webnovel

"Bitch, I Love U!"

Ikbal_Saputra_8964 · Fantasy
Not enough ratings
9 Chs

"Bitch, I Love U!" [2]

Tuhan..

Semoga ini memang awal yang baik untuk aku memulai kehidupan yang baru.

*****

Decit ayunan yang berayun berirama menyambut petang.

Dimana sang surya menyembunyikan kebahagiaan dan larut dalam kesedihan.

Aku berpangku tangan, memperhatikan kedua keponakanku yang bersenang ria bersama.

"Pasti bakalan kangen banget sama Arsyad dan Dinda.. Duhh jadi ragu mau pindah juga." Ucapku lesu.

'Bug!'

Sebuah bola membentur dinding keras, hampir saja menerjangku yang sedang terdiam melamun.

"Astaga!" Pekikku sembari mengusap dadaku terkejut.

"Maaf! Gak sengaja." Ucap seseorang mengambil bola sepak yang di gulingkannya.

"Loh Radju?" Ucapnya.

"Eh mas Damar!" Pekik ku terkejut dan refleks berdiri.

"Ka..kamu gapapa?" Tanyanya.

Aku tersenyum simpul, membersihkan belakang celanaku dari pasir yang menempel.

"Enggak kok mas, lagian gak kena kok." Jelasku.

"Ahh sukur deh. Maaf, emang David suka gak kira-kira kalo main bola." Jelasnya.

Aku tersenyum dan mengangguk.

David adalah anak mas Damar yang berusia 5 tahun.

"Hahah David percis papa nya ya, kuat!" Ledekku.

Mas Damar menggaruk kepalanya salting.

"Oh iya mas, sabtu aku mau pindah ke jakarta. Mau lanjut kuliah sambil kerja disana." Jelasku.

Mas Damar menatapku.

"Kamu pindah?" Tanyanya sedikit terkejut.

Aku mengangguk mantap.

"Aku mau ngejar cita-citaku mas..." Jawabku.

Mas Damar terdiam sesaat, raut wajahnya berubah menjadi sedikit muram.

Aku menyenggol lengan mas Damar, membuyarkan lamunannya yang entah apa di fikirkan.

"Gimana mas? Gamau cobain lubang aku dulu kah? Itung itung perpisahan gitu hehe." Rayu ku.

Kebetulan uang simpananku sudah hampir habis, dan sudah 3 hari ini aku tidak menjajahkan diriku. Dan lagi, melihat mas Damar yang berkeringat sehingga kaos tipisnya basah membuatku sedikit horny.

"Ma..mau sih.. Aku kira km cuma main-main." Jawabnya menyeka keringat di dahinya kaku.

Aku melihat gelagap mas Damar yang panas dingin, hahaha aku sukses merayunya. Terbukti dengan gundukan dicelana nya yang mulai membesar.

"Om ayo pulang! Udah sore, nanti mama nyariin!" Ajak Dinda menarik tanganku.

"Eh iya! Arsyad ayo pulang!" Ajak ku.

Mas Damar menarik tanganku saat aku hendak berbalik.

"Nanti malam mas telpon kamu ya." Ucapnya.

Aku mengangguk sembari tersenyum, dan bergegas pulang karena hari sudah hampir gelap

***

Aku bersantai ria di kasur, membaca beberapa novel yang belum rampung ku selesaikan.

'Ting!'

Sebuah notifikasi masuk melalui handphone ku.

"Kamu dimana? Sini kerumah."

Ternyata sebuah pesan dari mas Damar yang memintaku kerumahnya.

"Oke mas." Jawabku dan bergegas bersiap-siap untuk pergi kerumah mas Damar.

Cukup lama sekitar 13 menit berjalan kaki akhirnya aku tiba di depan rumahnya.

Mas Damar merupakan salah satu pendatang di desa. Ia baru 3 tahun tinggal di desa bersama istri dan anaknya.

"Eh mas? Udh nungguin aja diluar." Ucapku ketika mendapatinya duduk di bangku terasnya.

"Iyaa.. Takut kamu gak berani ngetuk rumah mas. Makanya mas tunggu sini." Jawabnya sembari mempersilahkanku masuk.

Rumah mas Damar tampak begitu luas, ruang tamu yang didekor minimalis dan lemari kaca disudut ruangan memberikan kesan mewah.

"Emm.. Maaf mas gabisa main dirumahku, soalnya lagi banyak orang." Jelasku.

Ia tersenyum sembari memberikanku segelas air es.

"Iya gapapa kok hehe." Ucapnya.

Aku memperhatikan seisi ruangan mas Damar sejenak.

