webnovel

si anak baru

"Kelas kita akan kedatangan anak baru. Kau sudah dengar beritanya?" Kira memulai gosip di perjalanan pulang mereka.

Bel pulang baru saja berbunyi dan mereka sedang berjalan di lorong menuju gerbang. Kira, Bela, Fina dan Bintang berjalan bersama. Mereka berempat sengaja keluar dari kelas terakhir supaya tidak perlu berdasarkan dengan anak kelas lain di lorong.

Mereka pun bisa berjalan dengan leluasa saat orang sudah sepi seperti sekarang ini. Dan mereka pun bisa bebas bergosip tanpa takut ada yang mendengar mereka.

"Anak baru? Sungguh?" Bela yang tidak tahu apapun soal berita itu pun bertanya dengan terkejut. Gadis itu sama sekali belum pernah mendengar rumornya. Mungkin karena dia tidak terlalu mengikuti berita-berita ter-update di sekolah itu.

"Lelaki atau perempuan?" tanya Fina antusias. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bersemangatnya itu. Dalam hati dia berharap bahwa dengan sekelasnya itu laki-laki. Dan harapannya itu terwujud dalam hitungan detik oleh jawaban Kira.

"Laki-laki. Dan yang jelas dia tampan," jawab Kira dengan bangga.

Jawaban itu membuat Fina semakin antusias. Dia tidak sabar dengan kehadiran sosok baru di kelas mereka yang baru akan datang pada Senin depan. Mendengar kata lelaki dan tampan jelas saja membuat dia sangat bersemangat, mengingat dia memang hobi mengoleksi foto lelaki tampan di galeri ponselnya.

Dia mencondongkan diri pada Kira, mengharapkan lebih banyak informasi mengenai anak baru itu. Rasanya memang selalu menyenangkan untuk membicarakan tentang anak baru dan menebak-nebak seperti apa sosoknya.

"Kau sudah melihatnya? Di mana? Apa dia sudah pernah datang?" Fina memberondong dengan banyak pertanyaan sekaligus. Tidak membiarkan pertanyaan satu putus dan langsung terhubung dengan pertanyaan lain.

Itu semua karena dia terlalu bersemangat setelah mendengar adanya laki-laki tampan yang akan menjadi teman sekelas barunya. Melewati akhir pekan dalam satu ke depan mata supaya mereka bisa lompat langsung ke hari Senin, di mana mereka akan bertemu dengan teman baru mereka untuk pertama kalinya.

Membayangkan hari itu datang saja sudah membuatnya begitu bersemangat. Dia sudah tidak sabar. Ingin cepat-cepat ke sekolah lagi pekan depan.

Kira mengangkat bahu. "Aku hanya dengar rumornya. Dia sepertinya sangat terkenal sampai seisi sekolah begitu ramai membahas kepindahannya ke sini."

Seisi sekolah memang cukup gempar dengan informasi tersebut. meskipun masih belum jelas informasi pastinya tentang kepindahan murid baru tersebut, semua anak tampaknya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan teman baru mereka itu.

Termasuk Fina yang ingin menambah daftar koleksi foto lelaki tampan di galeri ponselnya. Terlebih lagi karena anak baru itu akan ditempatkan di kelas yang sama dengan mereka. Jelas saja merekalah yang paling antusias di antara anak-anak dari kelas lain.

"Sudah seperti selebriti saja," komentar Bela sambil geleng-geleng kepala.

"Dia memang selebriti," balas Bintang yang sejak tadi diam saja.

Ketiga gadis itu kompak menoleh ke arah Bintang. Mereka berhenti sesaat sebelum kembali melanjutkan langkah mereka menuju gerbang yang masih cukup jauh.

Sadar teman-temannya menantikan penjelasan lebih lanjut, Bintang pun membuka suara lagi, "Dia selebgram. Pengikutnya ada banyak dan dia sedang naik daun akhir-akhir ini. Wajar saja kalau semua orang mendadak heboh."

Anak baru itu memang sudah lama menjadi selebgram, tetapi akhir-akhir ini dia mendadak naik followersnya, setelah salah satu videonya yang berisi review tentang sebuah sepatu merk lokal viral.

