webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime & Comics
Not enough ratings
275 Chs

Serangan

Diapartemen Zen, saat ini semua yang tinggal diapartemennya pada hari ini, sedang sarapan pagi bersama. Dimeja makan ini bisa terlihat Asuna, Lisbeth, Sinon, Yuna dan Yui yang sedang menikmati sarapan pagi mereka saat ini.

Setelah selesai, akhirnya Lisbeth mulai merapikan meja makan tersebut dan mulai mencuci peralatan makan yang kotor, dibantu oleh Sinon dan Yuna. Asuna sendiri saat ini membantu Yui untuk membersihkan dirinya dikamar mandi.

Lalu Asuna mulai membawa Yui yang saat ini sudah selesai mandi dan membantunya mamakaikan pakaiannya saat ini. Asuna masih asik membantu Yui, namun tiba – tiba saja ponselnya berdering menandakan bahwa sebuah pesan masuk.

Asuna mulai mengambil ponselnya itu, namun dia melebarkan matanya setelah membaca isi pesan yang didapatkannya. Asuna, lalu melirik kesebuah smartphone yang berada diatas meja disamping tempat tidurnya dan mulai menyalakannya.

Semua wanita yang berada dirumah tersebut melihat perilaku Asuna itu sangat aneh. Setelah sudah menyelesaikan tugas mereka, mereka menuju kekamar Asuna untuk melihat Yui, namun sekarang mereka melihat Asuna yang sedang bingung dan mengambil ponsel Zen saat ini.

"Ada apa Asuna?" tanya Lisbeth.

Lalu Asuna menunjukan pesan yang baru dia dapat tadi kepada seluruh wanita tersebut, beserta Yui yang penasaran dengan isi pesan yang ditunjukan Asuna.

[Tolong tetap diam dirumah untuk saat ini, Jika kalian mendapat panggilan dari manapun termasuk Rath, hiraukan saja. Tunggulah sejenak dan Aku akan pulang kepada kalian. ~Zen~]

Itulah isi pesan tersebut, namun anehnya pengirimnya berasal dari nomor Zen, padahal ponselnya saat ini tidak ada yang menggunakannya.

"B-Bagaimana mungkin?" kata Sinon setelah membaca pesan tersebut.

Namun tiba – tiba saja, beberapa wanita memasuki apartemen Zen itu, Yaitu Suguha dan Silica yang saat ini memutuskan untuk berkunjung dan menemui Yui.

Melihat beberapa wanita dengan tampang kebingungan, Suguha dan Silica menghampiri mereka dan mencari tahu apa yang terjadi. Setelah mereka mengetahui hal tersebut, mereka mulai kebingungan bersama.

"Itu pasti Papa" kata Yui menyela kebingungan mereka.

"Apa mahsutmu Yui?" tanya Yuna.

"Itu dikirimkan oleh Zen Papa" kata Yui sambil menunjukan senyum manisnya.

"Tetapi Yui, bagaimana Papamu mengirimkannya?" tanya Asuna kepada putrinya tersebut.

"Yui tidak tahu, tetapi Yui yakin itu pasti dari Papa." Kata Yui kembali.

"Baiklah - baiklah" kata Suguha

Namun Yui sedikit kesal akan reaksi dari Mama – Mamanya itu. Karena Yui melihat bahwa Mamanya hanya mengalihkan pembicaraan dan seakan tidak mempercayainya saat ini.

"Hmmph.. pasti Mama tidak mempercayai Yui" jawab Yui.

"Baiklah Yui, Mama percaya. Tetapi bisakah Yui menjelaskan bagaimana Papa melakukannya?" kata Silica yang memujuk Yui yang saat ini mulai merajuk.

"Hmph.. Memangnya Yui bisa ada disini berkat siapa?" jawab Yui singkat dan membuat semua wanita disitu menyadari, bahwa Yui bisa hidup didunia nyata karena perbuatan Zen, walaupun mereka tidak tahu bagaimana cara dia melakukannya.

Sementara itu di Ocean Turtle, beberapa kelompok bersenjata sedang mendekati tempat tersebut yang bertujuan untuk menyerang dan mencuri sesuatu dari tempat tersebut. Bisa dilihat mereka saat ini menggunakan sebuah kapal selam agar tidak diketahui oleh penjaga wilayah ini.

.

.

Zen saat ini sudah menggenggam kedua pedangnya dan bersiap untuk menyerang, namun sebelum itu dia mulai memanggil nama seseorang.