"Emangnya istri sama anak mas kemana?" Tanyaku.

"Mereka dirumah sepupunya. Mas bilang ada panggilan kerja lembur 2 hari, makanya mas anterin ke rumah sepupunya." Jawab mas Damar.

Aku menatapnya yang semakin tampan saat dilihat.

"Hahaha alesan ya mas, padahal mah mau main sama aku seharian." Godaku.

Mas Damar menggaruk kepalanya.

"Heheh udah ah! Malu aku jadinya." Jawabnya melempar pandangannya kesegala arah.

Aku tersenyum dan beranjak pergi ke kamar mas Damar untuk memulainya.

Tiba di kamar mas Damar mencoba menciumku namun aku mendorongnya keatas kasur.

Aku merangkak diatasnya, mendekatkan wajahku kewajahnya dan menempelkan bibirku sejenak.

"Ahhh.." Lirihnya.

Aku membuka kancing kemeja mas Damar satu persatu, wajahnya merona merah dengan perlakuan yang aku berikan.

Kemudian mas Damar meraih kepalaku dan langsung melumat bibirku bringas, ia memejamkan matanya dan terus menghisap bibirku.

Bibirnya sangat manis, mungkin ia memakan permen sebelum bermain denganku.

Mas Damar melepaskan ciumannya, dan berpindah mencium pipi dan dahiku, hampir seluruh permukaan wajahku dijamahnya.

Ia melepaskan ciumannya dan membuka mata, dengan satu gerakan mas Damar membalikan posisinya keatas, membuatku berbaring dibawahnya.

Mas Damar membuka kaos ku dan beberapa kali mencubit nippleku yang sudah tegak.

"Mass.. Ahhh." Racau ku.

Mas Damar terus memilin putingku, dan Terus menatapku yang sedang meracau.

"Isep puting aku mas." Pintaku.

Mas Damar mendekatkan wajahnya ke dada ku dan mengeluarkan lidahnya menyentuh putingku.

Sungguh nikmat, ia menghisap putingku secara bergantian dan meremasnya pelan.

Mas Damar menghentikan perlakuannya, dan kembali berbaring disampingku.

"Isepin punya mas dong." Pinta nya manja.

Aku bergerak bangun dan merungkuk tepat di selangkangannya.

"Arrgghh sayang!" Erang mas Damar saat lidahku menyentuh pangkal penisnya.

Aku terus menjilat penis mas Damar tanpa memegangnya. Ia terlihat beberapa kali menengok kearahku sembari membuka mulutnya.

Aku menggenggam penisnya, sembari bertatapan aku mulai memasukan penisnya kedalam mulutku.

"Anjing! Aahhh! Dek ah!!" Racaunya lagi saat aku menghisap penisnya.

Aku semakin tertarik dengan penis indahnya. Kucoba untuk menelan seluruh batang penisnya.

Sangat sulit karena ukuran penis mas Damar yang besar.

"Aaaaahh tolong dek!!! Aahhh mas gak kuat dek! Aaah!" Racaunya menjadi jadi saat seluruh penisnya habis kutelan.

"U..udah dek! Mas nanti keluar!" Pintanya.

Aku tidak mengindahkan perkataannya dan justru malah memajumundurkan kepalaku perlahan.

"Dek! Dek! Aaaaah! Mas mau aaah!"

Seketika lahar hangat keluar dengan derasnya, membuatku tersedak dan beberapa tetes keluar melalui celah mulutku.

Aku tetap menghisap penis mas Damar dan berusaha menelan spermanya sebisaku.

"Dek... Ahhh gila kamu dek!" Ucapnya menutup mata dengan lengan kiri nya yang kekar.

Aku melepas penisnya dalam mulutku dan menjilat habis sisa sperma diselangkangannya.

"Enak kan mas?" Godaku.

"Hu'um." Gumamnya yang terus bersembunyi dengan lengannya.

Aku sempat mual saat menelan seluruh sperma mas Damar. Sangat banyak dan kental.

"Lanjutin ya mas." Pintaku.

Aku meraih gelas es ku di meja, mengambil es batu didalamnya dan menyapunya ke penis mas Damar yang melemas.

"Aah dek dingin!" Erangnya menoleh melihat perlakuanku.

Aku terus membasahi penisnya dengan es batu, mas Damar hanya mengerang sembari terus menatap perlakuanku.

Aku meletakan kembali es batu kedalam gelasku dan meminum habis airnya. Mas Damar yang melihat itu hanya tersenyum senang.

"Mas Damar mau yang lebih enak?" Godaku.

Ia terdiam bingung dan mengangguk pasrah.

Aku merangkak diatas badannya, dan memasang posisi berbalik 69 diatasnya.

