webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime & Comics
Not enough ratings
275 Chs

Masa Tenang

Tersisa tiga orang yang masih menatap tempat yang akan hancur ini, akibat apa yang mereka perbuat sebelumnya. Retakan demi ratakan dan goncangan demi goncangan mulai menghancurkan tempat ini perlahan.

Pemandangan ini memang sangat membuat bahagia, terutama bagi dua orang yang selama ini sudah menantikan kejadian ini sedari dulu. Dibawah mereka saat ini, terdapat sebuah mayat dari seseorang yang mereka siksa dengan sangat berat hingga dia tewas ditempat ini.

"Mari kita pulang"

Kata seorang pria yang akhirnya sudah berdiri diantara dua orang wanita yang masih puas melihat pemandangan kehancuran ini. Tentu saja perkataan pria tersebut membuat mereka berdua tersenyum, karena perkataannya menandakan bahwa mereka bisa pulang dengan damai saat ini.

"Tetapi aku mau sesuatu darimu Zen" kata salah satu wanita yang bernama Lyutillis, setelah pria yang bernama Zen tersebut mengajaknya untuk pulang.

"Baiklah, apa yang kamu inginkan Lyu?" tanya Zen.

"Aku mau kamu menggendongku" kata Lyu.

Namun belum Zen menjawab permintaannya tersebut, Lyutillis dengan sigap langsung menuju kearah punggung dari Zen dan langsung menaikinya, lalu memeluknya dengan erat saat dia sudah berada digendongan Zen, untuk menhindari dirinya terjatuh dan Zen tidak menurunkannya.

"Hahhh... baiklah - baiklah" kata Zen, yang akhirnya akan beranjak dari sana.

Namun kegiatan mereka yang akan beranjak dari sana akhirnya terhalang, karena salah satu wanita yang bersama mereka saat ini, juga ingin meminta sesuatu kepada Zen yang saat ini sudah menggendong Lyutillis pada punggungnya.

"B-Bisakah kamu menggenggam tanganku saat keluar dari tempat ini Zen, seperti saat kamu membawaku ketempat ini sebelumnya?" tanya seorang wanita yaitu Miledi dengan penuh harap.

Perasaan hangat, itulah yang dia kenang saat Zen melindunginya sebelumnya, dan membuat sebuah perasaan didalam hatinya yang tidak bisa dia jelaskan. Namun Zen yang mendengar hal tersebut hanya tersenyum, setelah dia merasakan sesuatu pada pundak dari Miledi saat ini.

"Tentu saja" kata Zen lalu meraih tangannya dan menggenggamnya hangat.

Tentu saja hal ini tidak luput dari penglihatan Lyutillis yang melihat seorang gadis yang saat ini sudah merona dan mulai tersenyum, karena tangannya sudah digenggam oleh pria yang menggendongnya saat ini.

"Apakah kalian ingin permintaan yang lain, sebelum kita keluar dari sini?" tanya Zen kemudian.

"Ah... benarkah, kalau begitu bisakah kita singgah pada sebuah penginapan un-" namun perkataan Lyutillis yang tidak pernah lepas dari hal mesum, akhirnya terpotong setelah Zen sudah berjalan menuju kesebuah portal untuk keluar dari tempat ini.

"Cih... bukankah kamu yang menanyakan permintaanku tadi?" gumam Lyutillis yang mulai merajuk.

Namun disisi lain, Miledi yang sedari tadi merasakan perasaan yang baru dia alami saat ini, mulai kembali menengok kearah belakang diamana dia melihat berakhirnya sesuatu yang dahulu sangat dia inginkan untuk terwujud.

"Apa kamu ingin tetap berada disini Miledi?" tanya Zen setelah melihat Miledi terus menatap bagian belakang, saat perjalanan mereka untuk keluar dari tempat ini.

"Tentu saja aku akan Pulang" kata Miledi dengan lantang dan akhirnya mereka bertiga memasuki sebuah portal yang membawa mereka keluar dari tempat ini, setelah semua pasukan Valkrie dari Zen sudah terlebih dahulu beranjak dari sana.

Mereka tiba pada sebuah langit, yang dimana terdapat sebuah retakan diatasnya. Namun saat Zen, Lyutillis dan Miledi keluar dari portal yang mengeluarkan mereka, dan Zen menutup portal tersebut, retakan yang berada diatas langit saat ini mulai pecah seperti kaca dan menghilang.

