webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime & Comics
Not enough ratings
275 Chs

Memindahkan Kesadaran

Quenella langsung terjatuh tak sadarkan diri dan ditangkap oleh Zen karena apa yang diperbuatnya tadi. Cardinal sendiri heran dengan apa yang dilakukan Zen ini, dan mengapa dia tidak membunuhnya saat itu juga.

"Kenapa kamu membiarkannya hidup Zen?" tanya Cardinal.

"Aku mempunyai rencana untuknya" kata Zen.

Lalu Zen membaringkan Quenella dan mulai menatap Cardinal dan Alice yang saat ini masih menatapnya.

"Sebuah serangan akan datang, aku akan membuat kalian tak sadarkan diri, agar kalian tidak terkena dampaknya" kata Zen.

"Apa mahsutmu Zen?" tanya Alice.

"Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan" kata Zen.

Lalu dia mendekat kearah kedua wanita tersebut, dan mulai mengambil tangan mereka berdua dan bersiap untuk membuat mereka tak sadarkan diri saat ini.

"Percaya padaku oke?" kata Zen.

Kedua wanita itu hanya mengangguk dan Zen mulai membuat mereka tak sadarkan diri. Setelah selesai, Zen lalu membaringkan mereka berdua sejejer dengan Quenella dan mulai berjalan kesebuah konsole yang berada didalam ruangan ini.

Zen mulai mengotak atik sesuatu dan akhirnya berhasil menurunkan FLA dunia ini, serta menghubungi dunia luar, yang saat ini terdengar suara tembakan saat ini. Bisa terdengar suara panik berasal dari sana, namun Zen masih tetap tenang mendengarkannya.

.

.

"Seijirou-san, ada panggilan dari dalam, sepertinya ini dari Zen" kata Higa yang melihat layar komputernya saat ini.

"Zen, kamu ada dimana?" tanya Seijirou yang langsung berbicara kepada Zen.

"Aku sudah berhasil mengalahkan pendeta agung" kata Zen singkat.

Lalu Seijirou mulai menyuruh Zen untuk membawa Alice ke altar yang sama, saat dia membawa Eugeo saat itu. Zen lalu berbohong dan mengatakan bahwa dia tidak bisa menemukan keberadaan Alice saat ini.

Namun dari kejauhan terdengar bahwa para penyerang akan masuk keruangan elektrik dan membuat keadaan disana semakin kacau.

"Bagaimana persiapannya Irene?" kata Zen.

[Sudah siap Kak, Irene hanya menunggu perintah Kakak] kata Irene.

"Baiklah, kalau begitu. Mari kita lakukan sekarang Irene" kata Zen.

[Baiklah Kak]

Seijirou berusaha memerintah anak buahnya dan terus menyuruh agar mengamankan tempat tersebut, lalu dia mulai kembali berbicara dengan Zen. Namun sayangnya panggilannya tidak pernah terjawab oleh Zen.

"Zen! Zen!" kata Seijirou.

"Mengapa dia tidak menjawab Higa-kun?" tanya Seijirou.

"Sial, jangan - jangan" kata Higa.

.

.

Diruangan Quenella, ketiga wanita yang dibuat Zen tidak tersadar akhirnya mulai tersadar dan melihat kearah sekitar. Cardinal yang tersadar duluan mulai menodongkan senjatanya kepada Quenella, yang saat ini juga ikut tersadar.

"Apa yang kau lakukan cebol?" kata Quenella yang tersadar.

"Aku akan membunuhmu" kata Cardinal, namun perkataan itu dihiraukan oleh Quenella, dan berjalan mendekat kearah tubuh seorang pria, yang saat ini terkapar tak sadarkan diri.

Alice yang melihat itu, langsung berlari mendekat kearah pria tersebut dan menghadang Quenella, yang akan mendekat kearah pria yang tak sadarkan diri tersebut.

"Minggirlah, aku akan merawat tuanku" kata Quenella.

"T-Tuan?" tanya Alice bingung.

"Sudah kubilang minggir" kata Quenella.

"Apa mahsutmu, dan juga aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Zen" jawab Alice.

"Cih.. kalau saja tuanku tidak berpesan untuk mengikuti perintahmu, sudah kubunuh kamu terlebih dahulu" kata Quenella.

"Apa mahsutmu?" teriak Alice.

"Kamu mau kita berdebat, atau kita akan merawatnya?" kata Quenella

Mendengar itu, Alice akhirnya tersadar dan mulai berbalik kearah Zen dan mulai mencoba memeriksanya, namun untungnya Zen baik – baik saja. Tetapi perasaan Alice berkata lain, dia seperti merasakan Zen seakan tidak baik – baik saja saat ini.