"Mas buka pantat aku, terus isep dan jilatin lubang anusku." Pintaku.

"Loh kok gitu?" Tanya nya bingung.

"Itu untuk bikin lubangku relax buat kamu masukin mas. Anggap aja itu lubang perawan." Jelasku.

Mas Damar membuka belahan pantatku dan mulai menjilat lubang anusku.

"Arrghhh enak mas!" Pekik ku.

Mas Damar semakin bersemangat ia berulang kali menyedot dan menjilat lubang anusku. Tangannya pun beberapa kali menampar pantat ku kencang.

"Aahhh mas enak!" Ucapku.

Aku mulai menggenggam penis mas Damar yang sudah mulai berdiri lagi.

Dan dengan cepat aku langsung memasukannya kedalam mulutku.

Mas Damar terlihat ke enakan, bahkan badannya menggelinjang memaksa penisnya masuk lebih dalam ke mulutku.

Cukup lama dalam posisi seperti itu aku melepaskan hisapanku dan berubah posisi. Mas Damar terlihat kecewa, sepertinya dia ingin lebih lama bermain dengan pantatku.

"Masukin ya mas.." Pintaku.

Mas Damar mengangguk mantap.

Aku mengambil handbody yang tergeletak diatas meja dan melumuri penis mas Damar.

Aku beranjak duduk diatas badan mas Damar, sembari melumuri penisnya aku menatap wajahnya yang mengerang pelan. Mulutnya berulang kali terbuka dan tertutup.

Kemudian aku berjongkok tepat diatas penisnya dan secara perlahan mulai memasukkan batang penis mas Damar kedalam anusku.

Ku rasakan sedikit rasa sakit saat penis mas Damar melesak masuk, sungguh penisnya diatas rata-rata.

Mas Damar terlihat mengerang dan membuka mulutnya lebar saat batang penisnya masuk kedalam lubang anusku.

"Arrrrrgh gila enaknya!" Erangnya kencang saat seluruh batang penisnya masuk kedalam anusku.

"Anjing kamu dek! Gilaaaa enak banget dek ahhhh sempit!!! Penis mas berasa diurut-urut!!" Racau nya heboh.

Aku tertawa kecil dan mulai memaju mindurkan pantatku keluar masuk penisnya.

"Aahhh gillaaaa dek! Aahhh terus dek! Anjing enak bgt!" Racaunya gak karuan.

Aku terus memajumundurkan pantatku berirama, dengan tempo lambat dan semakin cepat hingga kasur mas Damar berdenyit.

"Aaahhh anjing dek terus!!! Lebih cepet dong sayang!" Pintanya.

Aku semakin cepat menggenjot pantatku sampai mas Damar teriak keenakan dan duduk memelukku erat.

Semburan sperma mas Damar terasa sekali membasahi dinding anusku.

"Aaaarrrrghhh mas keluar dek! Mas keluar!" Erangnya kencang.

Mas Damar mendudukan ku dipangkuannya, kami berhadapan dan saling berciuman.

Mas Damar tetap menggenjot penisnya didalam pantatku.

"Aaahhh mampus kamu dek!! Mas tumpahin semua spermanya biar kamu hamil sayang!! Aaarrggh!" Racaunya yang terus menggenjot pantatku semakin cepat.

Penis mas Damar yang tadi mulai melemas didalam anusku kembali membengkak besar.

Mas Damar membaringkanku dan meletakan kedua kaki ku dipundaknya.

Ia terus memajumundurkan penisnya di dalam lubang anusku.

"Aaarrghh ahh! Enak dek! Aaahh mas gamau berenti!" Racaunya lagi.

Suara hentakan penis mas Damar dengan pantatku semakin kencang ditambah suara becek bekas sperma mas Damar menyatu.

"Aahh mas! Aaah mas! Hhhmm ahh." Racauku.

Mas Damar membungkuk dan mengecup bibirku, menghisapnya beringas dengan penisnya yang terus merujam pantatku cepat.

"Aah mas! Udah mass ahhh!" Erangku.

"Hhmm aahhh ahh engga dek. Mas gabakal lepasin." Ucapnya dengan nafas tersengal.

Mas Damar berhenti sejenak dan mengangkat badanku tanpa melepas penisnya di anusku.

Ia menggendongku sembari terus menggenjot pantatku kasar.

"Aahh mas! Aaah tolong ahhh enak mas! Lebih dalam lagi mas aaah...!!!" Erangku memeluk mas Damar kuat.

Mas Damar memepetkan badanku di dinding sembari terus merujam pantatku.

