya Sabiru

"Okey, pertama kita kenalan dulu. Kenalin gua Olivea." Ujar Olivea memperkenalkan dirinya, namun beberda dengan Sabiru, ia sangat nampak enggan berurusan dengan perempuan itu. Setelah perkenalan itu berjalan lancar, akhirnya Sabiru bernapas lega. Setidaknya berkenalan saja cukup bagi Sabiru. Namun tidak dengan Olivea, ia sudah terlanjut jatuh cinta pada Sabiru. Memang benar Olivea tadi marah karena karena ciuman dadakan itu, tetapi dalam hatinya ia sangat beruntung.

Tanpa aba-aba Olivea akhirnya mencium pipi Kanan Sabiru dengan posisi kaki sedikit jinjit untuk menyama ratakan tingginya. Dan saat itu juga Karin dan Indah berada di belakang mereka. Air mata Karin kembali menetes. Sabiru yang menyadari keadaan Karin akhirnya membalas ciuman Olivea dengan memeluknya sangat erat laiknya sepasang kekasih.

"Ya udah sayang. Aku pulang dulu ya. Lagi di dihukum nih. Kamu jangan nakal ya di sekolah." Sabiru menyentuh hidung Olivea, keduanya memang benar-benar romantis. Sabiru lantas menjauh menyisakan Olivea yang terpaku tak percaya cintanya akan secepat itu di terima. Bahkan ia senyum-senyum sendiri dan tanpa menyadari Indah dan Karin sedang memperhatikannya.

"Kok kayaknya gua ngga pernah lihat lo ya?" Tanya Indah yang mendekat kearah Olivea.

"Gua anak baru, murid pindahan. Oh iya kenalin gua Olivea." Olivea menyodorkan tangannya untuk berkenalan, namun yang menerima jabatan tangannya hanya Indah. Sementara Karin sudah pergi begitu saja, dia benar-benar sudah membenci perempuan itu.

"Lo seharusnya ngga pindah ke sini." Ujar Indah sebelum akhirnya pergi menyisakan Olivea sendiri dengan rasa jengkel.

****

"Kamu benar-benar mau menjatuhkan martabat Mama ya?" Ujar Maharani saat sudah berada di rumah. Karin yang sedang duduk hanya menatap Maharani malas, sudah sangat amat sering Karin melihatnya marah-marah saat pulang dari sekolah. Bahkan belum sempat untuk berganti baju atau sekedar membersihkan diri.

"Kamu denger Mama ngga sih Rin?" Karin masih saja diam, dia benar-benar malas sekali meladeni Maharani saat ini, hatinya sedang tidak baik-baik saja.

"Karin!!" Maharani akhirnya kehilangan kesabarannya lantas menarik tangan Karin agar berdiri dan memperhatikannya.

"Mama bisa ngga sih ngga kasar sama aku? Aku tadi itu pingsan Ma, ngga ada sedikit pun aku buat malu-maluin Mama. Apalagi, apa yang tadi Mama bilang? Martabat, Ma?" Karin tertawa sinis, sembari melihat Maharani.

"Tenang Ma, perut Karin belum besar. Martabat Mama masih aman. Ya setidaknya masih ada waktu lima atau enam bulan buat Karin main-main di sekolah. Sekalian bikin jantung Mama copot juga nanti." Puas mengungkapkan isi hatinya, Karin lantas pergi kekamarnya. Dan Maharani semakin melunjak emosinya.

"Anak tak tahu di untung, sekali lagi kamu berbuat masalah di sekolah. Mama akan pindahkan kamu keluar negeri." Teriak Maharani yang suaranya bahkan sudah diabaikan oleh Karin sejak tadi. Ia pun akhirnya memutuskan mengganti pakiannya. Lantas kembali pergi ke sebuah acara bersama Putra suaminya yang sudah menunggu di kantor.

****

Sabiru kali ini langsung pulang kerumah, ia khawatir jika terjadi sesuatu pada Sinta, ibunya yang sudah merawat Sabiru dari kecil. Sabiru benar-benar tidak akan terima jika suatu hal yang buruk terjadi kepada ibunya ini. Bergegas Sabiru masuk kedalam kamar, dan ia mendapati Sinta tengah terduduk sembari menatap jendela.

"Mama, mama lagi apa?" Tanya Sabiru sembari mendekat dengan sangat pelan.

"Sabiru? Kamu udah pulang?" Sabiru menganggukkan kepalanya. Lantas ia memeluk Sinta dengan sangat erat, wangi yang begitu khas itu tercium oleh Sabiru, wangi yang akan ia rindukan di mana pun ia berada.

"Sabiru lapar. Ma." Sinta yang masih berada di pelukan Sabiru akhirnya membalikkan badan dan menyentuh pipi Sabiru dengan sangat gemas.

"Mama siapin dulu ya." Ujar Sinta, namun Sabiru masih enggan melepaskan pelukkannya. Hingga Sinta hanya diam dan tak bisa menyiap makan untuk Sabiru.

"Gimana Mama mau nyiapin makan kalau masih masih kayak gini." Sabiru akhirnya melepaskan pelukannya. Dan membiarkan Sinta menyiapkan makanan di dapur. Sabiru lalu merebahkan tubuhnya di Kasur, ia kini teringat dengan kejadian tadi pagi, saat dia mencium Olivea.

"Bodoh! Jadi cowok kok mesum gini sih gua." Ujar Sabiru menyalahkan dirinya sendiri, kemudian ia teringat dengan Karin. Bagaimana keadaan Karin saat ini, itu yang ada dalam pikirannya. Tak sedikit pun ia bisa melupakan Karin, sudah ia coba segala cara, namun bayangan-bayangan itu selalu saja menghantui pikiran Sabiru. Bayangan kalau Karin sedang mengandung anaknya.

"Ngga mungkin, ngga mungkin itu gua. Bisa saja Karin sudah pernah berbuat hal itu dengan orang lain." Sabiru mengambil bantal dan menutup wajahnya dengan bantal itu. Namun pikirannya masih saja tentang itu, tentang ke hamilan Karin. Hingga sebuah pesan masuk di ponsel milik Sabiru.

Nomer baru, ia tak mengenalnya. Lantas Sabiru membukanya, Sabiru benar-benar merasa gila saat ini, masalahnya dengan Karin belum usai, dan kenapa harus ada seseorang lagi yang masuk dalam kehidupannya.

Hai Sabiru, sava nomer gua ya!

Siapa tau lo nanti kangen gua, kan kita bisa telponan.

Olivea kekasihmu….