webnovel

Xiao Xing Xing

" Pfffttt ... Kamu bilang ini jahat? Aku tak menyangka kamu senaif ini! Neraka ini kamu yang menciptakan! Kata Feng Jiang Ming Malam itu, Xing Xing berjalan dengan gemetar lalu jatuh di lantai. Sangat sulit mengingat apa yang baru saja terjadi. Pantulan cermin memperlihatkan wanita berpakaian compang camping dengan noda darah. Wajahnya sungguh amat berantakan. Beberapa tanda merah dan lebam ada di tubuhnya. Ya, dia telah pergi dari sejam yang lalu. Pada awalnya Xing - Xing berusaha tegar menghadapi yang barusan di alami. Matanya melekat begitu pintu itu terbuka dengan paksa. Tiga laki - laki bertubuh tegap menggendongku paksa. Belum sempat membuka mulut, milik lelaki itu masuk kedalam semua yang lubang yang ia miliki. . . . Pantulan cermin memperlihatkan kecantikanku yang begitu menawan. Aku sudah siap dengan baju perangku. Xiao Xing Xing ... Itulah namaku! Akulah ratu pertama di kerajaanku. Tiada siapa yang berani menolakku. Bahkan banyak raja yang mendengar tentangku datang untuk berusaha meminangku atau menginginkanku melayani mereka di ranjang. Taktik mereka sungguh kotor dan menjijikan! Mereka akan berakhir bersujud di kakiku meminta pengampunan atau pergi ke liang kubur! . . . Aku berlindung dibalik topeng ini selama hidupku. Aku terperangkap dalam istanaku yang megah yang dibuat ayah dan ibunda. Ibunda telah memutuskan meminum racun begitu Baginda raja gugur di perjalanan menuju medan perang. Kakiku lemas mendengar semua ini. Aku tak punya keberanian mengatakan ini. Akulah sang putra mahkota bertopeng, Feng Jiang Ming yang akan membalas dendam pembunuh Baginda Raja.

lodaniella · Fantasy
Not enough ratings
51 Chs

Perubahan (8)

Mendengar suara tangisan anaknya. Wei Su segera menghentikan aktifitas mereka dan menggunakan jubah seadanya.

"Pakailah jubahmu terlebih dahulu." Wei Su berkata dengan tenang.

Wei Su dengan sigap menggendong anak mereka. Ekpresi dingin di wajah Wei Su telah luntur berganti dengan kedamaian.

Wei Su akhirnya sadar cintanya untuk Xing Xing memang harus ia simpan sendiri. Setidaknya dia dapat menjaganya selama ia dapat di sampingnya. Cintanya untuk Xing Xing harus dikendalikan oleh logikanya.

Ia sudah memiliki putri sekarang. Putrinya adalah tanggung jawabnya.

Menggendong putrinya membuat dia sadar terluka tapi bukan berarti hidup akan berhenti berjalan.

Ling Xue yang sudah mengenakan jubah yang sedikit terbuka. Mengambil dari gendongan Wei Su dalam mulai menyusuinya. Anak ini minum dengan lahapnya hingga Wei Su heran.

Putrinya benar benar mirip dengannya. Putrinya memiliki sepasang mata yang biru. Struktur wajah yang tegas dan hidung yang mancung. Bahkan caranya meminum susu ibunyapun sama sepertinya.

Wei Su akhirnya sadar dan ingin mengakhiri cinta sepihaknya dan berdamai dengan dirinya.

Wei Su mendekatkan diri dan mengelus kepala putrinya yang sedang lahap di susui oleh ibunya.

"Cepatlah dewasa Wei Ping! Kau harus sering sering bermain dengan ayah."

"Wei Ping? Apakah itu nama putri kita?"

"Ya." jawab Wei Su Singkat

Sesuai dengan namanya, Wei Su berharap putrinya akan berlaku adil dengan keputusan yang dia pilih.

Hubungan Wei Su dengan Xing Xingpun berangsur membaik. Namun, berbanding terbalik dengan hubungan Xing Xing dengan Jiang Ming setelah kejadian itu.

"Paduka Ratu, berikan saya waktu. Saya ingin bicara atau perlukan saya bicara di hadapan semua orang?" kata Jiang Ming menghentikan Xing Xing.

"Pergilah dulu semuanya! Saya ingin bicara dengannya."

Wajah Jiang Ming begitu pucat pasi. Jiang Ming hampir menyerah. Sudah sebulan lamanya Xing Xing menghindarinya.

"Menikahlah denganku." suara Jiang Ming lirih.

"Aku tidak bisa menikah denganmu. Malam itu adalah kesalahan."

"Tapi .." lanjut Jiang Ming bimbang

"Hentikan pembicaraan ini dan sebaiknya jalankan tugasmu dengan baik."

Xing Xing menghabiskan waktunya untuk mengasah kemampuannya dan mengatur negaranya. Wei Su sedikit menjaga jarak tapi tetap menyertainya.

Jendral Su menggendong putrinya di taman. Jendral Su memberikan asupan matahari untuk putrinya. Istrinya senantiasa menyertai mereka dan dengan telaten dia menyuapi putrinya.

"Bolehkah saya bicara denganmu, Jendral?

Wei Su melihat ke arah suara. Suara itu berasal dari seorang pria yang wajahnya melambangkan kepasarahan.

Jendral Su menyerahkan putrinya pada istrinya dan berdiri. Mereka beridri berhadap hadapan dengan pandangan tajam Wei Su terhadap pria itu.