"Aaahhh sayang enak bgt!!! Aku hamilin kamu ya dek.. Aahhh mas mau begini terus sayang!" Ucapnya dengan mata nya yang merem melek merasakan nikmat.

"Aahh hamilin aku mas!! Buat aku bunting mas!! Keluarin semua nya didalam mas aarrgghh.." Erangku yang tak kalah merasakan enak dari rujaman penis mas Damar.

Cukup lama sekitar 20 menit dengan posisi tersebut mas Damar kembali mengubah posisinya.

Ia menghentakan seluruh barang yang ada di meja kamarnya hingga jatuh berserakan.

Mas Damar menelungkupkan ku diatas meja, ia mengubah posisinya menyetubuhiku.

"Aaarrggh gila dek!! Kenapa pantat kamu enak banget gini!!! Sempit banget kayak memeq perawan! Aaarrgh.." Racaunya lagi.

Mas Damar terus menggenjot anusku dengan cepat. Benar benar buas, ia bahkan tidak kelelahan terus merujam pantatku.

"Masshh aahhh enak mas.." Racauku.

Mas Damar menuntunku kembali ke kasur dengan posisi yang tidak berubah, mendorongku dan terus menibanku sembari terus merojok lubangku.

"Aaarrrgggh masss enak masss! Terus!" Erangku kencang.

Mas Damar menutup mulutku dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya menjambak rambutku kasar.

Bunyi hentakan genjotan mas Damar terdengar cepat dan keras sekali.

"Aaaarrrrrrgggghhh dek! Mas mau keluar aaaargghhh!" Ucapnya terus merujam pantatku semakin cepat.

"Aah dedek juga mau keluar masss! Aaah!" Ucapku.

Dan dengan hentakan yang cepat tanpa berhenti sperma ku keluar membanjiri kasur mas Damar.

"Anjing aaaarrrrggggh!!" Racau mas Damar memelukku.

Ia mencium leherku dan hemburan spermanya kembali membasahi dinding anusku, penisnya berulang kali berdenyut denyut hingga habis mengeluarkan sperma.

"Anjing kamu dek.. Enak banget!" Ucapnya dengan nafas yang tersengal-sengal.

Mas Damar mengecup bibirku dan terus menggenjotku sampai semburan sperma nya terhenti.

"Kamu jadi istri mas aja deh dek. Biar mas bisa ML terus setiap hari." Racaunya.

Penis mas Damar melemas dan menciut, ia mengeluarkan penisnya dari anusku dan membersihkan nya dengan kemeja nya.

"Makasih ya sayang. Gila mas gak akan pernah lupa ini.. Enak banget!" Ucapnya.

Aku bersandar di dadanya yang bidang.

"Benerkan? Ketagihan deh mas haha!" Godaku terus memainkan bulu yang tumbuh di dadanya.

"Mau lagi mas, mau setiap hari make kamu! Lebih enak dari istri mas sih." Ucapnya tersenyum menggigit bibir bawahnya.

Aku mencubit hidung mancung mas Damar gemas dan membenamkan wajahku dalam dalam di dada nya.

Tanpa terasa kami tertidur pulas berdua, tanpa sehelai kainpun dan hanya bertutupkan selimut.

Sekitar pukul 7 pagi aku dan mas Damar bangun, kami bahkan mandi barsama dan mengulangi percintaan didalam kamar mandi.

"Kenapa kamu pindah dek?" Tanyanya.

"Heheh maaf ya mas." Ucapku.

Mas Damar mengacak acak rambutku dan tersenyum.

Ia meraih dompetnya dan mengeluarkan uang, memberikannya padaku.

"Banyak banget mas!" Pekik ku saat menghitung uang yang berjumlah Rp.4.300.000,-

"Heheh itu sedikit kok." Jelasnya.

"Makasih ya mas." Ucapku memeluk mas Damar.

Ia mengusap lembut rambutku dan mencium bibirku cukup lama lalu bergegas mengantarku pulang dengan motornya.

****

"Makasih ya mas." Ucapku.

"Iya sama sama, yaudah aku pulang dulu ya dek." Jawab mas Damar kemudian memacu motornya pergi meninggalkan rumahku.

Aku tersenyum, permainan mas Damar sangat menyenangkan.

"Aku pul..." Ucapanku terhenti saat masuk ke dalam rumah dan mendapati mas Fajar didalam.

"Abis dari mana kamu?" Tanya nya dingin.

Bibirku terasa kelu dan berat.

"A..anu mas a..aku abis pergi." Ucapku terbata.

"Jual diri lagi?" Tanyanya dengan nada yg sangat besar.

Aku refleks menghampirinya dan menutup mulutnya.