"Sepertinya sudah berakhir" kata Lyutillis yang saat ini melihat retakan tersebut akhirnya pecah dan mulai menghilang dari langit yang cerah pada dunia ini.

"Yap, dan sepertinya kita juga sudah ditunggu saat ini" kata Zen sambil menatap sekelompok wanita yang sudah berdiri diatas sebuah atap dari gedung yang dia bangun dahulu.

Zen lalu membawa Lyutillis yang masih digendongannya dan Miledi yang masih menggenggam tanganya, menuju kelompok terrsebut yang merupakan para wanita yang menunggu kepulangannya.

Perlahan mereka mulai mendarat pada tempat para wanita Zen berkumpul, namun Lyutillis tidak mau turun dari gendongan Zen saat ini, walaupun mereka sudah mendarat ditempat tersebut. Zen akhirnya membiarkan saja Lyutillis melakukan hal tersebut dan mulai menyapa yang lainnya.

.

.

"Papa, mengapa Yui tidak boleh meminum minuman itu?" kata Yui yang ingin sekali meminum minuman kaleng yang saat ini sedang diminum oleh beberapa Mamanya.

"Yui belum cukup umur untuk meminumnya. Dan juga rasanya sangat tidak enak, lihatlah Papamu ini tidak meminumnya" kata Zen kemuidan.

"Tetapi mengapa Mama Rinko dan lainnya menyukainya, jika Papa bilang minuman itu tidak enak?" tanya Yui kemudian.

"Hm... untuk itu..." jawab Zen yang saat ini bingung harus menjawab apa kepada putrinya tersebut.

"Mereka tidak menyukainya Yui, mereka hanya sesekali saja meminumnya. Karena benar kata Papamu bahwa rasanya tidak enak. Mengapa mereka meminumnya, karena minuman itu hanya khusus diminum saat merayakan sesuatu." kata Aki yang saat ini duduk disebelah Zen dan tangannya digenggam olehnya.

"Tetapi mengapa para Mamaku sangat suka merayakan sesuatu dengan minuman yang tidak enak?" gumam Yui kemudian.

"Bagaimana jika Yui menanyakan hal tersebut kepada Mamamu yang sedang meminum minuman itu?" kata Zen.

Sebenarnya Aki ingin sekali menjelaskannya kepada Yui tentang pertanyaan terakhir yang ditanyakan kepadanya, namun Zen sengaja melakukan hal tersebut, karena putrinya itu sangat amat posesif jika menyangkut tentang Mamanya yang sedang hamil.

Dia akan terus menempel kepada mereka saat ini, terutama Aki yang baru saja mengumumkan kehamilannya dan saat ini sedang merayakannya bersama yang lainnya ditempat ini. Memang sebelumnya Zen sangat terkejut mendengar kehamilan Aki.

Bahkan dia langsung memeluk Aki dengan hangat dan turut bahagia dengan apa yang dia alami saat ini. Dan disinilah dia, mencoba untuk memisahkan putri posesifnya itu, agar dia mempunyai kesempatan mengobrol dengan Aki.

"Hmmm... Papa benar, sebaiknya Yui menanyakan kepada mereka" kata Yui yang akhirnya beranjak dari sana.

"Mereka akan kesusahan menjawab pertanyaannya Zen" kata Aki disebelahnya.

"Tenanglah, lagipula aku juga tidak tahu harus menjawab apa, jika rasa ingin tahu Yui sudah mulai muncul" kata Zen.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan selanjutnya Zen?" tanya Aki kemudian.

"Mungkin menikahimu?" kata Zen sambil tersenyum.

Mendengar perkataan Zen tentang menikahinya, tentu saja Aki sangat senang karena akhirnya dia bisa menikahi Zen. Dia semakin mengeratkan genggaman tangannya dan mulai menyandarkan kepalanya pada pundak Zen dan menikmati perlakuan Zen saat ini.

"Tapi kamu harus menemui keluargaku terlebih dahulu Zen" kata Aki.

"Tentu saja, aku akan menemui keluargamu dikampung halamanmu nanti" kata Zen.

Akhirnya pesta perayaan kehamilan Aki dan selesainya masalah yang sudah melanda dunia ini selama ribuan tahun, terus berlanjut ditempat ini. Zen melihat ini semua hanya tersenyum setelah bisa melihat semua wanitanya saling bercanda gurau satu sama lainnya.

"Aku berjanji akan melindungi kalian semua"