Selama beberapa bulan terakhir dia mendapatkan banyak potensi di setiap akun media sosialnya. Dengan semua orang yang terus saja memuja dirinya. Sehingga tidak heran jika seisi sekolah menjadi geger saat dia diinformasikan akan pindah ke situ.

"Bagaimana kalian bisa tahu banyak tentang dia?" tanya Bela penasaran. Dia selalu merasa heran bagaimana kita orang-orang mengetahui berbagai macam gosip dan informasi yang dia sendiri bahkan tidak pernah mendengarnya sama sekali.

Jika dia tidak berteman dengan mereka mungkin saja dia masih tidak tahu tentang kabar anak baru itu. Mungkin dia sama sekali tidak memiliki gambaran apapun tentang hal tersebut.

Bintang tersenyum mendengar pertanyaan heran dari Bela. Bela memang tampak berbeda dari dirinya yang mengetahui cukup banyak informasi dari sana sini. Sementara Bela tampaknya lebih seperti pendiam yang tidak peduli dengan gosip sekitarnya.

"Itulah gunanya bersosialisasi dengan anak dari kelas lain. Kita bisa mendapatkan informasi yang berguna," dengan bangga Bintang berkata. Senyumnya tampak lebar, disusul dengan kekehan geli akan tingkahnya sendiri.

"Kau pikir informasi ini ada gunanya?" canda Kira. Membuat keempat gadis itu tertawa.

"Well, sekali pun tidak ada gunanya, yang penting informasi yang aku punya bisa meredakan rasa penasaran kalian semua," ujar Bintang benar adanya. Jika bukan karena informasi yang dia miliki maka mereka sekarang masih tidak tahu banyak soal anak baru itu.

Saat mereka sudah semakin dekat dengan gerbang, mendadak Bintang teringat akan sesuatu. Dia pun bertanya, "Ngomong-ngomong, bagaimana tugas kelompok kalian? Sudah ada progres?"

"Aku dan Kira baru memulainya kemarin. Walau masih kurang banyak, setidaknya kita sudah memulai lebih dulu," jawab Fina. Dia adalah teman sebangku Kira, sehingga mereka berdua pun berada dalam satu kelompok yang sama. "Bagaimana denganmu?"

"Aku sudah selesai." Bintang menjawab dengan santai. Dia kemudian menoleh ke arah Bela. "Kau?"

"Aku …," kalimat Bela tidak bisa diselesaikan karena dia tidak menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan kelompoknya.

"Jangan bilang kau masih belum berbaikan dengan Riki," Kira berujar curiga. Kejadian itu sudah cukup lama, kejadian antara Bela dan Riki itu sudah terjadi saat mereka masih kelas sepuluh. Sudah berbulan-bulan berlalu, Kira tidak menyangka bahwa mereka masih saja belum bisa saling memaafkan.

Semuanya mendadak diam. Secara spontan mereka menoleh ke arah Bela. Menatap dengan penasaran dan juga prihatin. Sementara Bela hanya berjalan menunduk menatap langkah yang dibuat dengan kakinya.

Bela tidak tahu bagaimana harus menjelaskan. Mungkin bisa dibilang dia belum perbaikan dengan Riki sama sekali. Tetapi dia tidak bisa bilang bahwa mereka masih bertengkar seperti dulu.

Dia dan Riki ayah berada pada posisi canggung yang membuatnya berusaha untuk menghindari teman sebangkunya itu sebisa mungkin. Walaupun pada akhirnya itu membuat mereka berdua bertengkar lagi seperti tadi.

"Aku—"

Belum selesai gadis itu menjawab, seseorang memanggil namanya.

"Bela?"

Bukan hanya Bela, tapi keempat gadis itu kompak menoleh pada sumber suara. Para gadis itu juga kompak terkejut saat melihat siapa sosok yang barusan memanggil Bela itu.

Bela terkejut karena tidak menyangka akan bertemu sosok itu di sekolah. Sementara ketika temannya yang lain, terkejut dengan paras lelaki tersebut yang tampak begitu mempesona.

Dia tinggi, tampan, dan menawan.

Lalu mereka menyadari sesuatu;

Dialah si anak baru yang mereka bicarakan!