"Husssh!! Mas jangan kenceng-kenceng dong! Nanti mba Nesa denger!" Omelku.

Mas Fajar menepis tanganku dari mulut nya.

"Kakak mu gak ada, dia lagi pergi membeli beberapa keperluanmu." Jawabnya jutek.

Aku menggaruk kepalaku bingung.

"Ehh Radju udah pulang!" Sambut mba Nesa yang baru tiba dengan belanjaan yg cukup banyak.

Arsyad dan Dinda langsung memelukku dan memperlihatkan mainan yg baru di belinya.

"Loh mba abis darimana? Trs kenapa kalian ga sekolah?" Tanyaku.

Mba Nesa duduk di sofa dan meletakan belanjaannya di meja.

"Ini beli perlengkapan kamu untuk di jakarta. Kayak alat mandi dan lainnya." Jelas nya.

"Loh kok? Di Jakarta juga banyak kali mba yang jual." Ucapku.

"Disini kan murah, di Jakarta serba mahal tau." Kata mba Nesa.

Aku terdiam sejenak dan menoleh menatap mas Fajar.

"Apa?" Tanyanya.

Aku mengernyitkan dahiku bingung.

"Gausah bingung, hari ini juga kita ke Jakarta." Jelasnya lagi.

"Lo..loh kok cepet banget? Sekarang kan baru hari Rabu!" Pekik ku.

"Kebetulan mas ada panggilan, jadi harus pulang sekarang juga." Jawabnya datar.

Aku terdiam lesu, ini lebih cepat dari yang di bicarakan.

Mba Nesa keluar dengan membawa koper besar berisi pakaianku.

"Mba udah siapin semuanya kok."

Aku gelagapan bingung.

"Duuhh kok cepet amat sih! Lagian mba kenapa susah-susah yang nyiapin? Aku bisa sendiri kok." Kata ku.

"Lahh kamu aja semalem gak pulang. Fajar kesini tadi malam tapi nunggu kamu sampe jam 11 ga pulang juga." Jelasnya.

"Iya ternyata lagi jual diri." Sambung mas Fajar dengan suara pelan namun jelas sekali ku dengar.

Aku refleks menoleh kearahnya yang dari tadi memasang raut dingin.

"Oh iya cepetan siap-siap gih. Pesawat kita terbang jam 3 sore." Ucap mas Fajar.

Aku mengangguk pasrah dan berjalan lunglai kedalam kamar untuk bersiap-siap.

*****

"Jaga diri kamu baik-baik Rad, mba akan selalu doain kamu." Ucap mba Nesa.

Aku memeluk mba Nesa, terasa sedikit sesak di hatiku.

"Iya mba, tolong jaga Arsyad sama Dinda ya." Lirihku.

Aku memeluk kedua keponakanku, Dinda tampak sedih sebelum akhirnya menangis.

Aku kemudian berpamitan dengan Mas Kiki, raut wajahnya terlihat kecewa.

Mungkin dia merasa kehilangan salah satu budak sex nya.

"Oh iya mba, ini ada sedikit uang tabungan aku." Ucapku memberikan sejumlah uang kepada mba Nesa.

"Eh apa sih Rad! Udah kamu simpen aja! Harusnya mba yang ngasih pesangon." Tolaknya.

"Iih mba mah! Pokoknya harus terima!" Sambungku memberikan uang paksa di genggamannya dan berlalu pergi.

"Bye!"

Aku melambaikan kedua tanganku, tidak pernah terfikirkan olehku hal ini akan terjadi.

"Kamu kenapa ngasih uang haram ke mba Nesa?" Tanya mas Fajar dingin.

Aku menatapnya dan terdiam, mengalihkan pandanganku ke bawah tanpa menjawabnya.

Pukul 3 aku sudah berada di dalam pesawat, ini kali pertamanya dalam hidupku aku menaiki transportasi yang super cepat ini.

"Kamu kenapa?" Tanya mas Fajar yang melihatku gugup menutup mata.

Mas Fajar tertawa kecil, menggenggam tangan kananku erat.

"Gausah takut. Ada mas kok." Jawabnya menenangkan ku.

Aku membuka mata perlahan dan menatapnya yang tersenyum.

Entah tapi aku merasa nyaman sekali berada di genggamannya.

"Makasih ya mas." Ucapku memeluknya senang.

"Apaan sih! Lepas ah!" Tolaknya melepas pelukanku dengan paksa.

Pesawat sudah mulai berangkat, aku menatap keluar jendela dan tersenyum.

"Tuhan.. Terangkanlah dan tuntunlah aku dalam menggapai mimpiku." Batinku dalam hati.

Bersambung~