"Cardinal" kata Zen.

Lalu sebuah portal terbuka dan memunculkan sesosok wanita bertumbuh pendek dengan membawa tongkat hasnya memasuki tempat itu.

"Akhirnya kamu keluar juga cebol dari tempat persembunyianmu itu" kata Qunella setelah melihat Cardinal muncul dihadapannya.

"Sepertinya kamu terlalu percaya diri akan kekuatanmu Quenella, kamu terlalu meremahkan kami" kata Cardinal.

Namun tiba – tiba Quenella menjetikan jarinya dan menyegel tempat tersebut agar tidak ada yang bisa kabur dari tempat ini. Lalu dia mulai tersenyum dan memunculkan sebuah monster besi berbentuk mirip seperti kalajengking.

"A-Apa yang kamu lakukan?" kata Cardinal yang marah, setelah melihat monster tersebut.

"Hahahaha.. bagaimana 3 melawan 300, menarik bukan?" kata Quinella.

"Apa mahsutnya 300?" tanya Alice.

"Dia mengorbankan 300 orang untuk menciptakan benda tersebut" balas Cardinal yang membuat Alice melebarkan matanya.

"Hahahahaha" Quenella terus tertawa.

Namun Zen saat ini masih terdiam dan menyaksikan adegan tersebut, namun sebuah suara dari adiknya langsung ingin menyudahi adegan tersebut saat ini.

[Kak, penyerangan pada Ocean Turtle sudah dimulai] kata Irene.

"Bagiamana Cebol deng-" kaat Qunella terpotong melihat Zen yang langsung menyerang monsternya tersebut.

Dengan kuasa yang sama dengan yang dimiliki Quinella, Zen mulai menebas monster tersebut dan berhasil menghancurkan kedua buah tangan dari monster tersebut, yang berfungsi sebagai senjata dari monster besi tersebut.

"A-Apa... Mengapa kamu mempunyai autoritas yang sama seperti diriku?" tanya Quenella.

Zen tidak menghiraukan perkataan Quenella tersebut dan mulai terus menghancurkan monster yang diciptakan oleh Quenella. Melihat ini, Quenella tidak tinggal diam, dia langsung merapalakan sebuah sihir menuju kearah Zen.

Setelah Sihir itu selesai, dia mulai menembakan kearah Zen. Namun sialnya, Cardinal sudah mengantisspasi serangan tersebut dan menghalaunya agar tidak menganggu Zen yang sedang melawan monster tersebut.

"Dasar Cebol!" teriak Quenella yang saat ini amat sangat marah.

Cardinal langsung terbang kearah Quenella dan melawannya sendirian sambil memberikan waktu kepada Zen melawan monster tersebut. Hal ini tidak disia – siakan oleh Zen dan terus mengeluarkan tehnik pedangnya dan mulai menghancurkan monster itu sedikit demi sedikit.

Qunella semakin emosi, dia terus melawan Cardinal, namun sayangnya Kekuatan Cardinal masih dibawah dari Quenella, karena selama ini Quenella selalu melakukan penelitian dengan kekuatannya.

Sebuah serangan besar datang menuju Cardinal, namun Alice membantunya untuk menghalau serangan tersebut.

"Aku akan membantu" kata Alice.

"Cih.. dasar serangga" kata Quenella.

Quenella terus melancarkan serangan dan ditahan oleh Alice dan Cardinal, namun sayangnya serangan dari Quenella saat ini sangat berbahaya. Menggunakan pedang yang dia gunakan, Quenella menebaskan sebuah serangan pamungkas dengan senyum kemenangannya.

Cardinal dan Alice menatap serangan tersebut dan bersiap menghalaunya, namun seseorang langsung berada didepan mereka sambil menggunakan kedua pedangnya dia menghalau serangan itu dengan mudah.

Melihat serangannya berhasil ditahan oleh Zen, Quenella melihat kearah monsternya yang saat ini sudah hancur lebur dihancurkan oleh Zen. Tidak tinggal diam, Cardinal langsung merapalkan sebuah mantra dan bersiap menyerang Quenalla.

"Tahan Cardinal" kata Zen menghentikan apa yang dilakukan oleh Cardinal.

Zen lalu melesat dengan cepat kearah Quenella, lalu meraih kepala dari Quenella dan menggenggamnya.

"Sekarang Irene"