"Apa mahsutmu dengan tuan?" kata Cardinal akhirnya berada disebelah Quenella.

"Tentu saja dia tuanku" kata Quenella sambil menunjuk kearah Zen.

Mendengar ini Cardinal sangat heran akibat perubahan sikap dari Quenella tersebut. Lalu dia mulai mendekat kearah Zen dan ikut memeriksa keadaannya. Namun anehnya dia merasakan seperti apa yang dirasakan Alice sedari tadi.

"Ah iya, Tuanku berpesan untuk menyembunyikan keberadaanku dan dirinya saat ini" kata Quenella.

"Apa mahsutmu?" tanya Alice kembali.

"Seperti yang kalian tahu, tuanku akan dicap sebagai teroris, sedangkan aku dicap sebagai penghianat" kata Quenella.

"Tidak, aku akan membawanya sendiri, dan kamu harus mempertanggung jawabkan kesalahanmu" kata Alice.

"Apa hakmu mengaturku, walaupun tuanku menyuruhku agar mematuhimu, tetapi jika kamu mencoba memisahkanku dengan tuanku, aku akan melawanmu" kata Quenella.

"Sudahlah Alice, sebaiknya kita ikuti perkataannya terlebih dahulu, karena mungkin beberapa ksatria akan datang ketempat ini" kata Cardinal.

"Lalu apakah kamu bersedia aku menyatakan dirimu telah mati?" tanya Cardinal kepada Quenella.

"Lakukan sesukamu, aku hanya mengabdikan diriku kepada tuanku mulai sekarang" kata Quenella.

Lalu Cardinal membuka sebuah portal dan menyuruh Quenella membawa Zen memasuki perpustakannya dan membaringkannya didalam sebuah kamar yang berada disana.

"Alice, sepertinya kamu harus menjelaskan situasinya kepada beberapa ksatria yang datang nanti" kata Cardinal.

"Aku akan tetap bersama Zen, lagipula aku tidak akan membiarkannya bersama wanita busuk itu" kata Alice kepada Quenella.

"Cih.. dasar serangga" gumam Quenella.

"Percayalah padaku oke. Aku yang akan menjaganya" kata Cardinal.

Lalu Cardinal mulai menyuruh Alice memberitahukan kematian Quenella dan Zen, yang saat ini sedang sekarat melawannya dan menyuruhnya memberitahukan kebusukan Quenella selama ini dan tentang Dark Teritorry.

Alice sebenarnya masih ragu meninggalkan tempat ini, namun akhirnya dia mengikuti perkataan Cardinal, dan mulai keluar dari tempat ini dan menemui Pamannya yang sudah terlepas dari es, yang mengurungnya dan akhirnya memasuki ruangan Quenella.

Alice mulai menceritakan apa yang dikatakan Cardinal tadi kepada Pamannya tersebut. Pamanya itu atau Bercouli akhirnya menyebarkan berita tersebut kesemua ksatria dan mulai menyuruh semua orang untuk bersiap berperang karena invasi dari Dark Territory semakin dekat.

Keesokan harinya, Alice memutuskan untuk membawa pergi Zen setelah mendengar berbagai rumor yang menyebar tentang Zen. Dia memutuskan untuk membawa kembali Zen menuju kembali kedesa Rulid dimana kediamannya sebelumnya.

Alice tidak sendiri, Quenella juga memutuskan mengikutinya. Mau tidak mau, Alice hanya membiarkan wanita tersebut mengikutinya, walaupun dia masih belum mempercayainya sepenuhnya.

Cardinal sendiri memutuskan untuk tetap berada disini, untuk menjadi mata dan telinga mereka dan terus mengawasi tempat ini, dan memastikan rencana Zen akan berhasil.

.

.

Disebuah tempat yang dipenuhi dengan robot, masih terdengar banyak sekali suara tembakan karena serangan ditempat ini belum berakhir. Para penyerang masih fokus untuk menyerang tempat ini dan menguasainya.

Namun salah satu robot, tiba – tiba saja mulai aktif dan bisa terlihat mata dari robot tersebut menyala. Robot itu mulai melangkah perlahan dan mulai melihat sekitar.

[Rencana apa yang akan Kakak lakukan sekarang Kak?] tanya Irene.

"Pergi ke Alaska" kata robot tersebut.

Lalu Irene menggunakan kekuatannya dan akhirnya robot tersebut mulai menghilang dari tempat tersebut.